Market

Tahu Menghilang di Pasaran, Ketua Gakoptindo Beri Penjelasan Begini

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aep Syaifudin menyebut, tidak banyak pengrajin tahu yang mogok produksi. Jadi, konsumen khususnya emak-emak tak perlu khawatir.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (6/12/2022), Aep mengatakan, dari 140 ribu pengrajin tahu dan tempe, kemungkinan hanya 50 sampai 100 pengrajin yang melakukan mogok produksi. “Itupun hanya pengrajin tahu saja. Kalau pengrajin tempe masih produksi kok. Dan, mogoknya juga sebentar, besok juga sudah produksi,” kata Aep.

Dia pun membantah informasi bahwa harga kedelai naik 100 persen. Menurut perhitungannya, harga kedelai naik sekitar 60 persen dari Rp8.800 menjadi Rp13.000 sampai Rp14.000 per kilogram. “Jadi enggak benar kalau digembar-gemborkan kedelai naik hingga 100 persen,” ungkapnya.

Kata Aep, pengrajin tahu dan tempe berterima kasih kepada pemerintah. Kebijakan subsidi kedelai sebesar Rp1.000 per kilogram, cukup membantu mengurangi biaya produksi pengrajin tahu dan tempe.

“Kami justru berterima kasih kepada Presiden Jokowi yang menerbitkan Perpres 125 Tahun 2022 pada akhir November 2022. Beleid ini mengatur adanya cadangan pangan pemerintah. Ketika persediaan di pasaran menipis, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional atau Bapanas bisa keluarkan cadangan tersebut. Tentu saja dengan harga yang wajar,” paparnya.

Pasca menghilangnya tahu di pasaran, Aep memrediksi harga akan naik. Namun naiknya tispis-tipis sekitar Rp20-30 persen. Atau separuh dari kenaikan harga kedelai. “Biasalah kalau harga pangan naik, tapi yang wajar-wajar saja. Karena bumi semakin sempit, sementara penduduknya membesar,” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah pengrajin tahu memilih untuk mogok produksi. Lantaran harga kedelai naik 100 persen dari Rp7.000 menjadi Rp14.000 per kilogram. Para pengrajin tahu ini menjalankan aksi mogok ini sejak Senin (5/12/2022). Kemungkinan pada Rabu atau Kamis (8/12/2022), mereka sudah beroperasi.

Back to top button