News

Cair dengan PAN, NU Tegaskan Posisinya Netral Tak Terikat Parpol

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo memandang kehadiran para elite NU di acara Simposium 1 Abad Nahdlatul Ulama yang digelar oleh Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel Sheraton Surabaya, Sabtu (18/2/2023), adalah wujud sikap netral terhadap partai politik.

Selama ini, tuturnya, kadung tertanam di benak masyarakat bahwa NU adalah milik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hal ini secara tidak langsung meruncingkan perbedaan yang ada. Padahal, menurut Ari, di kalangan internal NU sendiri mayoritas tidak suka selalu diasosiasikan pada satu partai politik tertentu.

“Jadi itu menegaskan sikap NU yang sebenarnya netral terhadap semua partai politik, arahnya kesana. Dan ketika PAN mengadakan Simposium ini dan kemudian diiyakan oleh NU, NU ingin kembali pada posisi politiknya dan bukan bagian dari politik PKB,” jelasnya kepada inilah.com di Jakarta, Minggu (19/2/2023).

Hal ini diperkuat dengan ucapan dari Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang menegaskan bahwa Nahdliyin boleh memilih partai politik manapun, termasuk memilih PAN yang notabene lahir dari rahim Muhammadiyah.

Ia pun mengapresiasi adanya acara ini menjelang tahun politik, karena semakin mencairkan suasana dan mampu meredakan tensi politik yang mulai memanas, beberapa waktu belakangan ini.

“Disini dari posisi NU menegaskan bahwa semua boleh memilih PAN atau bahkan memilih partai yang lain. Dari PAN sendiri mengatakan dengan sikap ini PAN terbuka terhadap NU, PAN bukan hanya berbasis pada Muhammadiyah, jadi suasana cair dan ini yang dibawa PAN terbuka dengan semua,” paparnya.

Diketahui, PAN telah menggelar Simposium 1 Abad Nahdlatul Ulama di Hotel Sheraton Surabaya, Jawa Timur. Turut hadir Ketum dan Sekjen PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dan H. Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, acara ini diselenggarakan sebagai upaya duduk bersama antara Muhammadiyah dan NU. Menteri Perdagangan (Mendag) itu menyatakan, duduk bersama bukan berarti harus sama.

Ia juga menekankan perbedaan yang ada jangan membuat NU dan Muhammadiyah jadi terperangkap dan tidak berkembang. Justru, sambung dia, perbedaan ini harus dijadikan modal untuk membangun bangsa dan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju.

“Padahal cita-cita kita pada 2045 Indonesia menjadi negara maju. Mustahil, jika umat Islam tidak bersatu kokoh walaupun dalam keberagaman. Jangan sampai kita terperangkap disini. Kita harus tembus menjadi negara yang maju. Negara yang maju, kita harus menguasai dunia,” tegasnya.

Menanggapi pernyataan Zulhas, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyebut PAN sudah berhasil mentransformasikan dirinya menjadi partai yang rasional. Kiai Yahya merasa bangga partai berlambang matahari putih ini tidak mengedepankan politik identitas.

“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada PAN, Pak Zul dan PAN sudah ikut menyemarakkan satu Abad NU dan menyambut abad ke-2 nya,” ujar Gus Yahya dalam acara tersebut.

Back to top button