Kanal

Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Negara, dari Eropa hingga Afrika

Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Umat Islam pada bulan ini merayakan Maulid Nabi dalam bentuk perayaan untuk menguatkan cinta kepada Rasulullah SAW.

Maulid secara harfiah berarti kelahiran. Ini adalah istilah yang banyak digunakan dan dipahami seluruh dunia Muslim saat ini. Maulid menjadi perayaan atas hadirnya manusia terbaik utusan terakhir Allah SWT.

Maulid memang tidak dikenal pada masa Rasulullah, tapi masyarakat dunia sudah mempraktikkan tradisi ini sebagai bentuk ekspresi cinta kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini umumnya diisi pembacaan salawat, ceramah sirah nabawiyah hingga saling berbagi makanan.

Berikut ini tradisi Maulid Nabi di beberapa negara:

Tunisia, Lebanon, dan Mesir

Tunisia, Lebanon, dan Mesir memiliki tradisi Maulid yang hampir sama. Selain ceramah sirah nabawiyah, ada juga tradisi bagi-bagi permen kepada orang terkasih. Di Mesir, permen itu dibentuk sebagai ‘pengantin Maulid’ yang diberikan suami kepada istri mereka.

Di Tunis, ibukota Tunisia, perayaan Maulid Nabi dipopulerkan oleh Sultan Ahmad bin Musthofa Pasha Bey. Ini sejalan dengan keterangan sejarawan terkemuka Ibnu Abi Dhiyaf di dalam kitabnya Ithafu Ahli al-Zaman.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid1_5cf35239f4.jpg?ssl=1

Di Tunis, perayaan Maulid Nabi biasanya digelar dengan pembacaan Qashidah Al Hamziyah karya Imam Al Bushiry dengan judul kitabnya Ummu al-Qura fi Madhi Khoiri al-Wara lalu diakhiri dengan doa sambil menghadap kiblat.

Di kalangan keluarga-keluarga Tunis perayaan Maulid Nabi lebih meriah daripada Idul Fitri, selain membaca Qashidah Al Hamziyah mereka biasanya membuat Asidah, yaitu sejenis bubur manis khas Tunis. Manisan ini hanya khusus ada di saat Maulid Nabi saja.

Inggris

Masyarakat London dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW juga mengadakan pawai berjemaah di jalanan Kota London sembari bersalawat dan bertakbir. Jemaah yang ikut pun tidak sedikit. Dengan cara tersebut masyarakat Muslim London akan lebih bersemangat berdakwah dengan mengingat juang dakwah Nabi SAW melalui peringatan Maulid Nabi.

Maulid di Inggris sudah ada sejak dulu. Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 2 Mei 1939 di London, kegiatan Maulid Nabi SAW lebih resmi seperti agenda kongres. Beberapa tokoh diundang dengan mendengarkan ceramah dengan tema The Prophet’s Services to the Cause of Human Morality dari Syeikh Abdullah Yusuf Ali, penerjemah Alquran ke dalam bahasa Inggris.

https://i2.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid2_8f035d3be2.jpg?ssl=1

Peringatan Maulid Nabi SAW dengan suasana seperti itu bukanlah kali pertama, karena pada September 1930 juga diselenggarakan Maulid Nabi SAW di Hotel Metropole, Northumberland Avenue, London.

Kemudian, peringatan Maulid Nabi SAW yang diselenggarakan oleh Central for Spirituality and Cultural Advancement (CSCA) pada 19 November 2018 di Feltham London terkesan lebih khidmat dan hening dalam rindu.

Acara Maulid Nabi SAW tersebut diimami oleh Syekh Hisham Kabbani beraliran Sufi Naqsabandi. Para jemaah mengenakan jubah dan beberapa baju rapi sembari berdzikir bersama, melantunkan bait-bait barzanji, bersalawat kepada junjungan Nabi SAW, sesaat juga mengiringkan syair nasyid dalam bahasa Inggris. Selain itu juga berziarah dan suhbah atau berkumpul bersama.

Kegiatan lain yang dilakukan Muslim London dalam memperingati Maulid Nabi SAW yaitu pembacaan puisi, lomba syair sebagaimana yang dilakukan pada era Salahudin al-Ayyubi serta pemberian infaq dan sadaqah kepada kaum kurang mampu.

Serta penanaman nilai-nilai semangat juang dengan mengingat semangat juang dakwah Nabi SAW. Selain itu, para ibu di London dapat menceritakan kepada anak-anaknya sejarah lahir Nabi Muhammad SAW, kecintaan umat Islam kepada Rasulullah dan semangat juang dakwah Nabi Muhammad SAW

Yaman

Di Tarim, yang terletak di wilayah Hadhramaut, Yaman, penduduk berbaris di jalan-jalan dengan mengibarkan bendera Maulid dan memainkan genderang untuk menunjukkan kegembiraan mereka dan menandai acara tersebut.

Orang-orang Yaman punya cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka menghias kendaraan, rumah dan jalan-jalan dengan lampu hijau.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid3_8dd091ea34.jpg?ssl=1

Memasuki bulan Rabiul Awal semarak Maulid sudah terasa di Yaman. Mobil-mobil disinari dengan lampu dekorasi berwarna hijau di Sana’a. Masjid dihiasi lampu hijau. Ibu kota Sana’a mempercantik diri dengan gemerlap lampu hijau, sebagai bentuk kegembiraan dalam menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ada juga bendera berlambang Nabi Muhammad terpasang di mobil yang disinari dengan lampu dekorasi berwarna hijau.

Maroko

Di Fez, yang dikenal sebagai ibu kota spiritual Maroko, Maulid diisii dengan pertemuan zikir massal sangat populer, terutama di kalangan Sufi. Ada juga pembacaan Maulid seperti Qasidah Burdah yang juga dikenal sebagai ‘Puisi Syal’.

Masjid-masjid di Maroko secara umum menghidupkan Maulid dengan zikir bersama, membaca salawat dan pujian kepada Baginda Rasulullah SAW. Mereka yang hadir biasanya mengenakan pakaian tradisional, baik laki-laki maupun perempuan.

https://i2.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid4_05bab6f6c9.jpg?ssl=1

Perempuan memakai kaftan terbaik mereka, gamis warna warni dengan penuh hiasan indah khas Maroko. Sementara kaum laki-laki mengenakan jalabah, peci, dan sandal babgho  –sandal tradisional khas Maghribi yang terbuat dari kulit hewan.

Pagi harinya, mereka telah menyiapkan segala hidangan pesta keluarga. Manisan dan berbagi makanan lengkap terhidang di meja mereka masing-masing. Setelah itu mereka saling berkunjung dan saling mengucapkan selamat sepanjang hari tersebut.

Di beberapa daerah, Kota Sale dekat Ibu Kota Rabat misalnya, tradisi masyarakat dalam perayaan Maulid terbilang cukup unik. Masyarakat setempat menyambut gembira hari kelahiran Nabi SAW ini dengan mengadakan pawai lilin keliling kota.

Karnaval lilin di Kota Sale ini adalah tradisi yang telah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi tahunan ini merupakan sisa tradisi yang pada awal kemunculannya pernah menjadi kegiatan berskala nasional. Yakni pada masa pemerintahan Sa’adi, sebuah dinasti yang pernah berkuasa atas Maroko pada abad 16 M.

Turki

Umat Muslim Turki menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi di masjid-masjid. Mereka berbondong-bondong ke masjid untuk salat dan membaca pujian-pujian untuk Nabi Muhammad SAW.

Kegiatan-kegiatan keagamaan juga diselenggarakan di beberapa masjid seperti Masjid Istanbul, Ankara, Bursa, Edirne, Gaziantep, Hatay, Konya, Hakkari, dan Sanliurfa.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid5_243f4743b3.jpg?ssl=1

Turki juga memiliki tradisi khas dalam memperingati Maulid Nabi, yakni melakukan tarian Darwis. Biasanya dilakukan oleh penari terkenal Turki di Karavas Veli, Dervish Lodge, Bursa, Turki. Tarian Darwis dilakukan para pria sambil berputar-putar.

Pakistan

Di Pakistan, Maulid digelar di masjid dan sudah menjadi ritual tahunan. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pakistan dikenal dengan mengibarkan bendera nasional Pakistan di gedung-gedung tertentu, dan memberi hormat 21 senjata atau hormat 31 senjata. Bioskop diharuskan memutar film religi.

Ribuan Umat Islam selalu memadati jalan-jalan untuk merayakan Maulid. Mereka membawa bendera dan poster dalam perayaan peristiwa bersejarah di kehidupan kaum Muslim ini.

https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid6_ddd8c90eed.jpg?ssl=1

Wanita dan anak-anak juga ikut memeriahkan acara parade. Sejumlah pemimpin umat Muslim memberikan ceramah mengenai ajaran Islam dan teladan Rasulullah. Mereka menekankan agar umat Muslim dan warga lainnya dapat hidup rukun sekaligus menyebarkan pesan bahwa agama Islam, kita hidup dengan damai.

Salah satu yang membedakan perayaan Maulid Nabi di Lahore dengan kota-kota lain di Pakistan adalah semaraknya Paharian. Paharian adalah miniatur-miniatur sebuah tempat yang terbuat dari serbuk kayu yang dicampur pewarna. Paharian (kumpulan pahari) didekorasi dengan lampu-lampu hias, air mancur, dan mainan-mainan atau boneka. Anak-anak muda membuatnya di siang hari pada 12 Rabiul Awal.

Perayaan Maulid di Afrika agak berbeda dengan perayaan-perayaan di Asia atau Timur Tengah. Bahkan nama perayaannya pun khas sesuai dengan tradisi negara-negara atau daerah penyelenggaranya. Di Sudan, perayaan Maulid disebut ‘Havliye’, di Mali disebut ‘Donba’ (Hari Besar), di Nigeria disebut ‘Gani-gani’.

Di negara-negara Afrika tersebut, umat Islam merayakan Maulid dengan antusias, bahkan surat kabar dan media-media setempat memuat edisi khusus tentang perayaan ini. Asal mula perayaan Maulid di Afrika bahkan disebut-sebut lebih tua dari perayaan di Timur Tengah. Selain itu, perayaan-perayaan di Afrika ini sarat dengan tradisi dan budaya lokal.

Muslim di Senegal, misalnya, menjadikan hari kelahiran Rasulullah ini sebagai momen berkumpulnya mereka di ibu kota negara, yakni Dakar, atau di kota-kota besar lain semisal Tivavuan dan Kaolack.

Pada momen ini, banyak pengunjung berdatangan dari berbagai kota di wilayah Afrika Barat. Di Mali, umat Islam juga menggelar perayaan Maulid dengan meriah. Mereka berkumpul di masjid untuk salat, berdoa, salawat, dan menyenandungkan syair pujian tentang Nabi Muhammad SAW.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/maulid7_e7ed46a4df.jpg?ssl=1

Di Nigeria, perayaan Maulid digelar selama 7 hari berturut-turut. Di momen itu, diadakan perlombaan tilawah Alquran antar-sekolah, penerjemahan dan pembacaan teks-teks Islam ke bahasa lokal yang berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Di Addis Ababa, Ethiopia, umat Islam yang berpopulasi 40 persen dari total penduduknya, juga merayakan Maulid Nabi. Bahkan, setelah pembacaan sirah nabawiyah dan ceramah dari para ulama, mereka menyembelih hewan untuk kemudian disedekahkan kepada kaum fakir miskin.

Acara makan-makan pun digelar, baik bersama-sama maupun per rumah, dan mereka tak segan mengundang tetangga-tetangganya yang beragama Kristen.

Tak jauh beda dengan perhelatan di Kenya, tepatnya di Lamu. Bahkan sejak tahun 1990, Museum Nasional Kenya menjadi sponsor tetap bagi perayaan Maulid di sana. Tidak hanya acara-acara yang bersifat ritualistis, di momen ini juga digelar pertandingan renang, lomba hias henna, balap keledai, dan sebagainya.
 

Back to top button