Kanal

Referendum Aborigin, Tinta Sejarah Baru Suku Asli Adat Australia

Pemerintah Australia akan menggelar referendum penentuan nasib masyarakat adat Aborigin dan warga kepulauan Selat Torres dalam konstitusi. Bagaimana sebenarnya sejarah masyarakat adat asli negeri Kanguru itu dan kondisinya saat ini?

Lewat referendum ini, akan ditentukan apakah masyarakat adat tersebut akan diakui oleh konstitusi Australia atau tidak. Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan referendum ini adalah momen yang telah lama dibuat. “Semangat kerja sama dan dialog yang bijaksana dan penuh hormat adalah hal penting untuk bisa sampai ke titik ini,” kata Albanese penuh emosional.

National Geographic mengungkapkan, masyarakat Aborigin terbagi menjadi dua. Pertama adalah warga Aborigin, yakni mereka yang sudah tinggal di Australia sejak penjajahan Inggris di 1788. Kedua yakni warga Kepulauan Selat Torres, keturunan dari penduduk Kepulauan Selat Torres yang kini disebut sebagai Queensland.

Tahun 2017 sebuah studi genetik terhadap 111 orang Aborigin menemukan bahwa masyarakat adat Aborigin Australia yang ada saat ini, adalah keturunan dari nenek moyang yang sama, dari sebuah populasi yang muncul di benua Australia 50.000 tahun yang lalu.

Tertindas sejak abad 1788

Sejak invasi Eropa ke Australia pada 1788, orang Aborigin telah tertindas ke dunia yang tidak wajar bagi keberadaan mereka. Mengutip Aboriginal Heritage, diperkirakan lebih dari 750.000 orang Aborigin menghuni benua pulau pada 1788. Para kolonis itu seperti ‘dipaksa’ untuk percaya bahwa tanah itu terra nullius atau tanah tak bertuan. Ini tidak lepas dari apa yang dilihat Lt James Cook pada tahun 1770 selama pelayarannya ke pantai timur Australia.

Setibanya di sana, Lt Cook menyatakan tanah yang dia sebut New South Wales menjadi milik Raja Inggris George III, dan mengabaikan fakta bahwa tanah tersebut sudah berpenduduk banyak. Kegagalannya bahkan untuk mencoba mendapatkan persetujuan dari penduduk asli memulai fiksi hukum bahwa Australia adalah sampah dan tidak berpenghuni.

Cook segera diikuti oleh kedatangan Armada Pertama, pada bulan Januari 1788, di bawah komando Kapten Arthur Phillip, yang misinya adalah mendirikan koloni dan menguasai Terra Australia untuk pemukiman.

Apa yang tidak pernah dipahami oleh para kolonis awal, dan mungkin yang baru dipahami oleh banyak orang Australia sekarang, adalah bahwa gaya hidup Aborigin didasarkan pada kekerabatan total dengan lingkungan alam. Kebijaksanaan dan keterampilan yang diperoleh selama ribuan tahun memungkinkan mereka untuk menggunakan lingkungan mereka secara maksimal.

Bagi orang Aborigin, tindakan seperti membunuh hewan untuk dimakan atau membangun tempat berteduh sangat kental dengan ritual dan spiritualitas, dan dilakukan dalam keseimbangan yang sempurna dengan lingkungan sekitar mereka.

Suku ini mandiri dan harmonis, sehingga tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari tanah mereka, karena sumber daya di sekitarnya begitu melimpah, dan perdagangan dengan kelompok suku lain terjalin dengan baik. Bergerak di seluruh negara sesuai dengan musim, warga suku ini hanya perlu menghabiskan sekitar 4-5 jam per hari bekerja untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Dengan banyaknya waktu senggang yang tersedia, mereka mengembangkan kehidupan ritual yang kaya dan kompleks seperti bahasa, adat istiadat, spiritualitas, dan hukum.

Hak asasi mereka tertindas

Mengutip Human Right Australia, penting untuk melihat sejarah Aborigin dengan keterbukaan dan kejujuran. Sejak penjajahan Australia oleh pemukim Eropa, penduduk Aborigin dan Kepulauan Selat Torres Australia telah mengalami kesulitan yang ekstrim, mulai dari hilangnya budaya tradisional dan tanah air hingga pemindahan paksa anak-anak dan penolakan hak kewarganegaraan.

Sejarah ketidakadilan ini berarti bahwa banyak penduduk Aborigin dan Kepulauan Selat Torres telah ditolak aksesnya terhadap hak asasi manusia, seperti hak atas kesehatan, perumahan, pekerjaan dan pendidikan. Ada lebih dari 250 bahasa Aborigin dan Kepulauan Selat Torres yang berbeda. Kini dari 145 bahasa yang tersisa, 110 terancam punah.

Ketimpangan terjadi pada warga pribumi ini. Rata-rata, orang Aborigin dan Torres Strait Islander Australia memiliki harapan hidup 10-17 tahun lebih pendek daripada orang Australia lainnya. Bayi Aborigin dan Torres Strait Islander meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan bayi Australia lainnya.

Terlebih lagi, banyak orang Aborigin dan Torres Strait Islander menderita penyakit kronis, seperti penyakit jantung, dengan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada populasi non-Pribumi. Ini adalah krisis kesehatan yang tidak boleh dibiarkan berlanjut di negara sesejahtera Australia.

Generasi yang dicuri

Kebijakan terhadap kaum Aborigin yang paling terkenal dan menghebohkan terjadi di era 1910-1970. Kebijakan asimilasi pemerintah Australia ini menyebabkan hingga 33 persen anak Aborigin Australia dipindahkan secara paksa. Ini yang dikenal sebagai stolen generations atau generasi yang dicuri.

Generasi yang dicuri ini dimasukkan ke dalam keluarga-keluarga, dan dilarang berbicara menggunakan bahasa asli mereka. Ketika mereka masih anak-anak, diambil dari keluarga dan komunitas mereka sebagai akibat dari kebijakan pemerintah di masa lalu.

Anak-anak dikeluarkan oleh pemerintah, gereja, dan badan kesejahteraan untuk dibesarkan di institusi, diasuh atau diadopsi oleh keluarga kulit putih. Pemindahan anak-anak Aborigin terjadi sejak awal penjajahan Inggris di Australia. Ini memutuskan ikatan budaya, spiritual dan keluarga yang penting dan telah meninggalkan dampak abadi dan antar generasi pada kehidupan dan kesejahteraan orang Aborigin dan Kepulauan Selat Torres.

Akibatnya, banyak orang Aborigin Australia tak punya kewarganegaraan penuh dan hak suara, sampai tahun 1965. Di tahun 1967, orang Australia memutuskan UU federal juga berlaku untuk orang Aborigin Australia.

Barulah pada 13 Februari 2008, PM Australia Kevin Rudd mengeluarkan permintaan maaf atas tindakan negara terhadap masyarakat Aborigin. Sejak saat itu, Australia berusaha keras mengurangi kesenjangan sosial antara orang Aborigin dengan orang non-pribumi Australia.

Penyelidikan Nasional kemudian mengarah pada laporan untuk membawa mereka pulang yang diajukan ke Parlemen pada 26 Mei 1997. Laporan tersebut berisi 54 Rekomendasi tentang bagaimana memperbaiki kesalahan yang dilakukan terhadap penduduk Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres melalui undang-undang berbasis ras dan kebijakan pemerintahan berturut-turut di seluruh Australia.

Rekomendasi 5a dan 5b menyarankan agar semua Parlemen Australia dan kepolisian Negara Bagian dan Wilayah mengakui tanggung jawab atas undang-undang, kebijakan, dan praktik pemindahan paksa di masa lalu dan bahwa atas nama pendahulu mereka secara resmi meminta maaf kepada individu, keluarga, dan masyarakat pribumi.

Saat ini, sekitar tiga persen populasi Australia mewarisi suku Aborigin. Masyarakat adat Aborigin sendiri terus berjuang mempertahankan budaya kuno mereka, serta memperjuangkan pengakuan dari pemerintah Australia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button