Hangout

5 Kanker Terbanyak di Indonesia


Indonesia saat ini berada di ranking 101 dari 176 negara yang terdata memiliki kasus kanker terbanyak. Dari 100 ribu penduduk di Indonesia setidaknya terdapat 138.4 orang yang mengidap kanker dengan berbagai tipe.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan kesadaran setiap orang terhadap bahaya kanker perlu ditingkatkan, mengingat pada 2022 Globocan merilis data yang menyebutkan lebih dari 20 juta kasus baru kanker di dunia.

Masih menurutnya, di Indonesia terdapat lebih dari 400 ribu kasus kanker pada tahun tersebut, penyakit kanker memakan biaya yang besar baik diagnosis maupun pengobatannya.

“Jadi kita bayangkan (pasien kanker yang memiliki) five years survival rate (rata-rata ketahanan hidup lima tahun) yang kadang-kadang masih sangat kecil atau masih sangat rendah, karena mereka datang pada stadium lanjut,” ujarnya, Jakarta, Rabu (07/02/2024). 

Melalui data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2022 setidaknya terdapat 33 tipe kanker yang menyerang penduduk Indonesia, tapi terdapat 5 kanker yang mendominasi persentase total kasus kanker.

Secara detail, di bawah ini adalah 5 kanker yang paling sering dialami masyarakat Indonesia di tahun 2022 beserta penyebabnya.

Kanker payudara

Kanker payudara menempati peringkat pertama dengan 66.271 kasus pada 2022.  Dari total 408.661 kasus kanker di Indonesia, kanker payudara mengambil 16,2 persen. 

Jika dibandingkan dengan data Globocan 2020, persentase ini menurun. Pada tahun 2021 kanker payudara mengambil 16,6 persen dari total kasus kanker. Walau begitu, di tahun 2022 angka kanker ini meningkat sebanyak 383 kasus.

Penyebab kanker payudara di antaranya adalah paparan atau kebiasaan merokok, pola makan tinggi lemak dan rendah serat, genetik, atau mengalami haid di bawah umur 12 tahun.

Kanker paru-paru 

Globocan mencatat Indonesia memiliki 38.904 kasus kanker paru-paru atau 9,5 persen dari total kasus kanker pada 2022. Angka ini meningkat secara signifikan dari data di tahun 2020.

Pada 2020 hanya ada 34.783 kasus atau 8,8 persen dari keseluruhan kasus kanker. Kenaikan ini juga memengaruhi ranking kanker paru-paru sebagai kanker yang sering ditemukan di Indonesia, sebelumnya kanker ini berada di ranking 3 saat ini berada di peringkat 2.

Kanker paru-paru dapat terjadi karena paparan gas beracun alami, beraktivitas di lingkungan yang tinggi polusi atau bahan kimia (seperti pertambangan), riwayat kanker di keluarga, hingga efek samping radiologi.

Kanker Serviks (leher rahim)

Kanker serviks atau leher rahim tercatat di Indonesia sebanyak 36.964 kasus atau 9,04 persen dari total data kanker 2022. Kasus kanker ini meningkat jumlahnya sebanyak 2.181 kasus karena total keseluruhan kanker yang juga meningkat.

Namun, peringkat  kanker serviks sebagai kanker yang sering ditemukan pada pasien di Indonesia turun satu seiring dengan persentase kasusnya yang turun setidaknya 0,20 persen dari data tahun 2021.

Kanker ini disebabkan oleh infeksi virus yang umum menginfeksi kulit atau mukosa yaitu human papillomavirus (HPV) berisiko tinggi. Menurut riset penularan virus ini terjadi melalui kontak kulit kemaluan.

Kanker kolorektal

Kanker kolorektal atau bisa disebut sebagai kanker usus besar memiliki 35.676 kasus di Indonesia pada 2022. Data ini kurang lebih bertambah sebanyak 1.541 kasus dibandingkan data Globocan 2020.

Masih di peringkat yang sama, kanker kolorektal dalam dua tahun berada di ranking 4 untuk kanker paling umum dialami di Indonesia. Secara persentase kanker ini meningkat sebanyak 0,10 persen, di mana di tahun 2021 sebesar 8,6 persen dan di 2022 sebesar 8,7 persen.

Seseorang yang memiliki peradangan usus besar, diabetes, kurang aktif, kegemukan, merokok, atau berusia renta lebih berisiko mengalami kanker ini.

Kanker hati

Terdapat 23.805 kasus kanker hati di Indonesia pada 2022 atau sebanyak 6,31 persen dari total keseluruhan. Kasus ini meningkat signifikan sebanyak 2,371 kasus dari data tahun 2021 yang hanya berjumlah 2.433 kasus.

Risiko terbentuknya kanker hati bisa diakibatkan oleh diabetes, hepatitis B atau C, obesitas, konsumsi alkohol, pola makan yang tidak benar, sirosis, riwayat keluarga, atau merokok.

Back to top button