Market

Jangan Bangga Dulu Satria-1, Dibiayai Utang dan Rawan Korupsi

Pada 18 Juni 2023, Satelit Nusantara Tiga atau Satelit Republik Indonesia (Satria-1) meluncur dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS). Tapi jangan bangga dulu, proyek ini dibiayai dana utangan.

Ekonom dan pakar kebijakan publik dari Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengatakan, proyek SATRIA-1 dibiayai dari dana utangan konsorsium internasional.

“Ini Kominfo sendiri yang menyatakan pada 28 Februari 2021. Dananya berasal dari berbagai konsorsium intenasional seperti lembaga keuangan Prancis yaitu BPI France, Banco Santander, HSBC Continental Europe, dan The Korea Development Bank (KDB), dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB),” kata Nur Hidayat, Jakarta, Kamis (22/6/2023).

Cangkang yang digunakan, kata Nur Hidayat, adalah adalah PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), merupakan pekerjaan yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) produksi Thales Alenia Space (TAS) dari Prancis, dengan roket peluncur dari Falcon 9-5500 milik Space-X.

Menurut CEO Narasi Institute ini, proyek Satria-1 rawan mark-up biaya karena banyak ketidaktauan penyelenggara negara dan auditor negara seputar berapa biaya sebenarnya dari peluncuran satu satelit.

Perjanjian kerja sama konstruksi Satria-1 antara SNT dengan TAS ditandatangani pada 3 September 2020. Nilai kontraknya US$ 550 juta, atau setara Rp 8 triliun. Sedangkan estimasi anggaran untuk 15 tahun perancangan, pengoperasian, hingga pemeliharaan, sekitar Rp21,4 triliun.

“Satria-1 ditargetkan berfungsi secara bertahap mulai Januari 2024. Satelit ini diluncurkan untuk menciptakan pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik seluruh Indonesia,” paparnya.

Berdasarkan studi terbaru Bakti Kemenkominfo pada 2023, kata Nur hidayat, Satria-1 dengan kapasitas 150 Gbps, menghadirkan layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik. Proyek Bakti yang lain yaitu infrastruktur BTS 4G di wilayah 3T dinyatakan dikorupsi oleh Kejagung, dari anggaran Rp10 Triliun, yang digunakan hanya Rp2 triliun.

“Yang diduga dikorupsi Rp8 triliun. Munculnya kasus ini, besar kemungkinan proyek Satria-1 juga dijadikan bancaan. Karena, proyek strategis ini, dikelola satuan kerja yang sama di Kominfo,” tuturnya.

Back to top button