Ototekno

Mengenal Fenomena Hujan Es, Ada yang Beratnya 1 Kilogram

Fenomena hujan es kerap terjadi di Indonesia. Seperti yang terjadi di Kalibata, Jakarta Selatan dan Jl Dewi Sartika Jakarta Timur, akhir pekan lalu. Mengapa hujan es terjadi padahal Indonesia termasuk daerah tropis yang panas?

Hujan es merupakan fenomena langka yang terjadi di Indonesia. Meskipun jarang terjadi, namun sebenarnya fenomena yang wajar, apalagi di wilayah tropis seperti Indonesia. Hujan es umumnya terjadi pada musim peralihan yang disertai dengan hujan lebat, petir, dan angin kencang. Dalam istilah meteorologi, hujan es disebut juga dengan hail.

Hujan es berbeda dengan salju meskipun keduanya termasuk dalam keluarga hidrometeor atau partikel air dalam bentuk cair atau padat. Hujan es dapat terjadi pada suhu tinggi di musim panas termasuk di daerah tropis seperti Indonesia, yang merupakan lingkungan yang mustahil untuk kedatangan salju.

Hujan es adalah jenis presipitasi padat (es), yang ukurannya dapat berkisar dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Di beberapa negara ukuran hujan es seringkali berukuran lebih besar. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat hujan es berukuran paling besar terjadi di Distrik Gopalganj Bangladesh dengan berat 1,02 kilogram pada 14 April 1986.

Hujan es dapat terjadi pada setiap musim sepanjang tahun, bahkan pada suhu permukaan yang tinggi seperti pada musim panas atau di daerah tropis setinggi permukaan laut.

Sulit untuk mengetahui apakah awan badai akan mengalami hujan es atau tidak hanya dengan melihatnya. Namun secara umum, semakin tinggi awan, semakin besar kemungkinan terjadinya hujan es. Awan ini sering memiliki warna hijau atau biru kehijauan yang menakutkan yang terjadi saat sinar matahari bersinar menembus hujan lebat atau hujan es di dalam badai.

Di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut. Hujan es bersifat sangat lokal dan biasanya berlangsung kurang dari 10 menit dengan luasan wilayah 5 hingga 10 kilometer.

Penyebabnya

Pakar Klimatologi UGM, Dr Emilya Nurjani mengungkapkan, fenomena hujan es disebabkan awan Cumulonimbus yang muncul secara vertikal di luar titik beku air. Awan ini naik pada ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut hingga mencapai 10.000 meter di atas permukaan laut saat udara dalam kondisi bergejolak.

“Awan di bagian bawah dianggap sebagai awan panas yang mengandung uap air. Kita mengenalnya sebagai hujan jika turun. Sedangkan bagian atas awan dianggap dingin yang mengandung es. Bagian yang turun sebagai hujan es ini disebabkan dengan suhu udara di permukaan, yang nantinya membuat kristal es tetap beku meski ukurannya lebih kecil,” kata Emilya, mengutip situs web UGM.

Emilya juga mengungkapkan bahwa di negara-negara dengan empat musim, hujan es lebih besar kemungkinan terjadi di musim dingin karena mereka juga memiliki suhu dingin di permukaannya. Jadi, ketika hujan es turun, itu tidak mencair. Penyebabnya adalah kelembaban udara yang tinggi dan massa udara yang mudah menguap, serta suhu permukaan bumi yang pas.

Fenomena Hujan Es

Namun, fenomena di negara tropis ini lebih kepada fenomena cuaca dengan berbagai pengaruh horizontal dan waktu. Awan stratus dianggap tidak padat dan mengandung air dengan curah hujan relatif singkat serta hujan ringan hingga sedang. Sebaliknya, awan Cumulonimbus (Cb) naik vertikal ke atas, namun tidak lebar, sehingga hanya menerpa wilayah kecil tertentu, namun hujan memang cukup deras.

Ia menambahkan, penyebab utama fenomena hujan es ini adalah kondisi alam dengan kelembaban yang relatif tinggi, massa udara yang tidak stabil, dan suhu yang pas di permukaan bumi. Namun, itu juga dapat terjadi karena perubahan suhu udara di troposfer atas, titik di mana awan yang dipenuhi es terbentuk.

“Jika bumi bersuhu rendah, maka kristal es akan jatuh dalam bentuk es atau hujan es. Sebaliknya, jika bumi bersuhu panas, kristal es akan jatuh dalam bentuk air hujan seperti yang biasa terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan perubahan iklim telah nyata terjadi di seluruh dunia. Efeknya adalah kondisi di permukaan bumi akan semakin ekstrem jika terus dibiarkan, termasuk terjadinya angin puting beliung bahkan hujan es yang sebelumnya sangat jarang terjadi di Indonesia.

“Hal ini yang perlu mendapat perhatian serius oleh semua orang, karena hujan es termasuk buntut dari perubahan iklim tersebut,” ungkap BMKG.

Kewaspadaan

Hujan es tidak dapat diprediksi secara pasti akan terjadi kapan dan di mana, sehingga masyarakat tetap harus waspada terlebih saat musim penghujan. Butiran es ini bisa merusak benda atau menyakiti tubuh karena ukurannya juga tidak bisa kita perkirakan.

Mengingat perubahan iklim yang terus terjadi, hujan es berpotensi menjadi bencana alam dari yang sebelumnya hanya fenomena biasa. Hujan es yang berukuran besar dan lebih padat dapat membawa kerusakan bagi masyarakat seperti pecahnya kaca atau genting rumah dan lebih merusak.

Mengingat sulitnya memprediksi kapan dan ukuran hujan es ini, masyarakat harus mempersiapkan diri untuk melindungi orang, hewan, atau tanaman. Untungnya, hujan es jarang mengakibatkan kematian di zaman modern ini, tetapi dapat menyebabkan cedera serius. Sebagian besar cedera terjadi saat orang terjebak di luar ruangan di tempat yang tidak ada tempat berlindung.

Itulah mengapa penting untuk tetap waspada terhadap cuaca dan menghindari bepergian ke daerah di mana tidak ada perlindungan di dekatnya saat hujan es berpotensi menjadi ancaman. Jika Anda keluar, tetap waspada terhadap potensi perlindungan jika diperlukan.

Begitu juga dengan hewan peliharaan, simpan ke tempat berlindung jika hujan es terjadi. Atau tutup kandang dengan penutup yang memadai, seperti terpal, kain atau lapisan lainnya. Tanaman kesayangan Anda juga bisa dihantam oleh hujan es.

Lindungi pula kendaraan Anda seperti mobil dan motor. Tentu saja, cara termudah untuk melindungi mobil dari hujan es adalah dengan memarkirnya di garasi. Carport juga merupakan solusi yang baik, tetapi terkadang hujan es dapat masuk secara miring dan masih mengenai bagasi atau kap mobil. Lindungi kaca depan mobil dengan terpal, selimut atau lapisan apa aja agar tidak terkena secara langsung oleh hujan es.

Jika Anda berada di jalan saat hujan es melanda, segeralah mencari perlindungan. Jangan paksakan mengemudi untuk mengurangi risiko kecelakaan karena jalanan licin atau kaca mobil terkena hujan es. Kecepatan mobil juga akan menjadikan butiran es lebih kuat menghantam kendaraan.

Back to top button