Market

Menteri BUMN Akui Masyarakat Belum Bisa Uji Coba LRT Jabodebek

Mendekati waktu peresmian, LRT Jabodebek masih terus memastikan semua aspek berjalan sesuai rencana. Walaupun akhirnya masyarakat belum tentu mendapat kesempatan untuk melakukan uji coba dengan harga tiket Rp1 per orang.

Kesempatan ini sebenarnya sudah pernah dijadwalkan pada akhir Juli hingga pekan kedua bulan Agustus ini. Namun akhirnya tertunda karena pengelola LRT Jabodebek masih ingin memastikan persiapan sebelum beroperasi penuh. Persiapan apa lagi yang masih kurang?

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengaku terpaksa masih melakukan penundaan uji coba LRT Jabodebek bagi masyarakat umum. Saat ini PT Siemens Mobility Indonesia selaku pengembang sistem persinyalan LRT dengan konsultan asal Inggris yang diajak kerja sama oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang mengecek kesiapan moda transportasi ini.

Ceritanya, Kemenhub bekerja sama dengan dua perusahaan konsultan asal Inggris yaitu The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia, untuk memastikan kesiapan operasional LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Erick mengatakan proses saling cek wajar dilakukan demi menjaga keselamatan penumpang. “Itu kan pakai Siemens, konsultannya dari Inggris, lagi saling ngobrol, kan enggak apa-apa saling ngecek. Saya rasa hal ini maklum, bukan menjadi, oh ini salah dan benar. Ini lagi bicara,” kata Erick di kantor Kementerian BUMN, Selasa (1/8/2023).

Erick menjelaskan Siemens sebenarnya sudah memiliki sistem perkeretaapian yang canggih. Namun, konsultan Inggris tetap ingin melakukan pemeriksaan.

“Dengan sistem yang dipakai Siemens ini bagus dan sudah tidak perlu dipertanyakan, di mana-mana pakai Siemens kok. Tapi konsultan dari Inggris pengen cek sekali lagi, ya enggak apa-apa. Enggak ada yang diumpetin kok,” katanya.

Tanpa Koordinasi
Sementara Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengakui proyek LRT Jabodebek berjalan tanpa koordinasi padahal banyak komponen yang terlibat. Karena ternyata setiap komponen bekerja masing-masing tanpa sistem integretor, dengan tidak adanya integrator atau penghubung.

“Jadi semua komponen project itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah,” ujarnya dalam kesempatan InJourney Talk.

Selain itu, proyek LRT Jabodebek memiliki bagian yang salah desain atau hasilnya tidak sesuai dengan rencana. “Ini project juga salah kedaden (sesuatu yang salah terjadi) juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa, jadi dulu itu dengan berbagai macam teori bikin lah ini program kereta tanpa masinis,” jelasnya.

Saat mendapatkan tugas untuk mengawasi proyek ini, setelah dilakukan kajian maka menemukan kejanggalan. Maksudnya, pada jalur berbelok dari jalan Gatot Subroto menunju kawasan Kuningan. Dengan jalan yang sempit maka LRT akan berjalan pelan maksimal kecepatan 20 km/jam.

“Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget,” ujarnya.

Back to top button