Kanal

Habib Muhammad Alex Alhamid dan Fenomena Viral ‘Berbagi Berkah’ di Media Sosial

Habib Muhammad Alex Alhamid mendadak menjadi bintang di dunia maya, namun tidak semata-mata karena pencerahannya dalam hal keagamaan. Melainkan, ia menjadi perbincangan karena foto-foto beliau yang banyak dipasang oleh warganet di media sosial, khususnya aplikasi WhatsApp. Apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana pandangan ulama serta etika media sosial terkait fenomena ini?

Sebuah klaim yang beredar di media sosial menyatakan bahwa memajang foto Habib Muhammad Alex Alhamid dapat membawa berkah. 

“Assalamualaikum wr. wb. Terima kasih semua yang telah mengupload foto saya. Mudah-mudahan dapat barokah,” ungkap Habib Muhammad Alex Alhamid melalui akun Instagramnya, @muhibbin_akhir_zaman.

Sebelum lebih jauh membahas fenomena ini, penting untuk mengetahui siapa sebenarnya Habib Muhammad Alex Alhamid. Berusia 52 tahun, beliau terlibat dalam bisnis ekspor-impor dan berasal dari Pondok Pesantren Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Probolinggo, Jawa Timur.

Habib Alex juga pernah menempuh pendidikan di IAIN Malang. Meski namanya jarang disorot oleh media, beliau merupakan  cucu dari Habib Husein Alhamid (Brani) yang dikenal sebagai salah seorang wali yang kesohor di Hadramaut, Yaman.

Dalam konteks fenomena ini, beberapa ulama memberikan pandangannya terkait etika dalam memajang foto ulama. Pakar Hadis dan Literasi, Syekh Murtadha Al-Zabidi menjelaskan dalam kitab Ithaf al-Sadat al-Muttaqin bi syarh Ihya’ Ulum al-Din, bahwasanya memajang foto ulama hukumnya boleh selama untuk menghormati, yang tidak boleh adalah mengkultuskan atau melecehkan.

“Yang diharamkan adalah melecehkan berupa meremehkan dan merendahkan, hingga sakit hati kepada yang dilecehkan. Terkadang pelecehan atas ucapannya, menertawakan gerak-geriknya, tulisannya, hasil karyanya, foto (gambarnya), dan kepribadian yang menjadi aibnya. Tertawa terhadap hal tersebut termasuk pelecehan,” tulis Az-Zabidi mengutip laman Kemenag, Sabtu (7/10/2023).

Memajang foto ulama memang boleh dilakukan asalkan untuk menghormati dan tidak mengarah pada pemujaan berlebihan atau penghinaan.

Dalam konteks ini, kepercayaan warganet terhadap berkah yang akan diterima jika memajang foto Habib Alex seolah menjadi ujian tersendiri bagi etika media sosial dan penyebaran informasi. Apakah ini sebuah bentuk penghormatan, atau justru bisa disalahartikan sebagai bentuk lain dari pemujaan berlebihan, menjadi sebuah diskusi yang patut diperdebatkan dan tergantung pada niat masing-masing. Wallahu a’lam bish-shawab.

Back to top button