Hangout

Situasi Burnout pada Pria dan Wanita Berbeda

Satu hal yang perlu diingat, situasi burnout pria dan wanita berbeda. Terlebih jika keduanya mengalami hal yang sama. Jadi, cara penanganan stres dan burnout-nya pun tidak sama.

“Secara umum, ketika ada masalah, wanita cenderung mengungkapkannya agar tidak stres. Karena memang dianugerahi kemampuan berbicara atau berbahasa 16.000-21.000 kata per hari,” ujar Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi., kepada Teman Parenting seperti inilah.com kutip dari siaran pers, Jakarta, Selasa, (01/02/2022).

Masih menurut Ima, para ibu silakan ngobrol dengan siapa saja, orang yang dipercaya tentunya, kalau sedang ada masalah.

Sedangkan bagi pria, secara umum kalau sedang ada masalah justru butuh waktu untuk sendiri.

“Jadi, selama suami tidak bercerita, sebaiknya istri tidak perlu menarik-nariknya untuk curhat karena malah akan memunculkan emosi,” tambahnya.

Saat sedang merenung, tandanya suami sedang berpikir. Cukup ambilkan teh hangat atau kopi, lalu temani.

“Bila suami sudah lebih tenang, mintalah izin untuk memberikan pendapat, seperti, “Aku boleh kasih pendapat enggak, Mas?” Bila ia membuka diri dan bertanya, barulah berikan pendapat,” ungkapnya.

Istilah burnout merujuk pada kondisi di mana seseorang merasa terjebak pada rutinitasnya. Kemudian mengalami kelelahan secara mental dan merasa butuh bantuan, hingga sampai pada titik tidak ingin lagi melakukan pekerjaan tersebut.

Kemudian seseorang ingin melarikan diri dari situasi yang dihadapinya.

“Burnout berbeda dengan stres. Stres yang negatif atau dikenal dengan distress akan membuat produktivitas seseorang menurun,” katanya.

Situasi burnout Juga Bisa Dialami oleh Orang Tua

Meski awalnya banyak dipakai di kalangan para pekerja, seiring berjalannya waktu, kosakata burnout juga digunakan dalam dunia parenting, yakni parental burnout.

Pada Instagram live bersama Teman Parenting, psikolog yang akrab disapa Ima ini, menjelaskan ada beberapa pencetus orang tua bisa mengalami burnout, yaitu orang tua belum siap memiliki anak, tidak ada support system yang baik, dan kurang memiliki pengetahuan tentang dunia parenting.

Ada tiga tanda untuk mendeteksi orang tua mengalami parental burnout.

Pertama, orang tua merasa lelah secara emosional. Walau secara fisik terlihat biasa saja, emosi sebenarnya tidak stabil dan tidak terkendali.

Beberapa ibu menganggap bahwa ia harus bisa semua karena ia adalah seorang ibu. Padahal, itu termasuk dalam irrational thinking.

“Pikiran kita terbatas, badan kita terbatas, emosi kita juga perlu di-charge,” ungkap Ima.

Akibatnya, para ibu kadang kala tidak sadar kalau sedang lelah.

“Jika kelelahan terus menumpuk, akan ada fase di mana alam bawah sadar tidak bisa lagi mengontrol pikiran dan perasaan kita. Ketika emosi sudah tidak stabil, maka otak depan akan kesulitan untuk memutuskan atau menyelesaikan sesuatu secara bijak,” katanya.

Kedua, orang tua bisa bersikap negatif terhadap orang lain. Misalnya, jadi sinis, mudah marah, dan tersinggung.

Ketiga, produktivitas akan menurun atau pencapaian individu berkurang.

“Salah satu contohnya, orang tua jadi suka overthinking,” tambahnya.

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button