Kanal

Pura-pura Kuat Kubu Ganjar Hadapi ‘Guncangan’ Duet AMIN?

“Tampaklah lemah saat Anda kuat, dan kuat saat Anda lemah.”
-Sun Tzu, The Art of War-

Sebuah kejutan yang tidak diduga-duga oleh para elite politik dan publik ketika Partai NasDem dan PKB mendeklarasikan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai pasangan capres-cawapres. Karena sebelumnya Cak Imin telah membentuk koalisi dengan Prabowo Subianto.

Munculnya duet AMIN—akronim Anies dan Muhaimin—tentu membuat kubu pendukung bacapres Ganjar Pranowo bakal mengubah rencana cawapres. Perhitungan cawapres Ganjar yang sebelumnya populer di survei, kemungkinan berubah karena faktor wilayah dan basis politik.

Jubir bacapres Anies Baswedan, Sudirman Said, menyebut kombinasi Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sangat penting untuk menjemput kemenangan di 2024. Sudirman menyebut, NasDem, PKB dan PKS memiliki basis kekuatan masing-masing.

Ia menuturkan, PKS sangat kuat pada basis Jawa Barat (Jabar) hingga DKI Jakarta. Ia menyebut, PKB memperkuat posisi Anies di Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng). Sedangkan NasDem cukup diperhitungkan di beberapa wilayah di luar Pulau Jawa.

“Semua tahu bahwa Pak Anies sejak awal dukungannya cukup merata di seluruh Indonesia, kecuali dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sekarang sudah ada solusinya yaitu masuknya PKS dan tambah masuknya PKB,” tutur dia di Rumah Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan, Sabtu (8/9/2023).

Pernyataan Sudirman bukan isapan jempol, merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), PKS berhasil meraup 3.286.606 suara di Jabar saat Pemilu 2019, menempatkannya di posisi ketiga partai politik dengan perolehan suara tertinggi di wilayah tersebut.

Sedangkan PKB tercatat sebagai partai nomor dua yang memiliki raihan suara terbanyak di Jatim, dengan perolehan sebanyak 4.198.551 suara. Lantas bagaimana dengan kekuatan kubu Ganjar untuk menghadapi pertarungan?

Ganjar saat ini didukung oleh dua partai parlemen yakni PDIP dan PPP, ditambah dukungan dari dua partai non-parlemen, Perindo dan Partai Hanura. Kondisi ini menyulitkan bagi Ganjar, mengingat Perindo dan Hanura diprediksi tidak mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pemenangan politikus berambut putih itu.

Situasi PPP tidak jauh berbeda, secara nasional saja raihan suaranya di Pemilu 2019, hanya 6.323.147 suara atau 4,52 persen. Secara kasar, dapat disimpulkan PDIP nyaris bekerja sendiri jika melihat peta kekuatan koalisi yang dimiliki saat ini.

post-cover
Politikus PDIP, Deddy Yevri Hanteru Sitorus. (Foto: Dok. DPR RI).

Tapi kontestasi sama seperti perang, tidak boleh terlihat lemah meski dalam keadaan terdesak sekalipun. Sebagaimana wejangan Sun Tzu, sang panglima militer Kerajaan Qi—sekarang China—yang hidup di periode 544-496 SM. “Tampaklah lemah saat Anda kuat, dan kuat saat Anda lemah.”

Politikus PDIP, Deddy Yevri Hanteru Sitorus menyebut bahwa koalisinya saat ini tak gentar akan ancaman penurunan perolehan suara pemilih di Jateng dan Jatim, pasca resminya Cak Imin menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). 

Ia mengaku partainya masih optimis untuk tetap meraih suara tertinggi di kedua wilayah tersebut. “Survei kita juga bagus, jadi kami optimis,” kata Deddy saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Jumat (8/9/2023).

Hal senada juga disampaikan Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira. Ia mengatakan sebagai ‘kandang’ banteng, pihaknya masih tetap menargetkan wilayah Jateng sebagai tempat pemenangan, baik pilpres maupun pileg.

Anderas meyakini latar belakang Ganjar yang merupakan mantan Gubernur Jateng dua periode, memiliki rekam jejak yang cukup mumpuni untuk mengulang kembali kemenangannya. “Kami yakin Ganjar Pranowo akan memperoleh kemenangan dengan suara yang signifikan,” jelasnya kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (8/9/2023).

Jaga Jatim, Bidik Jabar

Jawa adalah kunci. Kalimat yang nge-hits pada era 1960-an itu, rupanya masih relevan sampai sekarang. Masih punya peran penting dalam menentukan kemenangan pemilu. Pulau Jawa menguasai 60 persen populasi Indonesia. Sehingga, penting bagi para kontestan Pemilu 2024, untuk mengukur peta kekuatan politik elektoralnya.

Berdasarkan data DPT KPU tahun 2019. Sebanyak 49,7 persen jumlah pemilih dari total nasional tersebar di tiga wilayah, yakni,  Jabar 17,4 persen; Jateng—termasuk DI Yogyakarta—16,1 persen; dan Jatim 16,2 persen.

Untuk wilayah Jateng, kubu Ganjar memang di atas angin. Wilayah ini berjuluk ‘kandang’ banteng, pada pemilu sebelumnya PDIP mampu meraih 5,77 juta suara, tinggalkan jauh PKB yang menduduki posisi kedua dengan raihan 2,73 juta suara.

Di Jatim PDIP juga duduk di posisi puncak, dengan raihan 4.310.666 suara. Namun keunggulan ini tidak bisa menjadi patokan sebab hanya menang tipis dari urutan kedua PKB, selisih 121.115 suara.

Maka, PDIP sebagai motor utama bagi pemenangan Ganjar harus mati-matian untuk bisa menjaga keunggulannya di Jatim. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyarankan kubu Ganjar untuk mencari sosok dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) agar bisa mengimbangi duet AMIN, bila ingin berebut suara di Jatim.

post-cover
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. (Foto: rmol).

“Kalau mau, ada sosok NU yang memiliki elektabilitas yang tinggi saya kira jauh lebih baik untuk mendampingi Ganjar Pranowo,” kata Adi saat dihubungi Inilah.com, di Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Adi tidak menyebut secara spesifik siapa tokoh NU yang pantas, namun beberapa waktu belakangan ini nama-nama dari kalangan NU yang mencuat ke publik dan memiliki elektabilitas mumpuni adalah Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Putri Presiden ke-4 RI Gus Dur, Yenny Wahid, dan Menko Polhukam, Mahfud Md.

Namun nama-nama tersebut tidak mampu ungguli elektabilitas Cak Imin. Menurut hasil survei yang dikeluarkan Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) pada awal September lalu, tercatat elektabilitas Cak Imin berada di angka 26,8 persen, mengalahkan Khofifah (26,2 persen) dan Mahfud Md (19 persen).

PDIP pun tampaknya telah memperhitungkan hal ini, dengan mulai memikirkan skenario menjodohkan Ganjar dengan tokoh dari Jabar untuk bisa menginvasi Tanah Pasundan. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan, dengan jumlah penduduk paling banyak di seluruh Indonesia, Jabar dinilai mampu mempengaruhi torehan suara nasional. Mengingat, provinsi ini memiliki pemilih sebanyak 49.405.810 jiwa. 

Ia pun menyinggung sosok mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil (RK) yang memiliki tingkat elektoral tertinggi di kandangnya. “Oleh karena itu, perlu mencari figur yang tepat dari Jabar untuk memenangkan pilpres. Sehingga (RK) tentu akan menjadi pertimbangan,” ujarnya kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (8/9/2023).

Sekalipun nantinya, skenario perjodohan Ganjar-RK terjadi bukan berarti langkah PDIP mulus-mulus saja dalam menginvasi Jabar. Sebab Partai Gerindra pengusung Prabowo tercatat sebagai pemenang di wilayah ini, meraih 4.320.050 suara, unggul 800 ribu lebih dari PDIP, di posisi kedua dengan torehan 3.510.525 suara. Selain itu, PDIP juga dibayang-bayangi oleh PKS di urutan ketiga dengan raihan 3.286.606 suara, yang notabene bagian dari koalisi pendukung duet AMIN. [Reza/Vonita/Reyhaanah]

Back to top button