Ototekno

Blunder Sirekap KPU Guncang Kepercayaan Publik pada Hasil Pemilu 2024


Aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU mengalami sejumlah kelemahan teknis yang memicu kontroversi selama proses hitung suara Pemilu 2024. Sejak hari pencoblosan, 14 Februari, kesalahan input data formulir C1 dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) menjadi sorotan utama, menurut analisis oleh lembaga Drone Emprit.

Salah satu insiden tercatat adalah entri 3,5 juta suara untuk pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di TPS di Lampung, yang kemudian menyebabkan fluktuasi data signifikan dalam waktu singkat.

Suara paslon 1 pun sempat melonjak jadi 31,9 persen. Pendukungnya senang. Dalam hitungan menit, data berubah menjadi 25,4 persen. Imbasnya, pendukung yang tadinya bahagia malah jadi kesal dan menuding dugaan manipulasi data Sirekap. Kejadian ini memicu dugaan manipulasi data dan kesalahan Sirekap oleh netizen.

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSREC, Pratama Persadha, mengungkap bahwa sistem Sirekap tampaknya kekurangan fitur pengecekan kesalahan sistem entri data, yang seharusnya dapat mencegah kesalahan entri baik yang disengaja maupun tidak.

Teknologi Pengenalan Karakter Optik (OCR) yang digunakan oleh Sirekap juga dipertanyakan efektivitasnya. OCR bertugas mengonversi data dari formulir C1 ke format digital. Namun, banyak laporan menunjukkan teknologi ini sering kali tidak berfungsi dengan akurat, menghasilkan data yang salah.

Komisioner KPU, Betty Epsilon Idroes, mengakui penggunaan sistem OCR dan Optical Marking Recognition (OMR) dalam Sirekap untuk mempermudah proses pemindaian formulir C1. Walaupun teknologi ini dimaksudkan untuk mempercepat dan mempermudah proses, masalah teknis yang muncul telah menyebabkan kekhawatiran mengenai akurasi data pemilu.

Ketua KPU, Hasyim Asy’ari, menanggapi kontroversi ini dengan meminta maaf atas ketidaksempurnaan hasil pembacaan dan menjamin tidak ada niat untuk manipulasi atau mengubah hasil suara. Ia juga menekankan bahwa kesalahan yang terjadi hanya mencakup 0,64 persen dari total 358.775 TPS yang mengunggah hasil pemilu, dan bahwa kekeliruan telah diperbaiki.

Insiden yang terjadi dengan Sirekap menunjukkan pentingnya memiliki sistem yang tidak hanya canggih tetapi juga akurat dan dapat diandalkan, terutama dalam konteks pemilu yang sangat kritis. Pengembangan lebih lanjut dan audit sistem secara menyeluruh di masa depan menjadi krusial untuk memastikan integritas proses pemilu.

Back to top button