Hangout

Ada Culture Shock dan Culture Lag, Apa Bedanya?

Perubahan pola perilaku seseorang biasanya terjadi karena globalisasi. Fenomena globalisasi menyebabkan terjadinya culture shock dan culture lag. Kedua hal ini adalah dampak negatif dari globalisasi.

Globalisasi menyebabkan perubahan sosial yang berujung disintegrasi sosial (ketidakserasian sosial). Ketidakserasian inilah yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. 

Mungkin anda suka

Culture shock dan culture lag meskipun secara penyebab peristiwa sama, namun pengertian keduanya memiliki arti yang berbeda. Lantas apa yang membedakan keduanya? Mari simak di bawah ini.

Pengertian Culture Shock dan Culture Lag

Mengutip Simon Fraser University dalam artikel Stages And Symptoms of Culture Shock, culture shock (kejutan budaya atau gegar budaya) merupakan hal yang terjadi ketika seseorang berada di lingkungan baru atau asing. 

Kondisi ini akan membuat seseorang itu akan mengalami serangkaian perubahan emosi untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Jika mereka bisa melewati masa ini, maka mereka akan memberikan kesan positif terhadap perbedaan yang terjadi. 

Namun juga tidak, mereka akan mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Bahkan dibeberapa kasus, dapat memunculkan perasaan frustasi, depresi hingga ketakutan terhadap sesuatu yang baru. 

Menurut salah satu Sosiolog, William F. Ogburn, culture lag adalah fenomena umum yang terjadi karena kecenderungan budaya material (dapat dilihat secara fisik – teknologi) yang berkembangan serta berubah dengan cepat, sedangkan budaya non material (pemikiran, bahasa, perilaku, kepercayaan) menolak perubahan dan tetap bertahan pada budaya yang sama.

Culture lag menjelaskan perbedaan taraf kemajuan dari berbagai kebudayaan. Perubahan kebudayaan berkembangan dengan cepat hingga lambat. Culture lag merupakan ketimpangan yang terjadi karena unsur budaya yang lambat beradaptasi dengan budaya lain yang sudah berubah.

Gejala yang terjadi jika seseorang mengalami culture shock terlihat ketika dia menjalani kehidupannya sehari-hari. Mereka mudah bosan terkadang sampai menarik diri dari lingkungan. Tidak memiliki kendali diri, mudah lelah, mereka juga tidak segan memberikan komentarnya terhadap kebudayaan yang baru itu. 

Contoh, ketika Anda mungkin baru saja lulus SMA dan masuk ke dunia perkuliahan. Dunia kampus identik dengan percampuran budaya dari berbagai kalangan masyarakat. Hal ini sangat memungkinkan benturan budaya yang begitu banyak.

Jika berada di posisi ini, Anda pasti akan menghindari keramaian dan memilih menyendiri. Contoh lainnya, ketika Anda harus bertempat tinggal, jauh dari kota. Anda tentu perlu menyesuaikan diri bagaimana cara bergaul, cara bicara, dan kebiasaan warga setempat. 

Berbeda dengan culture shock, culture lag identik dengan kemajuan teknologi. Merupakan gambaran kondisi seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyesuaikan diri dengan teknologi.

Sedikit mengulang pengertian sebelumnya, pertentangan sosial ini terjadi karena seseorang menolak perubahan kemajuan teknologi sebagai budaya material. Ketikdakseimbangan keduanya terjadi karena budaya non material dari pemikiran tidak mau berusaha mengejar ketertinggalannya. 

Contoh paling nyata yang terjadi di Indonesia, penduduk suku asli Baduy yang masih mempertahankan kebudayaan, adat istiadat dan kebiasan mereka. Mereka menolak secara terang-terangan untuk menggunakan teknologi sebagai budaya baru dari luar.

Contoh lainnya, misal Anda di sini sebagai pelaku yang berpartisipasi dalam lalu lintas, namun perilaku Anda justru sebaliknya. Anda tahu bahwa kondisinya sedang terjadi kemacetan lalu lintas, namun Anda sebagai pengendara melanggar peraturan lalu lintas yang sebenarnya tudak hanya membahayakan Anda tapi juga keselamatan orang lain.

Dampak Culture Shock dan Culture Lag

Perubahan sosial yang tejadi dalam masyarakat, apalagi yang berkaitan dengan budaya, sering kali membawa dampak. Dampak pergeseran budaya bisa menimbulkan goncangan sosial yang mempengaruhi cara berpikir, tindakan hingga membuat inovasi baru.

Hal ini akan menyebabkan berbagai konflik, terutama jika bertentangan dengan nilai tradisional. Kesenjangan budaya yang terjadi bisa menimbulkan masalah sosial dan konflik yang mungkin lebih besar dari itu.

Kesenjangan budaya bisa menjadi masalah yang penting ketika terjadi kegagalan dalam mengembangkan konsensus sosial yang luas tentang perubahan budaya yang dihadapi yang akhrinya berujung menyebabkan runtuhnya solidaritas.

Back to top button