Market

Resesi Mengancam, Segar Kumala Pede Pendapatan Naik 40 Persen

PT Segar Kumala Indonesia Tbk, emiten importir buah dan sayuran tetap optimistis di tengah isu resesi yang mengancam. Perseroan menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 40 persen yang akan dicapai pada 2022 ini.

Hingga kartal III 2022, emiten berkode saham BUAH itu telah membukukan pendapatan Rp943 miliar atau tumbuh 35,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp695 miliar.

Direktur Utama BUAH Renny Lauren dalam keterangan di Jakarta, Kamis (1/12/2022), mengatakan pada periode jelang penutupan tahun ini, perseroan masih akan tetap melanjutkan ekspansinya untuk membuka cabang baru di Palu, Sulawesi Tengah. Perseroan pun melihat tren pertumbuhan kinerja masih akan dapat berlangsung hingga tahun depan.

Hal itu karena konsumsi masyarakat terus meningkat dan masyarakat yang peduli terhadap gaya hidup sehat terus bertambah. Sejalan dengan hal tersebut, perseroan juga telah menyiapkan berbagai strategi dan penyesuaian agar dapat mencapai target di penghujung tahun tersisa.

“Manajemen BUAH masih optimistis dapat mencapai target penjualan di sepanjang tahun ini. Keyakinan tersebut didukung rencana pembukaan cabang yang dapat menjadi pendongkrak omzet kami di masa mendatang,” ujar Renny.

Direktur BUAH Toni Soegiarto menambahkan, perseroan tentunya tetap mempertimbangkan berbagai kemungkinan pada kuartal IV 2022 mulai dari isu resesi, menurunnya daya beli masyarakat, kenaikan harga pembelian, dan hal lain yang tentunya akan dan bahkan sedang perseroan hadapi.

“Manajemen tentunya menyusun skema dan strategi agar tetap dapat mencapai target BUAH ke depannya,” kata Renny.

Di sisi lain, BUAH tetap optimis dengan rencana dibukanya cabang Palu. Langkah tersebut diambil dengan maksud agar perusahaan dapat terus konsisten dalam mendistribusikan buah ke seluruh Indonesia.

“Kami yakin dan optimis dengan pembukaan kantor dan cold storage di Palu di tengah isu resesi. Tentunya kami juga memiliki strategi tersendiri dalam mengejar target yang kami sampaikan saat IPO kemarin,” ujar Renny.

Toni mengatakan saat ini secara kinerja pendapatan perseroan terus bertumbuh tetapi memang belum dapat mengerek laba secara maksimal. Hal itu disebabkan karena BUAH masih mempertahankan harga jual meski secara Harga Pokok Penjualan (HPP) mengalami kenaikan.

“Kenaikan biaya pembelian tentunya mempengaruhi harga modal produk kami, akan tetapi kami masih belum menaikkan harga jual, mengingat kami perlu mengimbangi daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan harga BBM dan harga pokok lainnya,” ujar Toni.

Pada kuartal III 2022, perseroan meraup laba bersih sebesar Rp20 miliar, turun 21,24 persen dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu Rp25 miliar.

Back to top button