Hangout

Desa Panglipuran Bali, Ini Daya Tarik, Harga Tiket Masuk, dan Fakta Menariknya

Ditulis oleh: Kanty Atmodjo

Tak berlebihan jika Bali disebut sebagai Pulau Dewata atau pulaunya para Dewa. Pulau ini semuanya terlihat begitu indah, bak di surga, tempat tinggalnya para Dewa.

Mulai dari alamnya, tradisinya, budayanya, juga bangunan ataupun kehidupan sosial para penduduknya, begitu menarik dan indah dinikmati mata.

Salah satu desa yang kini amat terkenal dan menjadi tujuan destinasi wisata ketika berkunjung ke Bali adalah Desa Panglipuran.

Desa tersebut terletak di Bangli, sekitar 25 km dari bandara I Gusti Ngurah Rai atau sekitar 2,5 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat, jika kondisi lalu lintas lancar-lancar saja.

Tidak hanya memukau wisatawan dengan keindahan alamnya yang memesona, Desa Panglipuran juga memiliki tata kelola yang teladan dalam mengelola sampah.

Selain itu, keharmonisan sosial kemasyarakatan di desa ini sangat dijaga dengan baik.

Hal itu karena salah satu desa adat tertua di Bali yang telah hidup sejak berabad-abad lalu ini, memiliki prinsip yang kuat akan kebersihan dan harmoni dengan alam.

Bahkan hingga saat ini, warisan budaya dan tradisi leluhur tetap dijaga dengan sangat baik oleh penduduk desa. Itu  mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Menurut berbagai sumber, Desa Panglipuran juga dipercaya sebagai tempat pemakaman bagi para raja dan anggota keluarga kerajaan pada masa lampau. 

Legenda dan cerita rakyat yang berkembang menambah sentuhan magis pada suasana desa yang tenang dan damai. Kehidupan adat yang kental masih dijalankan dengan penuh cinta dan dedikasi oleh masyarakat setempat.

Desa Panglipuran Bali, harga tiket masuk, sejarah, daya tarik
Area dalam desa adat Panglipuran. Foto: iStock Photo

Konsep Tata Ruang Desa yang Harmonis

Desa Panglipuran adalah desa kecil yang memikat dengan sekitar 75 rumah adat yang dirawat dengan baik oleh penduduknya.

Jumlah penduduk di desa ini mencapai sekitar 300 jiwa, yang terbagi dalam sekitar 75 kepala keluarga. 

Meskipun ukurannya yang kecil, masyarakatnya sangat ramah dan hangat dalam menyambut para wisatawan yang datang berkunjung.

Setiap rumah adat di desa ini memiliki arsitektur khas Bali yang menarik perhatian wisatawan. Bangunan-bangunan tradisional ini dibangun dengan sangat rapi dan menyatu harmonis dengan alam sekitar, menciptakan suasana desa yang indah dan menenangkan.

Sebagai desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang, tata ruang Desa Panglipuran pun mengusung patokan adat yang sudah turun-menurun.

Salah satunya, desa ini dibangun dengan konsep Tri Mandala, tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.

Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling setalat. Di wilayah utara ada Utama Mandala. Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini pula lah tempat beribadah didirikan.

Di bagian tengah ada zona yang disebut Madya Mandala. Zona ini merupakan pemukiman penduduk, di mana rumah-rumah penduduk dibangun berbanjar di sepanjang jalan utama.

Sedangkan wilayah paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus untuk pemakaman penduduk.

Desa Terbersih di Dunia

Berkat kebersihan dan kerapihannya, desa yang berada di Bangli ini juga berhasil menyabet beberapa penghargaan.

Di antaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada 2017, dan yang terbaru, masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. 

Saat memasuki desa Panglipuran, Anda akan disambut dengan sederetan tanaman hijau.

Semakin masuk, udara dan pemandangan akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman yang menghiasi seluruh area desa.

Saat mengelilingi desa, pengunjung dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Itu dilakukan demi menjaga lingkungan Desa Panglipuran agar bebas dari polusi.

Untuk mengeksplorasi desa, pengunjung bisa dengan berjalan kaki.

Membuang sampah, tentu sangat dilarang di sini. Di Desa Panglipuran sudah disediakan tempat sampah setiap 30 meter. Jadi, tak ada alasan untuk buang sampah sembarangan.

Desa Panglipuran Bali, harga tiket masuk, sejarah, daya tarik
Tatanan rumah di areal desa. Foto: iStock Photo

Tata Kelola Sampah dan Kesadaran Lingkungan yang Tinggi

Dinobatkan sebagai salah satu desa terbesih di dunia, ternyata salah satu kunci yang membuat hal itu terwujud adalah tata kelola sampah di Desa Panglipuran yang terencana dengan baik. Itu yang kemudian menjadi daya tarik utama Desa Panglipuran. 

Masyarakat desa Panglipuran telah menerapkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan jauh sebelum kesadaran lingkungan menjadi semakin meningkat.

Memisahkan sampah organik dan non-organik, serta memiliki program daur ulang untuk beberapa jenis sampah, merupakan bukti nyata komitmen mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Penduduk Desa Panglipuran memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, dan mereka mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.

Anak-anak diajari bagaimana cara membuang sampah dengan benar dan bagaimana bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka.

Sikap ini telah menjadi bagian dari identitas budaya mereka, yang terus diperbarui dari generasi ke generasi.

Masyarakat Desa Panglipuran juga mengolah sampah organik menjadi pupuk yang digunakan untuk pertanian lokal.

Selain itu, mereka memanfaatkan limbah kertas untuk membuat kerajinan tangan yang kreatif dan bernilai ekonomi.

Upaya tata kelola sampah yang baik ini menjadi teladan bagi desa-desa lain di Bali dan bahkan di seluruh Indonesia.

Ada dua tarif tiket masuk yang berlaku untuk wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Wisata Penglipuran. 

Bagi wisatawan lokal, tarif tiket masuknya adalah Rp15 ribu untuk dewasa dan Rp10 ribu untuk anak-anak di atas 2 tahun. 

Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, tarif tiket masuknya adalah Rp30 ribu untuk dewasa dan Rp25 ribu untuk anak-anak.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Back to top button