Market

Kembangkan Listrik Hijau, Luhut Gencar Bujuk Investor Singapura dan China

Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) terus merayu investor asal China dan Singapura untuk membenamkan modalnya di bisnis energi listrik ramah lingkungan di Indonesia.

Deputi Menko Bidang Infrastruktur dan Transportasi, Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan, pemerintah Indonesia ingin mereka membangun bisnis berbasiskan energi matahari, serta penyimpangan baterai.

“Dengan terbangunnya rantai pasok industri PV (Photovaltaik) di Indonesia, Singapura akan mendapatkan elektron hijau. Indonesia akan mendapatkan nilai tambah dan membuka lapangan kerja baru,” kata Rachmat di Jakarta, Senin (7/8/2023).

Tak hanya Singapura, kata Rachmat, pemerintah gencar membujuk perusahaan China sebagai produsen rantai pasok PLTS terbesar di dunia yang teknologinya lebih maju, masuk ke Indonesia.

Saat pandemi COVID-19, ketika rantai pasok terganggu, dan memanasnya geopolitik dunia, kata Rachmat, Indonesia berpotensi menjadi pasar alternatif modul surya.

“Maka itu kami ajak orang untuk datang ke Indonesia. Bawa teknologimu, bawa modal, kami akan sediakan tenaga kerja. Kami memiliki sumber daya di Indonesia, kualitas bagus. Sumber daya alam dan mari kita dukung pasar bersama,” ungkapnya.

Rachmat mengatakan, untuk menciptakan beban dasar (base load), diperlukan optimalisasi dari seluruh sumber daya energi terbarukan. mulai dari tenaga air, panas bumi, matahari hingga angin. selanjutnya disebut listrik hijau dengan memanfaatkan eenergi yang sangat murah itu.

Untuk mendistribusikan listrik hijau ke seluruh Indonesia, bahkan lintas negara (cross border), kata Rachmat, diperlukan transmisi. Artinya, Indonesia berpotensi menjadi sumber bagi produksi energi hijau di dunia. Apalagi, permintaah listrik hijau diprediksi meroket di masa depan.

Sejalan dengan keinginan pemerintah, Vena Energy sebagai perusahaan energi baru terbarukan (EBT) yang berkantor pusat di Singapura menggandeng sejumlah pihak untuk membangun lini produksi komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.

Di mana, Vena Energy telah meneken perjanjian kerangka kerja penting dengan tiga perusahaan sekaligus yakni Suntech, Powin, dan REPT Battera. Dan, Suntech merupakan produsen modul PV dan sel surya silikon kristal. Sedangkan, Powin adalah penyedia platform penyimpanan energi, dan REPT Battera adalah produsen sel baterai untuk sistem penyimpanan energi.

Perjanjian Kerangka Kerja denga tiga perusahaan ini bertujuan menjajaki potensi pembentukan lini produksi lokal untuk komponen panel fotovoltaik surya dan sistem penyimpanan energi PLTS di Indonesia.

Komponen-komponen ini dimaksudkan untuk mendukung megaproyek hibrida Vena Energy di Pula Batam, sedang dikembangkan. Proyek di Batam ini memiliki kapasitas lebih dari 2 GW tenaga surya dan sistem penyimpanan energi baterai yang berpotensi menampung lebih dari 8 GWh energi bersih.

Pembangunan proyek di Batam ini diproyeksikan baru dimulai pada 2026 mendatang. Pada tiga tahun ini, Vena Energy akan memproses segala hal yang berhubungan dengan perizinan di lintas kementerian dan lembaga.

Di sisi lain, dalam tiga tahun ini perusahaan modul surya dan baterai juga akan memulai proyek ekspansinya demi memenuhi kebutuhan proyek besar ini.

Back to top button