Hangout

Marak Pelajar Bunuh Diri, Kak Seto Ungkap Penyebabnya: Orang Tua Selalu Membandingkan Anak!

Pengamat anak sekaligus Keta Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengungkap sejumlah masalah yang menjadi sebab mangapungnya kasus bunuh diri di kalangan pelajara dan mahasiswa serta mahasiswi belakangan ini.

Sosok yang akrab disapa Kak Seto menilai, selain perilaku bully di sekolah, pola asuh orang tua juga menjadi pemicu anak melakukan hal keji terhadap dirinya sendiri.

“Sekarang ini yang terlupakan, yang kurang dikembangkan di dalam setiap keluarga adalah medekatan emosional antara orang tua dan anak. Kedekatan emosional itu bukan sekadar membuat anak harus les ini, les itu, harus pintar, harus ranking, bukan itu. Tapi juga nilai persahabatan yang ada di dalam keluarga,” kata Kak Seto saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).

Kak Seto memandang, ada beragam faktor yang memicu anak melakukan bunuh diri terkhusus dari sisi keluarga dan orang tua.

Pertama, adanya pola asuh atau cara pendidikan yang terkesan otoriter. Di mana orang tua selalu memaksa sang anak melakukan hal yang bukan menjadi keunggulannya.

“Di mana pendidikan yang otoriter main paksa dan sebagainya. Orang tua harusnya menerapkan pola lebih demokratis, yang lebih win-win solution kalau menjelaskan masalah. Menanyakan bakat-bakatnya Potensinya dan sebagainya,” ucap dia.

Lebih jauh, Kak Seto menilai perilaku orang tua yang kerap membandingkan kapasitas anaknya dengan anak lain juga tak pelak memicu timbulnya niat si anak untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Sikap tersebut kata Kak Seto kerap membuat anak terpukul, merasa tidak berharga, kehadirannya juga tak berguna dan lain sebagainya.

“Karena anak-anak yang sering bunuh diri itu adalah anak-anak yang kesepian, anak yang merasa seperti tidak berharga. Tidak ada yang mau mendengarkan, tidak ada yang mau memberikan apresiasi, perhatian, dan sebagainya. Akhirnya, ya sudah daripada hidup di sini, mending pindah ke alam sana,” ungkapnya.

Semula, kasus bunuh diri di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi mencuat ke permukaan. Teranyar, dua mahasiswi dari dua perguruan tinggai berbeda di Kota Semarang melakukan hal tersebut.

Kejadian pertama terjadi pada Selasa (10/10/2023) sore. Mahasiswi berinisial NJW, melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai empat Paragon Mall Semarang.

Sementara peristiwa kedua, terjadi pada Rabu (11/10/2023). Seorang mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang berinisial EN, 24, ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya.

Saat korban diperiksa, pihak berwajib menemukan kertas bertuliskan tangan dan berisi pesan perpisahan di samping jenazah.

Mundur lebih jauh, pada Senin (9/10/2023) salah seorang siswa kelas IX SMP Negeri 132 Cengkareng, Jakarta juga diduga bunuh diri usai melompat dari lantai empat sekolah.

Back to top button