Kanal

Dejavu Koalisi Indonesia Maju dan Peluang Erick Dampingi Prabowo

Memang berbagai lembaga survei memotret tren elektabilitas Prabowo yang terus meningkat. Tetapi angkanya  masih jauh dari kata aman. Itu sebabnya Prabowo seperti halnya Ganjar dan Anies, membutuhkan pendamping yang memiliki elektabilitas tinggi. Dalam Koalisi Indonesia Maju, yang memenuhi syarat itu ada nama Erick Thohir dan putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka.   

Oleh: Wiguna Taher

Koalisi lazimnya terbentuk karena ada kepentingan yang sama, apalagi kalau bukan memenangi kontestasi Pilpres. Tetapi tak selamanya parpol-parpol punya semangat dan tujuan yang serupa. Ini pula yang membuat dinamika pembentukan koalisi jelang pilpres 2024 begitu dinamis.

Realitas terakhir adalah terbentuknya Koalisi Indonesia Maju (KIM), “menyempurnakan” Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Senin malam (28/8/2023) Prabowo Subianto resmi mengumumkan nama baru koalisinya, setelah PAN, Golkar, dan PBB ikut bergabung.

“Kami sepakat koalisi ini kami beri nama Koalisi Indonesia Maju,” kata Prabowo saat tampil berbicara di acara Peringatan 25 Tahun PAN di Hotel Sultan, Jakarta.

Banyak orang lantas bertanya kenapa Koalisi Indonesia Maju? Dejavu dengan koalisi yang mendukung pasangan Jokowi-Ma`ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu.

Ya, kala itu Koalisi Indonesia Maju secara resmi berdiri bersamaan dengan diserahkannya nama calon Presiden-Wakil Presiden RI Joko Widodo-Ma’ruf Amin ke KPU 10 Agustus 2018.

Penamaan koalisi ini merupakan lanjutan dari Koalisi Indonesia Hebat yang pernah digunakan Jokowi pada kampanye tahun 2014 yang silam.

Yang menarik Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengaku dirinya tak dilibatkan dalam pemberian nama KIM sebagai nama koalisinya bersama Gerindra, PAN, dan Golkar.

Dia mengaku tidak tahu menahu saat Prabowo dalam pidatonya di HUT ke-25 PAN secara tiba-tiba memberi nama baru koalisinya sebagai pengganti KKIR. “Ya, saya baru dikasih tahu tadi sama Pak Prabowo bahwa koalisinya tadi Koalisi Indonesia Maju,” kata Cak Imin.

Cak Imin memang datang belakangan di antara para tamu undangan lain dari koalisi pendukung Prabowo di acara HUT PAN itu.

Dalam pidatonya, Prabowo mengaku telah berembuk dengan para ketua umum pendukung dirinya untuk memberi nama KIM. Nama itu memang diambil dari nama yang sama dari nama kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Ma’ruf Amin pada 2019.

Cak Imin belum dapat memastikan nasib KKIR usai Prabowo memberi nama KIM. “Tentu saya akan lapor ke partai bahwa perkembangannya sudah berubah. Berarti KKIR dibubarkan dong? Nah saya enggak tahu, saya akan melapor ke partai dulu,” kata Cak Imin.

Sekjen Gerindra Ahmad Muzani turut mengklarifikasi alasan Cak Imin tak dilibatkan saat memberi nama KIM. Menurut Muzani, Prabowo semula sempat menunggu Cak Imin saat nama itu sudah disepakati para ketua umum yang lain.

Namun hingga acara dimulai Cak Imin tak kunjung datang. Walhasil, Prabowo tak sempat menyampaikan hingga ia mengumumkannya di tengah sambutan.

“Maka ketika Pak Muhaimin sampai, dibisikkan apa yang sudah menjadi pembicaraan dari tokoh-tokoh tersebut,” kata Muzani.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) juga menjelaskan, pilihan nama KIM karena koalisi lima partai itu menghendaki adanya keberlanjutan dari program-program Presiden Jokowi.

Toh Pak Airlangga Menko-nya, Pak Prabowo Menhan-nya, saya Mendag-nya, Cak Imin menteri banyak di situ (PKB) juga. Jadi ini melanjutkan apa yang sudah dibangun, dilaksanakan Pak Jokowi,” kata Zulhas.

Siapa Pendamping Prabowo?

Kita lupakan sejenak pilihan nama koalisi yang mengusung Prabowo sebagai capres 2024.

“What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet,” kata William Shakespeare, pujangga Inggris, yang artinya kurang lebih, “Apalah artinya sebuah nama? Andai kita memberi nama lain kepada mawar, ia tetaplah wangi.”

Langkah lanjutan yang layaknya ditempuh KIM adalah segera menentukan siapa pendamping Prabowo dan menyusun strategi pemenangan. Ini perlu mengingat penentuan cawapres ini tak mudah.

Sebelum anggota koalisi bertambah, Cak Imin dalam berbagai kesempatan percaya diri akan didapuk mendampingi Prabowo. Tetapi belakangan ceritanya berbeda. Cak Imin tidak sendiri lagi. Ada nama Airlangga Hartarto, Erick Thohir, bahkan putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka.

Memang berbagai lembaga survei memotret tren elektabilitas Prabowo yang terus meningkat. Pada survei periode 1-8 Juli 2023 yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI), Prabowo berhasil meraup dukungan 35,8 persen, diikuti Ganjar Pranowo (32,2%) dan Anies Baswedan dengan total elektabilitas 21,4 persen.

Kendati begitu angka tersebut jauh dari kata aman. Itu sebabnya Prabowo seperti halnya Ganjar dan Anies, membutuhkan pendamping yang memiliki elektabilitas tinggi.

Nah soal elektabilitas ini, Menteri BUMN Erick Thohir yang menjadi jawaranya. Dalam berbagai survei nama Erick selalu moncer.

Angka survei yang dikeluarkan LSI menunjukkan, tingkat keterpilihan Erick mencapai 21,2 persen, menempati urutan teratas dari kandidat cawapres pilihan masyarakat. Posisi kedua ada Ridwan Kamil (19,6%), dan ketiga ditempati Sandiaga Uno (17,5%).

Sementara elektabilitas Cak Imin dan Airlangga dalam berbagai survei masih berada di papan bawah, berada di kisaran 1 persen.

Itu sebabnya, PAN dalam berbagai kesempatan selalu mendorong Erick menjadi figur cawapres. Tatkala berpidato di HUT PAN, Zulhas sempat menggoda Cak Imin agar memberi restu kepada Erick menjadi cawapresnya Prabowo.

“Kami memang sudah lama untuk itu, seperti tadi, perubahan cepat. Memang yang cocok mendampingi itu namanya Pak Erick Thohir. Cak Imin gimana? Lho Cak Imin yang pertama sama Pak Prabowo. Yang pertama beliau, mesti restu dari Cak Imin,” kata Zulhas.

“Jadi Cak Imin pantas, jauh lebih pantas. Pak Airlangga gimana, pemenang nomor dua, pantas nggak, jauh lebih pantas,” imbuh Zulhas.

Apa yang menjadi keinginan Zulhas ini memang cukup beralasan. Tingginya elektabilitas Erick akan mempermudah ia untuk disandingkan dengan semua kandidat capres yang saat ini ada.

Apalagi dari survei yang dihimpun LSI menyebutkan, ketika Erick disandingkan baik dengan Prabowo ataupun Ganjar akan memberikan kemenangan bagi capres yang diusung koalisi parpol.

LSI juga membuat simulasi tiga pasangan capres cawapres. Ketika Ganjar disandingkan dengan Erick, pasangan ini akan mengungguli Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar dan Anies Baswedan-Khofifah Indar Parawansa dengan kemenangan 34%.

Saat Prabowo Subianto dipasangkan dengan Erick, juga unggul atas Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil dan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono dengan tingkat kemenangan 34,8%. Survei yang dibuat LSI ini membuktikan Erick dapat melengkapi kekurangan dari capres yang ada.

Peluang Gibran Rakabuming

Lantas bagaimana wacana kemungkinan menjadikan putra Jokowi Gibran Rakabuming Raka menjadi pendamping Prabowo?

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pernah berujar, opsi itu bergantung pada dinamika yang akan terjadi. Menurutnya, saat ini adalah babak terakhir penentuan kandidat pilpres.

“Ya ini kan the last chapter, masih ada beberapa perkembangan. Kita lihat perkembangan selanjutnya,” kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta.

Airlangga mengaku belum ada keputusan spesifik tentang cawapres pendamping Prabowo. Namun, empat partai telah sepakat untuk menentukannya bersama-sama.

“Kemarin baru kita buat kerja sama di mana keputusan strategis dibicarakan ketua umum empat partai,” ujar Airlangga.

Semua kemungkinan bisa terjadi. Namun sampai sejauh ini Gibran masih tersandung aturan soal usia. Pasal 169 huruf q UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menyatakan, “Persyaratan menjadi calon presiden dan calon wakil presiden adalah berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun”. Padahal usia Gibran baru 35 tahun.

Pasal ini kini tengah diuji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) yang diajukan Partai Solidaritas Indonesia (PSI/Pemohon I) dan sejumlah perseorangan warga negara Indonesia, yakni Anthony Winza Probowo (Pemohon II), Danik Eka Rahmaningtyas (Pemohon III), Dedek Prayudi (Pemohon IV), dan Mikhail Gorbachev (Pemohon V).

Para pemohon meminta syarat capres dan cawapres diubah menjadi berusia 35 tahun. Jika MK mengabulkan uji materi tersebut, maka terbuka kesempatan bagi Gibran untuk menjajal kontestasi pilpres mendampingi Prabowo. Kita tunggu saja.

Wiguna Taher adalah Pemimpin Redaksi Inilah.com

Back to top button