Hangout

Pakar Sebut Penyebab Kualitas Udara Jakarta dan Sekitar Buruk Tak Bisa Ditebak

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Tjandra Yoga Aditama menilai penyebab tingginya polusi di Jakarta dan sekitarnya tidak bisa ditebak dan harus diteliti secara ilmiah.

“Itu enggak bisa ditebak. Itu dinilai saja secara ilmiah apa kira-kira penyebab angkanya lebih tinggi,” kata Prof. Tjandra pada Inilah.com, Sabtu (03/06/2023).

Masih menurut Tjandra Yoga, untuk mengetahui sumber asal tingkat polusi berasal, pemerintah biasanya sudah memberikan data-data mengenai jumlah polusi yang dihasilkan dari industri hingga kendaraan bermotor.

“Saya kira Pemerintah DKI Jakarta pernah melaporkan apakah di Jakarta ini seberapa persen karena kendaraan bermotor, berapa persen karena industri,” jelas Tjandra.

Lebih lanjut, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu juga mengatakan polusi dapat terbagi menjadi tiga, yaitu Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2) dan ozon (O3).

“Nah mungkin ketiga itu sumbernya mana yang paling tinggi dan sumbernya di industri yang mana, entah industri, kendaraan, bakar lahan saya nggak tahu sih mesti di cek satu satu,” tambah Tjandra.

Menurutnya, jika tidak bisa dilihat berdasarkan jenis polusinya, bisa juga dilakukan dengan mengelompokkan ukuran partikel atau Particulate Matter (PM) yang berukuran kurang dari 2,5 dan yang lebih besar dari 2,5.

“Kalau tidak bisa dicek, paling tidak dinilai mana partikel mikro kurang dari 2,5, mana yang lebih besar dari 2,5,” paparnya.

Melansir dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Particulate Matter (PM) 2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). PM2,5 diketahui dapat menyebabkan kanker paru-paru, infeksi saluran pernapasan hingga Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Back to top button