Kanal

Pelajaran dari Tragedi Halloween Korsel, Apa yang Harus Anda Lakukan?

Tragedi pesta Halloween di kawasan Itaewon, Seoul, Korea Selatan (Korsel) yang mengakibatkan 156 kematian sebenarnya dapat dihindari dan dicegah. Para ahli mengungkapkan beberapa strategi pengendalian massa dan pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari peristiwa serupa.

Kejadian memilukan pada perayaan pesta Halloween, Sabtu (29/10/2022) itu, bermula saat semakin banyak orang memadati jalan sempit. Kemudian ada orang yang jatuh dan menimpa massa di bawah. Orang-orang kemudian panik dan para pengunjung saling injak. Hingga kini, penyebab insiden maut itu masih dalam proses penyelidikan.

Berdesakannya banyak orang dalam pesta Hallowen ini mirip dengan apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Para penonton sepak bola klub Arema ini berdesak-desakan di pintu keluar stadion yang ternyata tertutup. Hanya saja kejadian yang menimpa Aremania ini diperburuk dengan tembakan gas air mata dari petugas keamanan.

Banyak spekulasi telah beredar di media sosial tentang siapa atau apa yang sebenarnya pemicu peristiwa di kOrsel yang menewaskan 156 orang itu. Tetapi semua tudingan rata-rata mengarah pada penumpukan secara bertahap orang-orang yang datang untuk merayakan Halloween di distrik kehidupan malam Itaewon itu.

Kemudian orang-orang terjebak di lokasi yang sempit. Para korban merasa mendapat desakan yang begitu keras oleh orang-orang di sekitar mereka sehingga kesulitan mengendalikan gerakan tubuh mereka sendiri.

“Pada saat Anda berpikir bahwa Anda tidak lagi memegang kendali, biasanya sudah terlambat untuk keluar dari ruang karena pada dasarnya tidak menawarkan jalan keluar apa pun,” kata Milad Haghani, dosen senior di School of Civil and Teknik Lingkungan Universitas New South Wales di Australia, mengutip Japan Times.

Dengan tingkat kepadatan massa sekitar lima orang per meter persegi mungkin terasa sempit tetapi masih bisa diatasi. Namun begitu, jumlahnya menjadi sekitar 8 hingga 9 per meter persegi dan seterusnya, situasinya bisa menjadi berbahaya.

Haghani, yang dikenal sebagai pakar perilaku massa dan kesiapsiagaan darurat, mengatakan begitu kepadatan maksimal tercapai, kerumunan menjadi tidak stabil dan bisa kehilangan kendali. Orang pada dasarnya orang menjadi tidak berdaya dan turbulensi terjadi dengan sendirinya.

“Jika satu orang jatuh di satu titik di kerumunan, itu mungkin menciptakan gelombang kejut yang menyebar di antara kerumunan dan mengakibatkan banyak orang jatuh satu sama lain tanpa disengaja,” katanya.

Tak Mungkin Melawan

Kekuatan yang dihasilkan oleh lonjakan massa cukup kuat untuk membengkokkan batang baja, dan penyebab utama kematian sering kali adalah sesak napas. “Kekuatan massa dapat mencapai tingkat yang hampir mustahil untuk dilawan atau dikendalikan,” tulis Profesor G Keith Still, seorang ahli keamanan kerumunan dan profesor tamu di University of Suffolk di Inggris.

Menurut Prof Still, setiap gerakan kecil dalam kerumunan massa apalagi di lokasi yang sempit bisa menyebabkan banyak korban. “Dalam situasi seperti itu, ketika kerumunan orang berjatuhan, orang-orang kemudian mencoba memaksa untuk bangun, akibatnya lengan dan kaki terpelintir,” katanya, mengutip Channel News Asia.

Dia menambahkan bahwa dibutuhkan hanya sekitar 30 detik untuk memotong suplai darah ke otak, menyebabkan orang kehilangan kesadaran, dan asfiksia terjadi dalam waktu empat hingga enam menit.

“Anda akan benar-benar mati lemas. Ini mengerikan dan lingkungan seperti ini adalah tipikal bagaimana situasi ini mengakibatkan kematian massal,” kata Prof Still, yang memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman dalam keselamatan kerumunan dan analisis risiko kerumunan.

Bar dan klub malam Itaewon populer di kalangan turis asing dan staf militer AS. Kawasan ini mulai menarik orang yang bersuka ria pada Halloween sejak sekitar satu dekade lalu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pesta seperti itu tidak bisa digelar karena pandemi COVID-19.

Saksi dan laporan media menunjukkan bahwa ketika orang-orang masuk ke gang selebar 3,2 meter, beberapa orang mulai terjatuh, menyebabkan yang lain ikut terjatuh dan bertumpuk satu sama lain. Gang itu terletak di dekat pintu keluar stasiun kereta bawah tanah dan telah menjadi jalur yang sering digunakan untuk lalu lintas pejalan kaki yang bergerak di antara jalan utama di Itaewon dan restoran, bar, serta klub malam di sisi lain.

Kejadian melibatkan kerumunan massa ini bukan pertama kalinya di dunia. Seperti yang terjadi pada gelaran Love Parade di Jerman tahun 2010. Dalam insiden itu, 21 orang tewas gara-gara terjadi kepanikan di terowongan yang padat selama festival musik.

Banyak insiden korban kerumunan massa lainnya di masa lalu memiliki karakteristik yang sama. Kerumunan seperti itu sering kali tidak menawarkan rute untuk keluar dari kerumunan kepada. Sebagai akibatnya, tidak akan ada banyak kemungkinan bagi orang untuk menyelamatkan diri mereka.

Saran Pencegahan

Untuk menghindari terjebak dalam kerumunan massa, mengutip New York Times, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian. Cek terlebih dahulu acaranya, apakah untuk remaja, anak-anak atau orang tua. Periksa juga apakah tersedia tepat duduk atau hanya berdiri. Biasanya acara tanpa tempat duduk lebih berisiko.

Jika ternyata acaranya terlihat tidak teratur, misalnya tempat pintu masuk yang tidak terorganisir bahkan tidak ada petugas keamanan, Anda harus lebih berhati-hati. Jangan memaksakan untuk memilih tempat di lokasi yang lebih banyak kerumunan meskipun dekat dengan panggung atau pusat acara. Pilih tempat yang tidak ramai.

Jangan lupa, ingat-ingat keluar atau pintu darurat, lihat sekeliling Anda dengan cermat. Ini sebagai antisipasi yang bisa memudahkan jika terjadi kekacauan atau kerumunan yang tidak terkendali.

Pakar keamanan massa di Los Angeles, Paul Wertheimer, mengingatkan kewaspadaan harus lebih tinggi jika terjadi kerumunan menjadi sangat padat. “Jika Anda didesak oleh orang-orang di sekitar, itu mungkin pertanda bahwa acara tersebut menjadi tidak aman,” kata Wertheimer.

Anda harus pindah ke area lain dan tidak menunggu sampai semakin parah. Semenarik apapun pertunjukan yang Anda tonton di bagian depan panggung, lebih penting memilih bagian belakang yang cenderung tidak terlalu ramai dan aman.

Apa yang harus dilakukan kerumunan semakin kacau? Wertheimer menyarankan jika situasi sudah kacau, jaga tangan Anda di depan dada untuk menjaga jarak dan ruang dengan orang di depan. Posisi tubuh sebaiknya seperti seorang petinju dengan satu kaki di depan dan kaki lain di belakang. Posisi ini dapat meredam tekanan lebih baik ketika ada orang yang mendorong Anda. Jaga lutut tetap fleksibel, sehingga tubuh tidak kaku dan Anda bisa tetap bergerak.

Jika barang milik Anda terjatuh, jangan mengambilnya atau membungkuk untuk meraihnya karena khawatir malah sulit untuk bangkit kembali.

Bagaimana jika tubuh terjatuh? Cobalah untuk berbaring miring ke kiri untuk melindungi jantung dan paru-paru. “Jika Anda tengkurap atau terlentang dan orang-orang jatuh di atas Anda, ada risiko dada bisa tertekan,” tambah Wertheimer.

Dalam situasi kerumunan yang kacau hindari untuk berteriak atau meminta bantuan karena akan sia-sia, mengingat ini adalah kerumunan yang kacau, dan hanya membuang-buang oksigen. Lebih baik mengangkat kepala untuk mendapatkan akses menghirup udara segar.

Saran lainnya adalah jangan melawan kekuatan massa dengan mendorong lebih kuat karena akan percuma dan hanya buang-buang tenaga.

Back to top button