Ototekno

MUI Minta Pemerintah Awasi Sosmed Demi Kesehatan Mental Masyarakat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak masyarakat untuk lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial (Sosmed) guna melindungi kesehatan mental dari dampak negatif konten yang tidak layak. Imbauan ini ditujukan khususnya bagi generasi muda dan anak-anak, yang kerap menghabiskan waktu berjam-jam di depan gadget.

“Media sosial itu dampaknya juga bisa merusak kesehatan mental anak-anak dan generasi muda. Bayangkan kalau anak-anak ketergantungan pada gadget dalam waktu delapan jam per hari, itu merusak struktur otak anak-anak yang belum mapan,” ungkap Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Amirsyah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap konten di media sosial saat ini yang sulit dikontrol dan seringkali tidak layak dikonsumsi, terutama sesuai dengan umur pengguna. Dia meminta semua pihak, termasuk pemerintah, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya untuk turut mengawasi.

Bahkan, Amirsyah mencatat, “Jangankan anak-anak kita, yang dewasa saja kalau delapan jam per hari pusing kita. Giliran baca Al Quran sebagai Muslim, lima menit sudah menguap.”

Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Arif Fahrudin, menambahkan bahwa perlu dirumuskan semacam kampanye bersama seluruh pihak, termasuk pemerintah untuk menjaga kedaulatan data negara. Ia juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pasar besar bagi media sosial seperti Tiktok, yang penggunanya menjadi tiga terbesar di dunia. Fahrudin mengungkapkan keprihatinannya terhadap penggunaan platform seperti TikTok dan media sosial lainnya yang semakin populer sebagai saluran komunikasi.

“Ini yang saya harap, perlu ada infrastruktur teknologi yang bisa regulasinya dari kita, manajerial dari kita, dan penindakan dari kita,” tambah Arif.

Sementara itu, peneliti Indef, Nailul Huda, mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan turunan Undang-Undang mengenai Perlindungan Data Pribadi. Menurutnya, regulasi tersebut akan mengatur berbagai aspek penting.

“Nah, yang jadi masalah sekarang, kan, yang datanya itu di mana? Data kita di Tiktok tuh di mana, pada siapa, diolah bagaimana algoritmanya mereka untuk apa? Itu kan harus jelas,” pungkas Nailul.

Back to top button