Market

Papua Kelaparan, Program Food Estate Malah Banyak Persoalan

Kelaparan yang terjadi di Papua Tengah mengagetkan publik tanah air. Karena belum lama, sekitar tahun 2020 pemerintah merintis proyek Foof Estate jenis tanaman jagung di daerah Keerom seluar 10 ribu hektare. Sampai Papua Tengah dilanda kelaparan ternyata proyek tersebut belum membuahkan hasil.

Saat ini memang pemerintah menaruh perhatian serius dengan derita yang dirasakan masyarakat Papua. Menko PMK Muhadjir Effendy mengungkapkan sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelaparan di Papua Tengah itu.

Salah satu upayanya pemerintah saat ini bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan tanaman umbi-umbian yang cocok ditanam di Papua Tengah. Papua Tengah sering dilanda kabut es, katanya, kondisi ini membuat umbi-umbian yang jadi sumber makanan masyarakat busuk karena dingin.

“Nanti untuk jangka panjang kita akan mengkaji tentang varietas umbi-umbian yang cocok untuk wilayah itu. (Umbi-umbian) yang tahan ketika ada kabut es,” kata Muhadjir seperti dikutip saat di Yogyakarta, dikutip Sabtu (12/8/2023).

“Jadi yang sangat mematikan dan membikin busuk tanaman umbi-umbian yang jadi sebagai makanan pokok mereka (masyarakat Papua Tengah) itu kabut es,” sambung Muhadjir.

Muhadjir menambahkan dirinya mendapatkan informasi jika ITB sedang mengembangkan tanaman yang tahan kabut es. Tanaman itu disebut Muhadjir sedang dikembangkan di daerah Pegunungan Dieng, Jawa Tengah.
“Kita lihat apakah suasana iklimnya kemudian juga dinginnya sama gak dengan Pegunungan Dieng. Di Agandugume itu ketinggiannya 9000 kaki. Itu berarti 4000 di atas permukaan laut,” urai Muhadjir.

Sedangkan Proyek Food Estate yang mulai dibangun secara nasional tahun 2020 untuk Papua berada di Kabupaten Keerom. Daerah ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, Papua Nugini.

Topografi wilayah Kabupaten Keerom merupakan lahan dengan kemiringan sekitar 52,2%. Untuk wilayah lahan datar sekitar 44,05% sedangkan 2,75% adalah wilayah perbukitan dan rawa. Daerah datar umunya tersebar dibeberapa kawasan pada Distrik Arso, Skanto, Waris, Senggi dan Web.

Ketinggian Kabupaten Keerom berkisar antara 0 – 2000 M di atas permukaan laut, untuk Distrik Arso, Arso Timur dan Distrik Skanto merupakan daerah terendah dengan ketinggian 0 – 1000 M di atas permukaan laut. Sedangkan Distrik Waris, Senggi, Web dan Towe berada pada ketinggian 500 – 2000 M dari permukaan laut. Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Keerom 99,36 % merupakan tanah bertekstur halus.

Untuk proyek pengembangan pangan skala besar (food estate) dengan alokasi lahan sekitar 2.684.680,68 juta hektar. Sekitar 2.684.461,54 hektar ada di kawasan hutan. Sekitar 1,4 Juta hektar ada di areal hutan produksi dapat dikonversi, 560.000 hektar di kawasan hutan produksi terbatas, 360.000 hektar di hutan porduksi, 243.000 hektar di hutan lindung. Ada 190 hektar belum diketahui status kawasannya.

Namun ternyata pada 21 Maret 2023 lalu, saat Presiden Jokowi meninjau Food Estate di Keerom, Papua Jokowi mengatakan jika pemerintah baru menyiapkan sekitar 10 ribu hektare lahan untuk penanaman jagung.

Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja, menuturkan progres terakhir proyek food estate terlihat di Keerom, Papua, di mana Jokowi baru saja meninjaunya pada 21 Maret 2023.
“Masih jalan prosesnya, yang terakhir di Keerom,” ujarnya di kantor Kementerian PUPR, Jumat (26/5/2023) lalu.

Bahkan berbagai kendala pengerjaan proyek food estate sehingga dinilai lambat oleh berbagai pihak, salah satunya sempat disentil oleh Komisi IV DPR RI. Namun Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menegaskan kondisi alam berbeda dengan pertanian di Jawa. Untuk itu masih membutuhkan waktu dalam pengembangannya.

Syahrul menegaskan menjalankan program food estate bukan perkara mudah. Menurutnya, ada banyak tantangan seperti masalah lahan, hama, cuaca, hingga persoalan sosial masyarakat di kawasan food estate.

“Itu harus kita jadikan lahan produksi dan itu butuh tahapan. Kita perbaiki sekarang ini tentu saja lahannya ada irigasi dan lain-lain, belum tentu in out air di situ bisa normal. Karena air dari bawah juga masih naik setiap saat, karena kondisi ini jangan lihat seperti Jawa loh. Tapi kita harus optimis,” tutur Syahrul.

Back to top button