Market

Hindari PHK Massal, Industri Manufaktur Disarankan Cari Pasar Baru

Minggu, 29 Jan 2023 – 20:28 WIB

Hindari PHK Massal, Industri Manufaktur Disarankan Cari Pasar Baru - inilah.com

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Minggu (29/1/2023), Asia, Afrika, dan Timur Tengah merupakan negara-negara yang potensial menjadi tujuan ekspor baru. (Foto: iStockphoto.com)

Penurunan permintaan ekspor ke Eropa dan AS ditengarai jadi biang kerok besarnya Pemutusan Hubunga Kerja (PHK) yang terjadi di Tanah Air belakangan ini. Secara khusus, terjadi pada industri manufaktur tekstil, alas kaki dan karet serta produk turunannya.

“Kita optimistis konsumsi domestik masih akan tumbuh cukup baik di 2023. Ini menjadi salah satu modal strategi para pelaku usaha ataupun industri manufaktur untuk mencari negara tujuan ekspor lain, selain Eropa dan AS,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Minggu (29/1/2023).

Ekonomi AS berhasil tumbuh 2,9 persen pada kuartal IV-2022. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 2,6 persen. Meski demikian, perekonomian di kuartal akhir tahun lalu tersebut lebih rendah dari kuartal III-2022 yang tercatat 3,2 persen.

Negara-negara tujuan ekspor baru dimaksud yang potensial menurut Josua adalah negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. “Mereka masih mengalami pertumbuhan cukup baik. Itu menjadi salah satu daerah tujuan ekspor yang non-tradisional,” ujar Josua.

Modal lain bagi industri, sambung dia, adalah kebijakan restrukturisasi kredit dari Otroritas Jasa Keuangan (OJK). Ini berlaku untuk industri manufaktur padat karya terkstil dan produk turunannya, alas kaki, dan sepatu yang notabene merupakan industri padat karya.

Diperpanjangnya restrukturisasi terutama Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan alas kaki, diharapkan dapat membatasi beban perusahaan manufaktur.

“Kita berharap, pemerintah akan terus memberikan insentif kepada sektor pelaku industri TPT dan garmen, tekstil, alas kaki, dan furniture sehingga diharapkan tidak terjadi PHK lebih lanjut dan dari sisi usahanya pun akan terus berlanjut,” ungkap Josua penuh harap.

Dengan begitu, pada saat kondisi ekonomi global kembali membaik, lanjutnya, sektor-sektor yang berorientasi ekspor akan terus membaik. “Dari sisi fiskal dapat terus memberikan insentif kepada industri atau sektor-sektor padat karya sehingga dapat sustain atau bisa bertahan di tengah kondisi global yang cenderung melambat di tahun ini,” papar dia.

Upaya itu, menurutnya, sebagai respons atas ekonomi AS dan Eropa yang cenderung melemah pada 2022. Itu lantaran kondisi inflasi yang relatif tinggi yang dipengaruhi oleh perang Rusia versus Ukraina.

Perlambatan ekonomi AS dan Eropa ditandai bukan hanya penurunan atau perlambatan ekonomi tapi juga penurunan aktivitas manufaktur alias PMI Manufacturing. Negara-negara tujuan ekspor Indonesia mulai dari tekstil garmen, alas kaki hingga sepatu utamanya ke Eropa dan AS.

“Itulah yang menyebabkan terjadinya penrunan permintaan ekspor dari Indonesia khususnya produk garmen tekstil, alas kaki, dan sepatu,” tuturnya.

Belum lagi dengan perlambatan ekonomi China pada 2022 yang juga dipengaruhi oleh kondisi Zero COVID policy. Pada muaranya, ini membatasi penurunan aktivitas ekonomi dan juga aktivitas manufaktur.

Kondisi tersebut berdampak kepada pertumbuhan ekonomi China yang juga melambat di tahun lalu sehingga permintaan ekspor dari Indonesia ke Negeri Tirai Bambu pun turut terhambat.

“Tapi, China bukan satu-satunya penyebab PHK dari industri TPT di Tanah Air. Sebab, produk ekspor produk TPT, garmen dan tekstil pada umumnya diekspor ke negara-negara maju seperti Eropa dan AS,” imbuhnya.

Back to top button