Hangout

Transisi Pandemi ke Endemi, Waspadai Penyakit Ini

Terus berkurangnya kasus COVID-19 mengindikasikan Indonesia kini sedang memasuki tahap transisi pandemi ke endemi. Namun, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Tidak hanya terhadap COVID-19 tetapi juga penyakit yang muncul saat transisi pandemi ke endemi.

Pandemi terjadi ketika sebuah epidemi, wabah lebih dari jumlah yang diharapkan dari kasus penyakit dalam populasi kecil, menyebar luas di wilayah geografis yang luas. Pandemi diketahui menyebabkan gangguan, penyakit, dan kesulitan yang meluas seperti yang kita alami sejak tahun 2020.

Sementara endemi berarti suatu penyakit menyebar di komunitas pada tingkat normal atau yang diharapkan. Pandemi mulai bergeser menjadi endemi setelah penyakit menjadi lebih stabil dan dapat dikelola. Itu tidak berarti virusnya hilang dan tidak akan ada wabah sesekali. Itu hanya kurang mengganggu dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun batas antara pandemi dan endemik tidak pasti, ada tanda-tanda bahwa COVID-19 sedang bertransisi menjadi endemi. Penyebaran virus secara keseluruhan telah melambat karena semakin banyak orang yang divaksinasi dan/atau membangun kekebalan alami. Dengan pengembangan pilihan pengobatan dan respons imun yang lebih baik, gejalanya tidak terlalu parah dan jumlah kasus dan rawat inap secara keseluruhan lebih sedikit, membuat sistem perawatan kesehatan tidak terlalu stres.

Dalam situasi endemi COVID-19 dan bukan pandemi, virus akan tetap beredar, sehingga infeksi masih sangat mungkin terjadi dan akan melonjak dari waktu ke waktu. Seperti endemi influenza yang lebih umum, pasang surut ini biasa terjadi. Tetapi mereka tidak perlu mengubah cara hidup kita secara signifikan.

Saat ini tidak bisa kita prediksikan jalur masa depan COVID-19, apakah akan kembali mengalami peningkatan kasus atau semakin menghilang. Kita ketahui bahwa virus ini terus melakukan mutasi sehingga melahirkan subvarian-subvarian baru. Tetapi kabar baiknya adalah perangkat kesehatan dapat mengelolanya dengan lebih baik.

Masyarakat juga masih belum lupa bahwa COVID-19 telah memporak-porandakan kesehatan manusia. Sehingga meskipun di masa endemi, penting untuk tetap memperhatikan panduan vaksin dan suntikan booster. Selain itu, jangan lengah melakukan kebiasaan sehat seperti mencuci tangan. Manfaatkan rapid test untuk membantu mencegah penyebaran penyakit. Anda juga tetap harus bisa mengambil tindakan pencegahan ekstra seperti memakai masker di tempat ramai.

Penyakit yang harus diwaspadai saat endemi

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), endemi mengacu pada kehadiran suatu wabah penyakit terus menerus pada populasi di bentang geografis tertentu, seperti satu wilayah, negara, atau benua.

Lainnya, mengartikan endemi adalah wabah penyakit yang secara konsisten ada, tetapi terbatas pada wilayah tertentu, sehingga hal ini yang membuat penyebaran penyakit dan tingkat penularan dapat diprediksi dan virus tidak hilang sepenuhnya, hanya saja sudah lebih terkendali.

Ada beberapa indikator pandemi bisa jadi endemi, antara lain meningkatnya kekebalan masyarakat melawan virus. Selain itu, menurunnya angka infeksi alamiah sehingga jumlah pasien dan angka kematian akibat virus menurun. Yang juga harus diingkat adalah pada masa transisi dari pandemi ke endemi, ada beberapa penyakit menular dan tidak menular yang harus diwaspadai.

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam ‘Workshop Transisi dari Pandemi ke Endemi’ mengatakan ada beberapa penyakit menular dan tidak menular yang harus diwaspadai masyarakat:

1. Polio

Penetapan status Indonesia menjadi KLB Polio menyusul ditemukannya satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh November 2022. Menurut data Kemenkes, kasus polio ditemukan pada anak berusia 7 tahun 2 bulan. Dari hasil tes, anak tersebut mengidap Virus Polio Tipe 2 dan Sabin Tipe 3, dengan gejala awal mengalami sakit demam, muncul nyeri pada persendian, dan kelemahan anggota gerak.

Ini adalah kejadian pertama sejak Indonesia dinyatakan bebas polio pada tahun 2014, di mana Indonesia mendapatkan sertifikat eradikasi polio (Indonesia bebas Polio).

2. Campak

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut ada 12 provinsi yang menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus campak. “Ada 12 provinsi yang menetapkan status KLB,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi pada, Kamis (19/1/2023).

la menyampaikan, kasus campak telah dilaporkan ada di 31 provinsi. “Ada 3.341 kasus di tahun 2022 yang dilaporkan di 223 kabupaten atau kota dari 31 provinsi,” ungkap dia. Saat ini, kasus campak tak hanya menyerang usia anak dan balita saja, namun Juga segala usia.

3. Gagal ginjal akut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus gagal ginjal akut misterius (acute kidney injury/AKI) mencapai 304 kasus per tanggal 31 Oktober 2022. Angka kematian yang saat ini mencapai 159 anak.

4. Diabetes melitus pada anak

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis data yang menunjukkan bahwa prevalensi anak penderita diabetes meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 dibanding 2010. Endemi adalah penyakit yang biasanya mewabah di suatu wilayah tertentu.

Meskipun sudah memasuki endemi, kewaspadaan tinggi tetap harus menjadi pegangan setiap orang. Misalnya, perilaku hidup bersih dan sehat berbasis individu dan masyarakat, menggelorakan olahraga dan gaya hidup sehat serta pengendalian infeksi kesehatan tak boleh mengendur.

Back to top button