Kanal

10 Sejarah Indonesia yang Jarang Diketahui, Bikin Kagum Sekaligus Kaget

Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang sebelum akhirnya meraih kemerdekaan. Ratusan tahun dijajah Belanda, disambung Jepang lalu kembali diduduki Belanda bersama tentara NICAnya, membuat banyak cerita sejarah yang tidak muncul jadi topik sejarah perjuangan bangsa.

Perjuangan para pahlawan mengusir penjajah bisa kita baca di dalam buku sejarah dan dokumentasi lainnya.

Tetapi tahukah kamu ternyata ada sejumlah peristiwa yang tidak ditulis di dalam buku sejarah.

Deretan Fakta Peristiwa dan Sejarah Indonesia yang Jarang Diketahui

Berikut 10 peristiwa sejarah tanah air yang jarang diketahui, seperti dikutip dari berbagai sumber.

1. Bung Karno Tidak Puasa saat Bacakan Teks Proklamasi

Mungkin tidak banyak yang tahu, hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 jatuh pada bulan Ramadan. 

Namun, saat itu Presiden Soekarno tidak berpuasa karena sedang sakit akibat gejala malaria tertiana. 

Ketika dibangunkan di pagi hari, Bung Karno mengeluh badannya terasa seperti meriang. 

Setelah disuntik dan minum obat, ia kembali tidur dan bangun pada pukul 09.00 WIB untuk bersiap-siap memproklamirkan kemerdekaan RI pada pukul 10.00 WIB.

2. Bendera Pusaka dari Sprei dan Penjual Soto

Bendera merah putih yang akan dikibarkan setelah saat pembacaan proklamasi kemerdekaan sebenarnya telah dibuat Fatmawati, istri Bung Karno.

Akan tetapi, bendera yang dijahit Fatmawati itu dianggap terlalu kecil untuk dikibarkan. 

Akhirnya, Fatmawati membongkar lemari mencari kain untuk menjahit bendera baru.

Bendera dibuat dari kain sprei berwarna putih. Sementara bagian merahnya dibeli dari seorang penjual soto.

3. Demi Patung Dirgantara, Bung Karno Jual Mobil

Pembuatan Patung Dirgantara atau Patung Pancoran sempat terhenti karena peristiwa Gerakan 30 September/PKI.

Saat peristiwa G30S/PKI itu, posisi Bung Karno sebagai Presiden Indonesia sedang di ujung tanduk. 

Namun, demi menyelesaikan pembuatan patung Dirgantara, Bung Karno harus menjual mobilnya. 

Bung Karno lalu menyerahkan uang hasil penjualan mobil sebesar Rp1,7 juta kepada Edhi Sunarso, sang pemahat patung.

Tak hanya itu, Edhi ternyata juga turut merogoh kocek pribadi hingga mengutang ke pemasok bahan pembuatan patung. 

Sayangnya, sebelum patung itu diresmikan, Bung Karno telah meninggal dunia terlebih dulu. 

Edhi yang melihat iringan mobil jenazah Bung Karno, saat sedang melakukan penyelesaian akhir di atas patung, kemudian turun dan ikut mengiringi kepergian Bung Karno.

4. Penulis Naskah Pidato Bahasa Inggris Bung Karno Berdarah Viking

Soekarno mempercayakan pembuatan pidato bahasa Inggris pertamanya kepada K’tut Tanri.

K’tut Tanri adalah perempuan warga negara Amerika Serikat kelahiran Skotlandia yang juga berdarah Viking.

K’tut Tanri bernama asli Muriel Stuart Walker. Ia turut bergerilya bersama Bung Tomo dan pejuang lainnya di Jawa Timur sebelum akhirnya tinggal di Yogyakarta, Ibu Kota negara Indonesia pada saat itu.

K’tut Tantri menetap di Indonesia selama 15 tahun dan turut mengobarkan semangat perjuangan bagi bangsa ini.

5. Draf Naskah Proklamasi Sempat Hilang

Draf naskah proklamasi ditulis tangan oleh Bung Karno dan dibantu Bung Hatta dalam pemilihan kata-katanya. Namun, setelah acara pembacaan proklamasi kemerdekaan, naskah tulisan tangan Soekarno itu hilang.

Wartawan senior Indonesia bernama BM Diah menemukan draf tersebut terbuang di tempat sampah.

BM Diah lalu menyimpan draft proklamasi selama 46 tahun 9 bulan 19 hari, sebelum akhirnya diserahkan ke pemerintah pada 29 Mei 1992.

6. Rekaman Suara Bung Karno Baca Proklamasi Dibuat 5 Tahun Setelah Kemerdekaan

Kita tentu pernah mendengar suara asli Bung Karno saat membacakan teks proklamasi.

Banyak yang mengira suara Bung Karno pada rekaman adalah suara asli Bung Karno pada saat pembacaan naskah proklamasi 17 Agustus 1945.

Padahal sebenarnya, suara Bung Karno itu tidak direkam ketika membacakan proklamasi, melainkan sekitar tahun 1950 atau 5 tahun setelah kemerdekaan.

Jika bukan karena Jusuf Ronodipuro yang merupakan pendiri RRI, meminta Presiden Soekarno kembali merekam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. 

Maka, sekarang kita tidak dapat mendengar suara Soekarno saat membacakan naskah proklamasi. 

Karena Soekarno beranggapan pembacaan teks proklamasi hanya berlaku satu kali dan tidak bisa diulang, maka hanya akan dibacakan satu kali saja.

Argumentasi Jusuf membuat Bung Karno berpikir ulang mengenai keputusannya. 

Hingga akhirnya Bung Karno setuju suaranya direkam sekali lagi pada saat membacakan naskah proklamasi.

Setelah sesi rekaman itu barulah teks proklamasi mulai digandakan pada tahun 1959 hingga sekarang akhirnya bisa kita dengar.

7. Nusantara Bukan Wilayah Majapahit

Selama ini kita hanya mengetahui daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit mencakup seluruh Nusantara, bahkan Thailand dan Campa. 

Padahal sebenarnya tidak ada bukti pasti yang menjelaskan wilayah Majapahit mencakup seluruh Nusantara. 

Daerah efektif kekuasaan Majapahit ternyata hanya sebatas Pulau Jawa saja, bahkan hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Nusantara merupakan koalisi antara kerajaan-kerajaan untuk kepentingan keamanan dan perdagangan regional.

Anggapan kerajaan-kerajaan memberi upeti kepada Majapahit adalah salah tafsir karena tidak ada keterangan sedikit pun di kitab Negarakretagama yang menyatakan adanya upeti, apalagi upeti tanda tunduk kepada Majapahit.

Menurut Negarakretagama, Majapahit memang sering mengadakan pesta yang mengundang kerajaan-kerajaan dan wakil kerajaan membawa hadiah bagi Raja Majapahit. Namun, itu hanya hadiah, bukan upeti.

8. Marco Polo Sebut Orang Indonesia Kanibal

Saudagar sekaligus petualang dan pengarang asal Venesia, Marco Polo, pada perjalanannya ke Nusantara tahun 1292, terkejut melihat sekelompok orang memakan daging manusia.

Ia melihat pemandangan mengerikan itu ketika berada di Kerajaan Dagroian (daerah Pidie, Aceh). 

Masyarakat setempat memakan daging kerabatnya yang sedang sakit parah dan tidak bisa disembuhkan. 

Di Kerajaan Dagroian, apabila ada kerabat yang sakit maka akan dipanggil penyihir untuk memeriksa apakah penyakit bisa disembuhkan atau tidak. 

Jika tidak bisa, maka akan dipanggil orang khusus untuk membunuh kerabat yang sakit.

Lalu setelah mati, dagingnya akan dimasak dan disantap bersama.

9. Koran Pertama di Indonesia Terbit Tahun 1744

Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon Coen memerintahkan anak buahnya untuk membuat lembaran berita internal yang berisi informasi mengenai kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal niaga.

Lembaran berita ditulis tangan sebanyak 4 halaman dan diberi nama Memorie der Nouvelles. 

Ini merupakan cikal bakal koran Bataviase Nouvelles, yang diterbitkan pertama kali pada 7 Agustus 1744, setelah masuknya mesin cetak ke Hindia Timur.

Bataviase Nouvelles merupakan koran pertama yang diterbitkan di Batavia, maupun Indonesia. 

Koran ini diterbitkan seminggu sekali sebanyak 4 halaman dengan layout dua kolom.

Namun sayangnya, baru saja kontrak penerbitan diperpanjang, koran ini harus dibredel pada 20 November 1745 karena anggota Dewan Direktur VOC di Amsterdam takut akan banyak rahasia VOC yang terbongkar ke publik.

10. Permen Jahe Sempat Jadi Komoditas Utama Batavia

Indonesia memang dikenal bangsa Barat sebagai wilayah penghasil rempah-rempah dengan kualitas sangat baik, seperti lada dan jahe. 

Siapa sangka rempah-rempah tersebut tumbuh dengan baik dan subur di daratan Batavia, yang sekarang menjadi Jakarta. 

Bahkan pada tahun 1778, Batavia harus memproduksi 4,5 ton permen jahe untuk diekspor ke Belanda.

Itulah kumpulan sejarah yang jarang diketahui lantaran tidak didokumentasikan dalam buku sejarah. Cukup mengagumkan sekaligus mengejutkan bukan?

.

.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button