Kanal

Kapal Karam,14 Ton Emas dan Pengejaran Pemburu Harta Karun

Kisah perburuan kapal karam pembawa 13,6 ton emas yang justru menyebabkan hidup penemunya terbelit kesulitan mengerikan.

Pada 12 September 1857 kapal uap Amerika Serikat, SS Central America tenggelam di lepas pantai Carolina, tujuan pendaratan yang sebenarnya segera tiba. Badai katagori 2 membuat kapal bertonase 2.141 ton sepanjang 85 meter itu tenggelam, membawa serta 425 dari 578 penumpang dan awaknya. Namun bukan jumlah korban itu yang membuat SS Central America diingat hingga seratus tahun lebih sesudahnya, melainkan 13,6 ton emas yang jadi muatannya.

Hingga lebih dari seabad kemudian, SS Central America hanya menjadi legenda dan mimpi para petualang.  Menemukan puluhan ton emas seharga lebih dari 765 juta dollar AS pada harga tahun 2021, tentu saja bukan rayuan kaleng-kaleng. Di luar itu, SS Central America hanya menyisakan nama besar kapten kapalnya, William Lewis Herndon, seorang perwira terkemuka, pahlawan Perang AS-Meksiko. Nama besarnya membuat Angkatan Laut AS pernah menamai dua kapalnya dengan USS Herndon, seperti juga kota baru Herndon City di Virginia. Herndon tak pernah bisa menyaksikan putrinya, Ellen, menikah dengan Chester Alan Arthur yang kemudian menjadi presiden  ke-21 AS.

Bangkai kapal itu baru ditemukan 131 tahun kemudian, tentu saja dengan sisa-sisa emas muatannya. Sebuah tim, Columbus-America Discovery Group of Ohio, dipimpin Tommy Gregory Thompson, menemukannya setelah berkutat lama dengan teori pencarian Bayesian. Melalui perangkat kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV), Thompson menemukan lokasi SS Central pada 11 September 1988; waktu yang hanya berjarak sehari dari tanggal kapal itu tenggelam.

Dengan sebuah ROV yang khusus dibuat untuk mengangkat muatan, berkilo-kilo emas kemudian berhasil diangkat. Konon, harga barang angkatan itu mencapai 100–150 juta dollar AS. Sebuah batangan emas pejal seberat 80 lb (36 kg) saat itu terjual dengan rekor harga 8 juta dollar AS dan diakui sebagai benda paling berharga di dunia waktu itu.

Persoalannya, bagi Thompson sendiri penemuan emas itu justru membuka beragam masalah besar yang memengaruhi hidupnya kemudian.    Pada saat Thompson menemukan harta karun itu pada 1988, ternyata para investor yang membantu mengumpulkan 12,7 juta dollar AS dana pencarian, tak pernah mendapatkan pembagian keuntungan. Padahal, pada saat Thompson mengumpulkan dana ekspedisi itu, pada musim gugur 1988, satu persatu ia mengetuk kesediaan sekitar 100-an orang investor di sebuah klub atletik. Konon, saat itu ia membawa dua koin tua dan sebatang emas batangan yang diambilnya dengan ROV sederhana dari SS Central.

Dana urunan itu yang membuat Thompson bisa membangun ROV canggih yang bisa mengangkat emas dalam jumlah besar dan membuatnya kaya raya. “Lalu, sepanjang musim dingin 1988-1989, Thompson dan timnya tiba-tiba lenyap dari pencarian para investor,” tulis Washington Post pada Januari 2015.

Tiada keberkahan dalam batang-batang emas itu, ternyata. Berton-ton emas itu hanya membebani Thompson, dan kekayaan besar yang ujug-ujug datang itu pun justru mendatangkan perceraian dengan istrinya pada 1991.

Mungkinkah karena harta itu datang dengan terlalu mudahnya? “Dia menemukan SS Central America dengan terlalu mudah,” kata marshal AS, Mark Stroh kepada Associated Press.  “Itu laiknya dia menemukan satu set kunci mobil yang dia salah taruh di rumahnya, tapi rumahnya ratusan mil dari lautan.”

Bukan para investor yang ramai-ramai mengejar. Thompson juga dilanda banyak masalah hukum manakala banyak perusahaan asuransi mengklaim kepemilikan emas yang ditemukan. Mereka menggugat, mengklaim telah mengasuransikannya di tahun 1800-an. Apalagi manakala Thompson kemudian dilaporkan menjual banyak emas batangan dan koin ke perusahaan pemasaran seharga 50 juta dollar AS pada tahun 2000.

Setelah itu Thompson menghilang. Tak ada jejaknya yang bisa dirunut. Hingga pada 2015 ia kemudian tertangkap Marshal AS yang telah lama mencarinya. Thompson ditangkap bersama pacar barunya, Alison Antekeier.

Ternyata, selama hidup dalam persembunyian itu Thompson dan pacarnya melakukan segalanya dengan petunjuk buku. Bahkan, seorang pimpinan marshal mengatakan, Thompson dan Antekeier adalah dua orang yang terlatih dalam “tradecraft“, terma yang dalam komunitas intelijen mengacu pada teknik, metode, dan teknologi yang digunakan dalam spionase modern.

Di tahun-tahun pertama buron, kata Marshal AS, keduanya hidup mewah di sebuah rumah di Florida. Di sana  mereka menyewa sebuah properti di tepi Pantai Vero bernilai jutaan dollar, dengan uang tunai. Konon, pemiliknya bilang sebagian uang itu lembab dan berjamur, setelah sekian lama terkubur di bawah tanah. Untuk komunikasi, Thompson menyimpan setidaknya 12 ponsel yang akan segera ia buang beserta nomornya setelah hanya sekian kali pakai.

Di rumah itu pun konon ditemukan tali pengikat uang bercap “$10.000,” sebuah bank note dengan salah satu nama samaran Thompson bersaldo 1 juta dolar, serta sebuah buku berjudul “How to be Invisible,” yang merinci cara-cara menghindari penegak hukum.

Namun bukan di rumah sewa bertarif mahal itu Thompson dan pacarnya ditangkap saat itu. Dia dan Antekeier dicokok di Hotel Hilton di Boca Raton, Florida. Mereka menyewa sebuah suite mahal, sekitar 200 dolar AS semalam selama setidaknya da tahun sebelum ditangkap. Para petugas hotel bilang, mereka jarang meninggalkan kamar. Kalaupun perlu, mereka akan memilih berjalan kaki, naik bus, atau taksi. Uang banyak itu tak bisa membuat mereka mampu beli mobil sendiri.

“Ia mungkin salah satu buronan paling cerdas yang pernah dicari oleh Marshal AS,” kata Peter Tobin, marshal AS untuk Distrik Ohio Selatan. Ia, kata Tobin, hanya bisa ditangkap karena “Kami menggunakan semua sumber daya dan kecerdikan kami.” [dsy/berbagai sumber]

Back to top button