Market

Lawan UE, Gapki Dukung Industri Sawit Jalankan Edukasi Anti Kekerasan

Senin, 09 Jan 2023 – 22:22 WIB

Terus diserang kampanye negatif Uni Eropa (UE), industri sawit nasional melawan dengan program sawit berkelanjutan, Jakarta, Senin (9/1/2023). (Foto: Antara)

Ketua bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Tofan Mahdi mendukung industri sawit nasional yang berkomitmen kuat dalam menjamin perlindungan terhadap pekerja wanita. Ketua bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Tofan Mahdi mendukung industri sawit nasional yang berkomitmen kuat dalam menjamin perlindungan terhadap pekerja wanita.

Hal ini penting guna menjawab kampanye negatif yang dilakukan Uni Eropa (UE) terhadap industri sawit Indonesia. “Kami memastikan, perusahaan sawit anggota Gapki tidak ada mengeksploitasi terhadap pekerja wanita. Industri sawit Indonesia juga menjamin tidak ada pekerja anak di industri sawit. Sektor kelapa sawit akan selalu menjadi tempat bekerja yang nyaman dan aman bagi seluruh karyawan, baik pria dan wanita juga bagi anggota keluarga mereka,” papar Tofan yang mantan wartawan senior Jawa Pos itu, di Jakarta, Senin (9/1/2022).

Tofan betul. Industri sawit nasional yang tergabung dalam Gapki, berperan aktif dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Seperti Wilmar yang gencar mensosialisasikan program edukasi pencegahan kekerasan seksual di seluruh unit perkebunannya. Tahun lalu, perusahaan agribisnis itu, memulai pilot project di salah unitnya di Kalimatan Tengah.

Human Capital Head Wilmar, Erlina Panitri mengakui, kekerasan terhadap perempuan dan anak masih rentan terjadi di seluruh sektor industri, termasuk perkebunan sawit. Persoalan tersebut rentan terjadi namun belum banyak diangkat ke permukaan karena masih dianggap sebagai hal yang tabu, atau kurangnya dukungan dan fasilitas apabila terjadi pengaduan. Padahal, perlindungan terhadap perempuan dan anak adalah hal penting yang harus menjadi perhatian semua pihak. Selain itu, masalah tersebut masih dianggap tidak berhubungan langsung dengan bisnis perusahaan.

“Dalam program ini yang kami lakukan adalah menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, terpadu, responsif gender, dan tanpa diskiriminasi dalam pekerjaan dan ketenagakerjaan,” kata Erlina.

Dalam sosialisasi tersebut, kata Erlina, Wilmar menggandeng lembaga buruh internasional atau International Labour Organization (ILO) yang berkontribusi dalam materi dan trainer. Isi sosialisasinya berupa edukasi untuk mengenali berbagai bentuk kekerasan, prosedur pengaduan, dan pembekalan pengetahuan-pengetahuan tertentu.

Menurut Erlina, pihaknya menghadirkan psikolog, ahli kriminologi, serta akademisi untuk memberikan pembekalan pengetahuan-pengetahun tertentu. Program tersebut juga dilengkapi dengan pemberdayaan ibu rumah tangga agar menjadi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). “Kami berharap agar karyawan perempuan dan ibu rumah tangga dapat mandiri secara ekonomi,” tutur Erlina.

Program yang digagas Wilmar ini, disambut hangat oleh peserta perempuan di setiap unit perkebunan perusahaan. Hal itu menunjukkan pentingnya fasilitas untuk perempuan dan anak. Sosialisasi ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 1 tahun 2020 tentang Penyediaan Rumah Perlindungan Pekerja Perempuan di Tempat Kerja. Ke depan, kata Erlina, Wilmar berencana mengembangkan rumah perlindungan perempuan dan anak di setiap unit perkebunannya. Sebelumnya, Wilmar telah mengoperasikan tempat penitipan anak di setiap unit perkebunannya.

“Program edukasi ini, sesuai arahan Presiden Jokowi kepada Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, yaitu peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan berprespektif gender, peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak, penghapusan pekerja anak, dan pencegahan perkawinan anak,” imbuhnya.

Asal tahu saja, UE tak henti-hentinya menyerang minyak sawit Indonesia dengan kampanye negatif. Misalnya, isu pekerja di bawah umur dan kekerasaan seksual di perkebunan sawit. Di balik langkah culas itu, motifnya persaingan bisnis. Karena, minyak sawit lebih diterima pasar global ketimbang minyak nabati asal UE yang berbasiskan kedelai atau bunga matahari.

Meski minyak sawit Indonesia dihujat, pasar global tetap menerima. Alhasil, ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), menjadi penyumbang devisa terbesar. Pada 2021, sektor kelapa sawit menjadi andalan ekspor nasional dengan kontribusi mencapai 15 persen. Nilai ekspor kala itu mencapai US$35 miliar. Atau setara Rp525 triliun (kurs Rp15.000/US$), disumbang dari sawit. Tahun lalu, kontribusinya agak turun menjadi US$30,8 miliar. Atau setara Rp462 triliun.

Back to top button