Market

Rupiah Nyaris Rp15.000/US$, Eks Staf Kemenko Maritim: Tunggu Kejutan Ekonomi Akhir Tahun

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terus memburuk hingga hampir menembus batas psikologis Rp15.000/US$. Pemburukan ini diprediksi berlanjut hingga akhir tahun.

Ekonom dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra menyebut, bakal ada kejutan ekonomi lanjutan pasca merosotnya mata uang Garuda terhadap dolar AS. “Akan ada kejutan ekonomi di akhir tahun. Bentuknya apa? Bisa krisis atau resesi ekonomi. Atau sesuatu yang lebih buruk,” tegas Gede kepada Inilah.com, Selasa (5/7/2022).

Mungkin anda suka

Pada penutupan perdagangan Selasa (5/7/2022), rupiah terkulai 22 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.992/US$ dibandingkan penutupan Senin (4/7/2022), sebesar Rp14.972/US$.

Masih kata Gede yang pernah menjabat Staf Ahli Kemenko Kemaritiman era Rizal Ramli ini, memprediksi, rupiah bakal semakin tak berharga terhadap mata uang negeri Paman Sam. “Saya prediksi bisa tembus hingga Rp16 ribu per dolar AS. Di sinilah ujian bagi tim ekonomi pilihan Presiden Jokowi,” tuturnya.

Dia membeberkan data Bank Indonesia (BI) tentang penurunan current account dan portofolio investmen di kuartal IV-2021 ke kuartal I-2022. Untuk current account turun dari US$1495 miliar (kuartal IV-2021) menjadi US$221 miliar (kuartal I-2022). Sedangkan portofolio investmen dari US$5.024 miliar (kuartal IV-2021) menjadi US$2.944 miliar (kuartal I-2022).

Asal tahu saja, current account merupakan cerminan perekonomian suatu negara. Persisnya merupakan selisih antara nilai ekspor dan impor sebuah negara yang mencakup seluruh transaksi barang dan jasa, namun tidak termasuk komponen utang (kewajiban). “Kalau current account sebuah negara turun artinya perekonomian negara tersebut juga turun,” beber Gede.

Sedangkan portofolio investment menunjukkan arus modal asing masuk ke suatu negara. Kalau terjadi penurunan, artinya pasar keuangan negara tersebut sudah tidak menarik bagi masuknya modal asing. “Saya khawatir penurunan ini akan terus terjadi hingga akhir tahun,” kata Gede.

Dia juga mengingatkan meroketnya inflasi dampak dari pembatasan pembelian BBM subsidi. Rencananya, pemerintah membatasi pemberlian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina. Kebijakan ini hanya diberlakukan negara yang sedang perang atau resesi.

“Kemarin, BPS umumkan inflasi Juni sebesar 4,35 persen, cukup tinggi. Itu baru akibat harga pangan. Di tambah pembatasan BBM, inflasi bakal naik hingga mendekati 5 persen,” ungkapnya.

Sementara, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Prof Anthony Budiawan mengaku sudah memprediksikan menggilanya dolar AS yang membuat mata uang rupiah lemas, hingga di atas Rp15 ribu per dolar AS. ‘Ini kesalahan fatal Bank Indonesia (BI) yang tak segera menaikkan suku bunga. Kalau terus ditahan maka rupiah bakal jatuh semakin dalam,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button