News

Debat Capres Sentil Pembelian Jet Tempur Bekas Qatar, Masih Bisa Diandalkan?


Pembelian pesawat tempur bekas mengemuka pada acara Debat Capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minggu (7/1/2024) malam. Pesawat tempur yang hendak dibeli Kementerian Pertahanan RI adalah jet Mirage 2000-5 bekas dari Angkatan Udara Qatar. Bagaimana kontrak pembelian dan kemampuan jet tempur ini?

Dalam salah satu sesi debat, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengkritik kebijakan Capres nomor urut 2 sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang memutuskan membeli sejumlah pesawat tempur 2000-5 bekas dari Qatar. Ganjar menilai keputusan Prabowo itu gegabah lantaran tak mendengar aspirasi dari prajurit dan petinggi di tiga matra.

Anies Baswedan, Capres nomor urut nomor 1 juga sempat menyentil pembelian pesawat bekas ini. “Jangan utang digunakan untuk kegiatan non produktif, seperti membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan, itu bukan sesuatu yang tepat,” papar Anies Baswedan.

Bagaimana Proses Kontrak Pembelian Jet ini?

Kementerian Pertahanan telah menandatangani kontrak untuk membeli 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas yang diproduksi perusahaan Prancis Dassault Aviation. Pengadaan tersebut dituangkan dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU, tanggal 31 Januari 2023 dengan nilai kontrak sebesar 733 juta Euro (hampir Rp12 triliun) dengan penyedia Excalibur International a.s., Czech Republic. Jet-jet tersebut pertama kali diperoleh Angkatan Udara Qatar Emiri akhir 1990-an

Rencananya pesawat ini akan dikirimkan 24 bulan setelah kontrak efektif dan akan ditempatkan di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Kontrak pembelian Mirage 2000-5 termasuk di antaranya 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 (9 Single Seat And 3 Double Seat), 14 Engine and T-cell, Technical Publications, GSE, Spare, Test Benches, A/C Delivery, FF & Insurance, Support Service (3 Years), Training Pilot And Technician, Infrastructure, dan Weaponary.

Pertimbangannya saat itu, menurut Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan Brigjen Edwin Adrian Sumantha, Indonesia membutuhkan pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU. “Penurunan kesiapan pesawat tempur TNI AU disebabkan beberapa faktor,” ucap Adrian Sumantha.

Faktor-faktor tersebut di antaranya banyak pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakai, banyaknya pesawat yang akan melaksanakan upgrade, overhaul/repair dan masih lamanya pengiriman pesawat pesanan pengadaan baru. “Dengan kondisi keadaan di atas dinilai pembelian pesawat Mirage 2000-5 Ex Qatar Air Force merupakan langkah yang tepat guna memenuhi kesiapan pesawat tempur TNI AU,” ujarnya.

Saat ini banyak Alutsista TNI AU berupa pesawat tempur sudah masuk dalam fase habis masa pakainya seperti pesawat F-5 Tiger. Penggantian pesawat F-5 Tiger berupa pesawat SU-35 Sukhoi terkendala dengan ancaman sanksi CATSA dan OPAC List dari pihak Amerika Serikat. Sementara pesawat Hawk 100/200 juga sudah akan masuk pada fase habis masa pakai. 

Keputusan membeli pesawat tempur bekas dengan mengumpulkan pinjaman dari luar negeri ini sempat dipertanyakan oleh anggota DPR. Fakta bahwa pesawat tersebut tidak lagi diproduksi dan dapat menimbulkan masalah dalam pengadaan suku cadang merupakan kesulitan tambahan.

Namun belakangan Kemenhan menunda rencana pembelian pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas. “Pemerintah menunda pembelian jet Mirage karena kapasitas fiskal kita saat ini tidak dapat mendukung pembelian tersebut,” kata Dahnil Anzar Simanjuntak, juru bicara Menhan mengutip wawancara dengan TV One, pekan ini. TNI AU memilih untuk memperbarui jet Sukhoi dan F-16 yang ada hingga jet tempur Rafale pertama tiba dalam dua tahun. 

Spesifikasi Mirage 2000-5

Dassault Aviation, produsen Mirage 2000-5, menyatakan di situs webnya bahwa model tersebut pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967. Namun, kementerian pertahanan Indonesia tidak merinci usia pasti dari jet yang diperoleh. Kementerian mengklarifikasi bahwa pembelian tersebut mencakup layanan dukungan selama tiga tahun dan pelatihan pilot untuk pesawat tersebut.

Menurut catatan, Qatar menjadi pelanggan Mirage 2000-5 pada 1994 dengan memesan dua belas pesawat untuk menggantikan Mirage F1EDA. Ditunjuk sebagai Mirage 2000-5DAs, pesawat yang dipesan terdiri dari sembilan kursi tunggal (5EDA) dan tiga kursi dua kursi (5DDA), dengan pengiriman pertama dilakukan pada bulan September 1997. Qatar juga membeli rudal MICA dan Apache stand-off cruise peluru kendali. 

Mirage 2000 adalah pesawat tempur multirole dari produsen pesawat Perancis Dassault Aviation. Jet tempur ini telah beroperasi dengan Angkatan Udara Prancis sejak 1984, dan telah dipilih oleh Abu Dhabi, Mesir, Yunani, India, Peru, Qatar, Taiwan, dan Uni Emirat Arab. Pada tahun 2009, lebih dari 600 pesawat Mirage 2000 beroperasi di seluruh dunia.

Mengutip Dassault Aviation, pesawat Mirage 2000 memiliki bentang sayap 8,8 meter dengan panjang badan 14 meter. Pesawat ini memiliki dua versi yakni single dan twin-seater. Mirage 200 memiliki senjata internal yakni tembakan 2x30mm dengan stasiun penyimpanan berjumlah sembilan buah. Berat pesawatnya mencapai 17.463 kg dan maximum climbing speed mencapai 60.000 ft/min.

Mirage 2000 terdiri dari beberapa varian seperti Mirage 2000C/B kursi tunggal dan dua kursi untuk pertahanan udara; Mirage 2000N, dua kursi, dirancang untuk penetrasi nuklir segala cuaca pada ketinggian rendah dan kecepatan sangat tinggi. Sedangkan Mirage 2000D, versi peningkatan dari Mirage 2000N, untuk pengeboman otomatis menggunakan amunisi konvensional dan berpemandu laser.

Mirage 2000-5 mendapat kemajuan besar dibandingkan varian sebelumnya dan mewujudkan peningkatan elektronik, sensor, dan kokpit yang komprehensif untuk memperluas kemampuan tempurnya, sekaligus mengurangi beban kerja pilot. Inti dari perombakan Mirage 2000-5 adalah Thomson-CSF RDY (radar Doppler multitarget) dengan kemampuan lihat ke bawah/tembak ke bawah. Radar multifungsi mampu melakukan operasi udara-ke-darat, udara-ke-udara, dan udara-ke-laut. 

Dalam mode udara-ke-darat, RDY memiliki fungsi navigasi dan serangan yang memberinya kemampuan serangan dalam dan dukungan jarak dekat. Ia juga mampu mengunci beberapa target secara otomatis pada kontak pertama, dan radar dapat mendeteksi target terbang yang terbang serendah 200 kaki. 

Pengenalan radar memungkinkan pesawat untuk menggunakan rudal MICA, hingga enam di antaranya dapat ditembakkan secara bersamaan ke sasaran karena kemajuan dalam radar. Meskipun peningkatan kemampuan ofensif, beban kerja pilot diimbangi dengan pengenalan kokpit kaca multidisplay, berdasarkan pengembangan Rafale, termasuk kompatibel dengan night vision, HUD sudut lebar, dan kontrol HOTAS. Pesawat ini memiliki setelan penanggulangan ICMS Mk2, yang berisi tiga detektor radar dan sensor infra merah yang terhubung ke jammers aktif dan dispenser chaff/flare.

Apakah jet tempur bekas ini bisa diandalkan? Standar masa pakai jet tempur adalah sekitar 8.000 jam terbang atau sekitar 40 tahun dengan 200 jam terbang per tahun. Artinya badan pesawat dapat menerima beban G maksimum (+9g/-3g) selama 8.000 jam sebelum badan pesawat menunjukkan tanda-tanda kelelahan logam. Jika hal ini terjadi maka tidak aman ketika badan pesawat mengalami tekanan.

Angka-angka masa pakai ini dapat bervariasi secara signifikan dari satu pesawat ke pesawat lainnya. Untuk jenis Mirage-2000 biasanya memiliki masa pakai 7.500 jam dengan jaminan hingga 5.000 jam. Namun Prabowo dalam Debat Pilpres itu menyebutkan meskipun bekas, Mirage 2000-5 yang sudah berusia dua dekade ini masih memiliki masa pakai 15 tahun lagi.

Namun banyak kalangan mengingatkan teknologinya yang sudah terlalu lama bisa jadi akan ketinggalan dengan perkembangan jenis jet tempur baru lainnya. Selain itu, ketersediaan suku cadang juga harus menjadi pertimbangan mengingat pesawat tempur ini sudah tidak lagi diproduksi. Jangan sampai si tua ini benar-benar mangkrak dan hanya menjadi pajangan untuk menakuti-nakuti musuh saja.

Back to top button