Market

Punya Utang Obligasi Rp289,6 Miliar, Adhi Karya Garap LRT Jabodebek

Terkait LRT Jabodebek yang baru saja diresmikan Presiden Jokowi, kontribusi PT Adhi Karya (Persero/ADHI) Tbk tak bisa dikesampingkan. Sayangnya, BUMN karya ini punya utang obligasi yang sebentar lagi jatuh tempo.

Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi mengatakan, perseroan berperan dalam pembangunan jaringan yang terdiri dari 3 koridor, yaitu Harjamukti (Cibubur) – Cawang, Jatimulya (Bekasi Timur) – Cawang, serta Cawang – Dukuh Atas dengan total 18 stasiun. Kira-kira panjangnya mencapai 44 kilometer (km).

Ia menjelaskan struktur rel LRT Jabodebek ini, dirancang menggunakan teknologi U-shaped girder. Keunggulannya, mampu meredam kebisingan suara dan anti gempa. “Bentuknya ramping untuk menjaga estetika lingkup perkotaan,” kata Entus, Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Selain itu, kata dia, LRT Jabodebek yang beroperasi tanpa masinis, menggunakan teknologi Grade of Automation (GoA) 3 yang dikendalikan melalui Operation Control Center (OCC). “Lingkup pekerjaan ADHI meliputi pekerjaan struktur, railways system, persinyalan, serta stasiun dan depo,” ujar Entus.

Entus melanjutkan, proyek tersebut merupakan karya terbaik yang telah dicurahkan oleh perseroan bersama beberapa BUMN serta Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, dan Kementerian BUMN untuk kelahiran sebuah infrastruktur kereta perkotaan yang efisien dan ramah lingkungan.

Dengan tuntasnya LRT Jabodebek Fase 1, kata dia, ADHI berkomitmen untuk menyelesaikan penugasan pemerintah lainnya, yaitu percepatan pembangunan LRT Jabodebek sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 dan perubahannya.

Saat ini, lanjut Enthus, ADHI sedang mengerjakan dua megaproyek transportasi kereta api lain. Yakni, MRT Jakarta CP 201 senilai Rp4 triliun dan CP 202 senilai Rp2,8 triliun. Selain itu, dalam skala regional, ADHI dipercaya membangun sarana kereta di Kota Manila, Filipina. Total kontraknya Rp3,7 triliun. Sebelumnya, ADHI telah menuntaskan pembangunan fasilitas (venue) FIBA World Cup 2023, yaitu Indonesia Arena di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Stadion indoor dengan nilai kontrak Rp640 miliar tersebut dibangun dalam waktu relatif singkat yaitu 18 bulan, dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi konstruksi Building Information Modeling (BIM) untuk memastikan seluruh tahap pembangunan dengan metode konstruksi yang tepat, dengan ketepatan biaya, ketepatan waktu pekerjaan, hingga ketepatan desain sesuai yang rencana.

Di tengah banyaknya karya dari ADHI ini, ada satu ganjalan masalah keuangan. Ternyata, emiten konstruksi pelat merah ini, punya utang obligasi Rp289,6 miliar. Jatuh tempo pada November 2023.

Utang itu berasal dari Obligasi Berkelanjutan III Adhi Tahap I 2020 yang diterbitkan 18 November 2020. Obligasi ini mempunyai nilai pokok Rp289,6 miliar berdurasi 3 tahun. Suku bunga tetap (fixed rate) 9,75 persen dengan pembayaran bunga setiap kuartal.

Artinya, tiap tiga bulan, ADHI harus menggelontorkan duit senilai Rp2,78 miliar untuk membayar bunga. Sementara, pelunasan utang obligasi itu, jatuh temponya pada 18 November 2023.

Obligasi berkelanjutan ini, dijamin seluruh aset ADHI, baik yang bergerak maupun tidak bergerak. Perseroan menyampaikan, sekitar 50 persen dari dana obligasi tersebut digunakan untuk belanja modal berupa aset tetap, dan penyertaan proyek investasi infrastruktur, baik Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan pemerintah, maupun non-PSN dengan pihak swasta.

Sedangkan 30,83 persen digunakan untuk refinancing, sisanya yang 19,17 persen dialokasikan untuk membangun LRT Jabodebek dan proyek infrastruktur lainnya.

Back to top button