Market

Sudah Tembus Rp16 Ribu per Kg, Istana Tetap Yakin Bansos Beras Bisa Turunkan Harga


Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono yakin penyaluran bantuan sosial pangan berupa beras 10 kg akan menurunkan harga beras yang saat ini menembus Rp16 ribu lebih.

Menurut Edy, bantuan pangan tidak mempengaruhi kelangkaan dan kenaikan harga beras. Justru tidak lama lagi harga beras bisa turun dengan bantuan pangan yang digelontorkan pemerintah.

Pasalnya, pemerintah mengucurkan beras gratis kepada 22 juta rumah tangga. Hal itu membuat permintaan beras turun di pasar, bila permintaan turun, secara teori seharusnya harga beras bisa turun.

“Bagaimana dampak ke harga? Sekarang kalau kita bicara teori ya, kita bicara supply demand. Kalau demand turun harga turun, nah sekarang kalau untuk 22 juta rumah tangga, penerima bantuan pangan itu per teori kan mereka nggak beli beras, ya kan. Berarti demand (permintaan) turun dong harusnya, jadi secara komersial dia justru bisa menurunkan harga. Gitu, bukan malah menaikkan,” kata Edy dalam pernyataannya di Kantor KSP, Jakarta Pusat, Senin (19/2/2024).

Dalam pantauan di panel harga rata-rata nasional di Bapanas pukul 13.18 WIB, harga beras premium menembus rekor ke Rp16.090 per kg atau naik Rp70 dari sehari sebelumnya. Adapun untuk harga beras medium hari ini juga rekor baru, tembus ke Rp14.080 per kg, atau naik Rp90 dari sehari sebelumnya. Artinya sudah jauh di atas HET beras berkisar Rp10.900-Rp11.800 per kg medium dan Rp13.900-14.800 per kg premium.

Padahal pada awal pekan lalu, (12/2/2024), harga beras premium masih di Rp15.750 per kg dan beras medium di Rp13.830 per kg. Harga tersebut adalah harga rata-rata harian di tingkat pedagang eceran.  

Menurut Edy lagi, pemerintah sudah membedakan alokasi beras untuk bantuan pangan dan juga alokasi beras untuk menekan harga. Semua dilakukan dengan cadangan beras pemerintah, maka dari itu hal ini tidak akan membuat pasokan beras di pasar berkurang.

Untuk pasokan yang digunakan untuk bansos pangan tak membuat stok di pasar jadi langka. “Alokasi cadangan beras pemerintah tidak mengurangi alokasi cadangan beras pemerintah yang digunakan untuk stabilisasi harga dan pangan,” kata Edy menegaskan.

“Jadi saya sekadar menguatkan statement (pernyataan) Bapak Presiden, tapi memang secara teknokratis enggak masuk, tuduhan bahwa bantuan pangan menyebabkan beras naik, enggak dong, bagaimana bisa? Wong sumbernya dari cadangan beras pemerintah, yang sudah ada,” lanjutnya.

Lebih lanjut, soal mahalnya harga beras, menurut Edy hal itu memang terjadi di semua negara. Harga gabah di tingkat petani pun naik, maka dari itu harga pun jadi mahal.

Untuk mengantisipasi hal itu pemerintah sendiri menyalurkan beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar. Harga beras SPHP lebih murah dari yang dijual di pasar, harapannya harga juga bisa turun.

“Kalau lagi mahal, ya Bulog melepas berasnya. Dijual dengan harga lebih rendah dari pasar. Kan harga beras Bulog lebih rendah. Dengan harapan harga akan turun. Atau, paling tidak kenaikan bisa ditahan. Dan itu, itu menurut hemat kami efektif. Paling tidak untuk menahan harga,” papar Edy.

Kembali ke bantuan pangan 10 kilogram, Edy bilang bantuan ini juga diberikan agar masyarakat kelas bawah bisa tetap mendapatkan beras tanpa harus membeli dengan harga yang mahal. Dengan begitu, semua masyarakat tetap bisa makan.

“Jadi saya mau bilang bahwa bantuan pangan itu kan solusi jangka pendek untuk kelompok kurang mampu, ketika harga tinggi. Jadi meski harga tinggi mereka tetap bisa makan,” ujar Edy.  

Seperti diketahui presiden Jokowi melaksanakan penyaluran bansos pangan beras 10 kg hingga Juni mendatang untuk 22 juta Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR).

Berdasarkan data per 17 Februari, realisasi bantuan pangan beras tahap satu 2024 yang telah disalurkan oleh Perum Bulog untuk alokasi Januari mencapai 193.368 ton atau 87,87 persen dari pagu sasaran per bulan sebesar 220.041 ton.

Back to top button