Market

Menteri Bahlil Incar Investasi Rp 1.400 Triliun, Faisal: Tidak Dorong Ekspor Barang

Kucuran dana investasi menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di atas lima persen. Untuk itu, Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengincar realisasi investasi tahun 2023 ini tembus Rp1.400 triliun.

Target tersebut, menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini, merupakan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bahlil menjelaskan, target realisasi investasi tersebut harus dicapai jika ingin ekonomi Indonesia tetap berada di atas 5%. Pasalnya, salah satu instrumen pendukung tumbuhnya ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 adalah investasi.

Karena itu, Bahlil menyebut pemerintah ke depan terus mendorong hilirisasi sumber daya alam (SDA) untuk menciptakan nilai tambah.

“Untuk Indonesia menjadi negara maju tidak ada cara lain, hilirisasi harus kita bangun dan peta investasi kita sampai 2040 sebesar USD548,5 miliar,” ujarnya yang dikutip secara virtual saat acara Pembekalan Calon Wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (22/8/2023) .

“Saya janji kepada teman-teman semua bahwa Insyaallah tahun 2023, realisasi investasi kita akan mencapai Rp1.400 triliun,” katanya.

Sementara ekonom senior, Faisal Basri menilai saat ini pertumbuhan investasi semakin melambat. Pada semester pertama tahun 2023 ini investasi (pembentukan modal tetap bruto) hanya tumbuh 3,3 persen.
“Sekalipun porsi investasi dalam PDB turun, namun masih tergolong relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga,” katanya seperti mengutip dari situs pribadinya.

Dengan porsi investasi dalam PDB yang sudah turun di sekitar 28 persen dewasa ini, pertumbuhan ekonomi sejatinya bisa lebih tinggi asalkan pemerintah berhasil menekan ICOR (incremental capital output ratio) yang melonjak tajam selama pemerintahan Jokowi.

“ICOR yang tinggi mencerminkan investasi tidak efisien akibat praktik mark-up dan korupsi, penunjukan langsung dalam pembangunan proyek-proyek pemerintah, perencanaan yang lemah, serta buruknya manajemen proyek,” jelasnya.

Ternyata, lanjut Faisal, kualitas investasi pun buruk. Sekitar tiga perempat pembentukan modal berwujud bangunan, sedangkan dalam bentuk mesin dan peralatan hanya sekitar 10 persen saja selama lima tahun terakhir. Bangunan semata tidak menghasilkan output fisik tanpa kehadiran mesin dan peralatan. “Tidak pula mendorong ekspor barang,” tegas ekonom Indef ini.

Pemerintah menggencarkan hilirisasi. Sejumlah kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus bermunculan. Namun, industrialisasi terus saja memudar. Pertumbuhan sektor industri manufaktur selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB sejak 2005 hingga kini, kecuali pada 2011.

Back to top button