Ototekno

BRIN dan Universitas Sam Ratulangi Temukan 3 Ngengat Baru, Berpotensi Revolusi Pengendalian Hama


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Sam Ratulangi mengumumkan penemuan tiga jenis ngengat baru, yang berpotensi memperdalam pemahaman kita tentang keanekaragaman biologis dan pengendalian hama di Indonesia. Spesies yang diidentifikasi, yaitu Cryptophasa warouwi, Glyphodes nurfitriae, dan Glyphodes ahsanae, menambah daftar panjang keanekaragaman hayati di wilayah Wallacea dan Papua, menggarisbawahi pentingnya penelitian lanjutan dalam bidang biosistematika dan evolusi.

Cryptophasa warouwi, ditemukan di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, dinyatakan sebagai hama endemik baru yang berpotensi merusak tanaman cengkih, menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani. 

“Ngengat Cryptophasa warouwi termasuk hama endemik baru…yang perlu diantisipasi potensi serangannya oleh para petani,” ujar Hari Sutrisno, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Jumat (16/2/2024).

Sementara itu, dua spesies lainnya, Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae, diidentifikasi berasal dari Papua, menambahkan wawasan baru tentang distribusi dan keanekaragaman ngengat di Indonesia. Kesemuanya, termasuk dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa, menyoroti pentingnya karakteristik morfologi dan analisis DNA dalam identifikasi spesies baru.

Persebaran dan dampak serangan Cryptophasa warouwi, khususnya, telah menjadi fokus utama, dengan laporan kerusakan pada tanaman cengkih di lima kecamatan di Pulau Sangihe. 

Dosen Universitas Sam Ratulangi, Jackson Watung, menekankan pentingnya pengembangan strategi pengendalian hama yang efektif, mengingat spesies tersebut juga menyerang tanaman lain dalam keluarga Myrtaceae seperti jambu air dan jambu biji.

Penemuan ini tidak hanya penting untuk pengendalian hama tetapi juga untuk pemahaman yang lebih luas tentang biodiversitas dan ekosistem. “Temuan itu menambah dimensi baru pada kriteria morfologi untuk mengkategorikan spesies Glyphodes,” kata Pramesa Narakusumo, peneliti lain di BRIN.

 Ini menunjukkan betapa pentingnya studi morfologi komprehensif dalam taksonomi dan sistematika, yang dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola hama secara lebih efektif.

Dengan total 48 spesies Glyphodes yang tercatat di Indonesia, temuan terbaru ini menawarkan perspektif baru tentang evolusi dan adaptasi spesies dalam ekosistem mereka. Selain itu, penemuan ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama antara lembaga penelitian dan universitas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang keanekaragaman hayati dan tantangan yang dihadapi dalam pengendalian hama.

Sebagai tambahan, temuan ini berkontribusi pada pengetahuan sistematika ordo Lepidoptera, memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami peran dan interaksi ngengat dalam ekosistem alam. Ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut yang bisa mengungkap strategi pengendalian hama yang inovatif dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

Back to top button