Market

The Fed Perlambat Kenaikan Suku Bunga Bikin Dolar AS Loyo

Selasa, 10 Jan 2023 – 08:01 WIB

Pekerja menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022). (Foto:Antara).

Nilai tukar (kurs) dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama di akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB, 10/1/2023).

Para pedagang meyakini data ekonomi baru akan mendorong bank sentral AS, The Federal Reserve memperlambat laju kenaikan suku bunganya. Sementara mata uang berisiko diuntungkan dari keputusan China membuka kembali perbatasannya.

Euro menguat 0,96 persen menjadi 1,0747 dolar, level tertinggi versus greenback sejak 9 Juni, menambah kenaikan 1,17 persen pada Jumat (6/1/2023). Sedangkan, sterling melonjak 0,87 persen menjadi 1,21975 dolar AS, setelah membangun reli 1,5 persen pada Jumat (6/1/2023). Sementara franc Swiss naik 0,82 persen menjadi 0,92 dolar AS, terkuat sejak awal Maret.

Perkembangan ini melanjutkan tren penurunan untuk dolar AS yang dalam tiga bulan terakhir di 2022, membukukan kerugian kuartalan terbesar dalam 12 tahun. Hal itu didorong keyakinan investor bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lebih dari 5,0 persen dari kisaran saat ini, sebesar 4,25-4,50 persen, karena inflasi dan pertumbuhan mendingin.

“Ada banyak orang yang melihat pada Fed fund berjangka dan tampaknya kita mungkin mendapatkan satu kenaikan suku bunga pada Februari dan kemudian mungkin penurunan suku bunga pada akhir tahun dan itu, menurut saya, membuka jalan bagi banyak orang untuk bertaruh terhadap dolar,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Suku bunga AS yakni Fed fund rate berjangka menunjukkan investor percaya hasil yang paling mungkin untuk pertemuan Fed pada Februari 2023, adalah kenaikan 25 basis poin. “Seruan konsensus adalah bahwa pada akhir tahun dolar akan jauh lebih rendah dan banyak orang mencoba untuk mendahului perdagangan itu,” kata Moya.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu setelah memberikan empat kenaikan berturut-turut 75 basis poin tahun lalu, tetapi mengatakan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk menjinakkan inflasi.

Dua laporan terpisah pada Jumat (6/1/2023) melukiskan gambaran ekonomi yang tumbuh dan menambah pekerjaan, tetapi di mana aktivitas keseluruhan condong ke wilayah resesi, mendorong pedagang untuk menjual dolar terhadap berbagai mata uang.

Laporan ketenagakerjaan bulanan pada Jumat (6/1/2023) menunjukkan peningkatan jumlah pekerja yang lebih besar dari perkiraan dan perlambatan pertumbuhan upah – berita baik untuk bank sentral AS.

Sebuah laporan dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas di sektor jasa-jasa mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun pada Desember.

Indeks dolar berada di level terendah 7 bulan, terakhir turun 0,81 persen menjadi 103,033. Indeks, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, jatuh 1,15 persen pada Jumat (6/1/2023) karena investor beralih ke aset-aset berisiko.

Dengan data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis (12/1/2023), prospek tekanan harga akan menjadi fokus utama bagi investor.

“Ekspektasi Indeks Harga Konsumen minggu ini adalah untuk mengurangi tekanan inflasi lebih lanjut,” kata Greg McBride, kepala analis keuangan di Bankrate. “Apa pun yang kurang dari perbaikan berbasis luas akan menggetarkan saraf investor dan membuat Fed tetap aktif.”

Di tempat lain, China terus membongkar sebagian besar aturan ketat nol-COVID seputar pergerakan saat membuka kembali perbatasannya.

Optimisme tentang pemulihan ekonomi yang cepat mengirim yuan di pasar luar negeri ke level tertinggi lima bulan terhadap dolar pada Senin (6/1/2023).

Dolar Australia naik 0,8 persen menjadi 0,69305 dolar AS, mencapai level tertinggi terhadap mata uang AS sejak 30 Agustus, sementara kiwi terakhir naik 0,45 persen pada 0,6378 dolar AS.

Back to top button