Market

Kilang Meledak Berkali-kali, Pakar: Pertamina Bukan Perusahaan Kemarin Sore!

Insiden ledakan kilang minyak PT Pertamina (Persero) yang berkali-kali terjadi mengingatkan publik pada pepatah ‘hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama’. Padahal, BUMN di sektor energi itu bukanlah perusahaan kemarin sore.

“Saya yakin Pertamina punya standar keselematan, standar keamanan. Pertamina bukan perusahaan baru, bukan perusahaan kemarin sore!” kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (7/4/2023).

Paling tidak berikut deretan kilang dan depo Pertamina yang mengalami insiden ledakan dan kebakaran selama periode 2021 hingga 2023. Kebakaran Depo Plumpang (3 Maret 2023), kilang minyak Balikpapan (15 Mei 2022), kilang minyak Balikpapan (4 Maret 2022), kilang minyak Balongan (29 Maret 2021), kilang Cilacap (13 November 2021), dan kilang minyak Cilacap (11 Juni 2021).

Penyebab Ledakan

Fabby menjelaskan, penyebab setiap kecelakaan yang terjadi pada Kilang Pertamina bermacam-macam. “Ada kilang yang terbakar karena kena petir. Itu masalahnya soal sistem antipetir yang tidak berfungsi. Lalu, ada yang karena kebocoran gas sehingga mengumpul lalu meledak,” ujarnya.

Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refinery & Petrochemical PT Pertamina (Persero), membeberkan kronologi ledakan Kilang Dumai, Riau, Sabtu (1/4/2023) malam sekitar pukul 22.40 WIB. Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh kebocoran gas hidrogen.

Korosi Jadi Penyebab Insiden di Plumpang

Sedangkan insiden pada depo Pertamina di Plumpang, kembali Fabby mengungkapkan, lantaran ada kebocoran pipa akibat korosi. “Jadi kalau kita lihat, meski hasilnya sama, sama-sama ada kebakaran dan ledakan, tapi penyebabnya berbeda-beda,” tuturnya.

Karena itu, kata dia, penanganannya pun harus sesuai dengan kondisi setiap kilang. “Inilah faktor-faktor yang mungkin terakumulasi lama sehingga ledakan terjadi berkali-kali. Bisa saja dalam penerapan standarnya itu tingkat kepatuhannya rendah,” ucapnya.

Fabby lebih lanjut mencontohkan, insiden ledakan Kilang Balongan lantaran petir. “Seharusnya ada uji berkala terhadap sistem antipetirnya. Kalau itu tidak dilakukan jelas ada kelalaian atau ada protokol yang dilanggar,” tuturnya.

Sementara depo Plumpang, persoalannya terletak di pipa yang mengalami korosi dan berada di daerah permukiman padat. “Mungkin tidak dilakukan inspeksi terhadap pipanya. Jadi, preventive maintenance tidak dilakukan,” papar Fabby.

Investigasi Mendalam, Cari Akar Masalah

Lebih jauh ia mengusulkan, seluruh kecelakaan ini diinvestigasi secara mendalam dan dicari akar masalahnya. “Kalau kita tahu akar masalahnya, maka itu bisa dibenahi sehingga tidak terulang kembali,” tuturnya.

Dalam rentetan insiden, sambung dia, yang paling bertanggungjawab, pimpinan atau manajer kilang karena dia yang bertugas sehari-hari. “Manajer kilang mengawasi semuanya, Satpam, operasi, hingga pengelolaan. Apalagi, sekarang untuk kilang, Pertamina sudah memiliki subholding-nya yang memiliki pimpinan terpisah.

Kalau ditarik sampai ke level Direktur Utama dan Komisaris Utama Pertamina, menurutnya terlalu jauh. “Dirut kasihan organisasi. Pertamina merupakan organisasi besar. Sudah ada direksi-direksinya. Pertamina bahkan punya sejumlah subholding. Kecuali, Pertamina organisasi kecil,” ucapnya.

Tahun Depan Terjadi Lagi Insiden, Bos Pertamina Enggak Becus

Deretan insiden ledakan dan kebakaran, kata dia, harus menjadi perhatian Direksi dan Komisaris Pertamina. “Corrective action harus menjadi perhatian mereka. Jika kejadian ini tahun depan masih terjadi lagi, berarti pimpinan Pertamina enggak becus. Kalau enggak becus ya harus diganti,” tukasnya.

Berbagai insiden tersebut, menurut dia, lebih karena masalah pelaksanaan SOP alias Standar Operasional Prosedur.

“Pengecekan enggak dilakukan, kalaupun dilakukan, mungkin eksekusi dari rekomendasinya tak dijalankan atau diabaikan. Rekomendasi korosi segera diganti, terus manajemen ah nanti saja. Enggak dijalankan-jalankan atau terlambat. Itu kan human error,” timpal dia.

Human Error Jadi Biang Kerok di Seluruh Dunia

Faktor-faktor kecelakaan itu, lanjut dia, bukan hanya terjadi di Pertamina tapi juga di negara lain. “Faktor human error paling tinggi, termasuk mengabaikan usulan corrective action atau tindakan korektif,” ucapnya.

Banyak kecelakaan-kecelakaan besar di seluruh dunia di mana human error menjadi penyebab utamanya seperti mengoperasikan, mengawasi, dan mengelola fasilitas kilang. “Kalau saya sih begitu. Untuk jelasnya harus dilakukan investigasi,” tuturnya.

Back to top button