Market

Pengalihan Saham Pelindo Tuntas, IPCC Siap Tancap Gas

Prosesi penggabungan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) hingga PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah resmi dilaksanakan pada 1 Oktober 2021 dan telah menghasilkan satu entitas besar menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

Dalam perjalanannya, dari hasil penggabungan tersebut, dibentuklah struktur organisasi perusahaan di mana terdiri dari empat regional yang terdiri dari sejumlah cabang dan juga pembentukan entitas baru sebagai sub-holding yang membawahi sejumlah anak perusahaan dari eks- Pelindo I hingga Pelindo IV.

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) berada pada klaster Non Peti Kemas dengan PT Pelindo Multi Terminal sebagai entitas baru Sub-Holding. Dengan demikian, nantinya yang menjadi pemegang saham mayoritas IPCC ialah Subholding PT Pelindo Multi Terminal setelah terjadinya pengalihan saham atau inbreng dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) selaku pemilik 71,28 persen saham IPCC kepada Subholding PT Pelindo Multi Terminal.

Adapun proses pengalihan saham dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) kepada Subholding PT Pelindo Multi Terminal secara resmi telah dilakukan pada awal tahun ini atau tepatnya pada 3 Januari 2022. IPCC juga telah melakukan Keterbukaan Informasi melalui Sistem Pelaporan Elektronik (SPE) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan PT Bursa Efek Indonesia (IDX). Setelah terlaksananya inbreng saham tersebut tentunya koordinasi operasional menjadi lebih fokus dan terarah.

Rio T.N Lasse, Direktur Utama IPCC, menyampaikan apresiasi dan harapannya seiring terjadinya inbreng saham tersebut. Hal ini akan membantu dan memperkuat posisi IPCC dalam melakukan ekspansi di sejumlah Pelabuhan, khususnya Pelabuhan yang sebelumnya dimiliki oleh Pelindo 1 hingga 4. Ini juga memudahkan koordinasi dengan Pelindo sebagai Holding melalui Subholding PT Pelindo Multi Terminal.

“Kami, Manajemen IPCC, tentunya menyambut baik dan mendukung terintegrasinya antar Pelindo yang kini menjadi keluarga besar di bawah Pelindo sebagai Holding. Adanya pengklasteran tersebut juga dapat membantu kami memperkuat posisi IPCC untuk dapat bekerja sama dengan sejumlah pelabuhan yang menjadi incaran kami. Pasca inbreng saham tuntas, support dari Subholding akan membantu kami dalam merealisasikan sejumlah ekspansi dan kerjasama tersebut,” papar Rio.

Selain itu, integrasi Pelindo juga dapat meningkatkan konektivitas dan standarisasi pelayanan pelabuhan guna mendukung penurunan biaya logistik nasional serta mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional.

Dampak dari adanya merjer memberikan kemudahan akses dalam mendekati maupun penjajakan kerjasama bisnis dengan sejumlah cabang tersebut. Hal ini karena, semua cabang dan anak perusahaan telah berada dalam satu komando di bawah arahan Pelabuhan Indonesia atau Pelindo (Persero).

Dalam arahan Pelindo bahwa untuk menciptakan konektivitas antarwilayah maka dimungkinkan adanya kolaborasi antara cabang dan anak perusahaan di bawah Pelindo.

Tidak hanya itu, Rio juga menyampaikan bahwa pencapaian tahun 2021 yang kian menunjukan pemulihan dan pasca terintegrasinya Pelindo memberikan semangat bagi IPCC untuk terus mencapai pencapaian terbaiknya pada 2022. Sejumlah strategi penjajakan kerjasama, khususnya di dalam internal Pelindo Group tengah dilakukan.

Rio menjelaskan, di bawah Pelindo terdapat 4 wilayah Regional yang masing-masing terdapat cabang Pelabuhan milik Pelindo. Regional 1 terdapat 15 cabang Pelabuhan. Regional 2 terdapat 12 cabang Pelabuhan. Regional 3 paling banyak, terdapat 40 cabang Pelabuhan. Dan, Regional 4 terdapat 28 cabang Pelabuhan. Total ada 95 cabang Pelabuhan ex masing-masing Pelindo.

Dengan melihat banyaknya cabang tersebut tentu menjadi potensi pasar yang bisa digarap dan dikerjasamakan dengan IPCC, khususnya untuk Pelabuhan yang menjadi Terminal RoRo.

“Kami bersama Tim Operasi dan Teknik, Komersial dan Pengembangan Bisnis, Keuangan dan SDM, dan supporting unit internal lainnya tentunya melakukan pemetaan cabang-cabang mana yang bisa dikerjasamakan dan tentunya berkaitan dengan bisnis kami, yaitu Terminal Kendaraan. Untuk tahun 2022 ini kami merasa optimis kerjasama dengan sejumlah Pelabuhan secara bertahap dapat segera direalisasikan,” ujarnya.

Jika melihat data statistik dari BPS, Rio mengambil contoh di tahun 2020 di mana penjualan kendaraan di Indonesia paling banyak di Jakarta dan Jawa, ini sudah pasti. Di luar pulau Jawa, penjualan paling banyak di Sumatera, lalu Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan terakhir Papua.

“Di Sumatera, kita bisa kerjasama dengan Pelabuhan Belawan untuk operasional Terminal Kendaraannya karena kita melihat penjualan kendaraan di Sumatera paling banyak di Sumatera Utara dimana Pelabuhan Belawan berada. Atau misalkan, terbuka peluang kerjasama dengan Pelabuhan Makasar karena kita melihat penjualan kendaraan di Sulawesi yang paling banyak di daerah Makasar. Dan seterusnya untuk penjajakan dengan Pelabuhan lainnya yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan,” ucap Rio menambahkan.

Kerjasama tersebut dapat memberikan nilai tambah juga bagi kinerja IPCC. Tidak hanya bagi IPCC, bagi cabang Pelabuhan dan pihak automaker pun juga mendapat benefit-nya.

Sebagai informasi, IPCC telah menuntaskan perjanjian kerjasama pengoperasian Terminal RoRo di Pelabuhan Cabang Belawan dan telah mulai beroperasi pada awal Januari 2022 ini. Selanjutnya, IPCC juga akan melakukan penjajakan dengan Pelabuhan lainnya.

Back to top button