Market

Proyek Pengadaan KRL Jadi Incaran Tiga Negara, Begini Penjelasan PT KCI


PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mengungkapkan proyek pengadaan rangkaian atau trainset Kereta Rel Listrik (KRL) tahun ini menjadi rebutan investor tiga negara yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Namun, KRL dari China akhirnya terpilih dan mendapat kritikan dari publik. Kenapa?

Corporate Secretary KCI, Anne Purba menegaskan, sebelum menerima proposal pengadaan KRL dari perusahaan China CRRC Sifang Co Ltd,KCI juga mendapatkan penawaran dari perusahaan Jepang J-TREC, serta dua perusahaan lain dari Korsel, Wojin dan Dawonsys.

“Kami dapat merekomendasikan beberapa opsi setelah melakukan pengkajian di perusahaan kami,” ujarnya dikutip Kamis (8/2/2024).

Awalnya, KCI berencana mengimpor KRL bekas dari Jepang, tetapi rencana tersebut dibatalkan karena tidak mendapat restu dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Akhirnya berubah, KCI harus mengimpor KRL baru.

KCI berkomunikasi dengan berbagai penyedia dan produsen dari beberapa negara produsen untuk pengadaan KRL baru.

Anne menceritakan, proposal pertama datang dari J-TREC, produsen KRL Jepang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh JR-East. Namun, ada perubahan biaya dalam proses, dari proposal yang diajukan J-TREC pada Juni 2023 hingga Oktober 2023.

Menurut proposal JR-East tanggal 30 Juni 2023 yang dibagikan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI John Robertho harga tiga KRL baru dari pabrikan Jepang senilai Rp676,8 miliar (asumsi kurs Rp104,44 per yen). Data tersebut sudah diungkapkan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI di Kompleks Parlemen pada Selasa (19/9/2023) lalu.

Pada Oktober 2023, tim mempertimbangkan proposal dari keempat perusahaan tersebut, KCI memutuskan untuk memesan KRL baru dari CRRC Sifang. KCI telah menandatangani kontrak dengan CRRC Sifang untuk pengadaan tiga rangkaian KRL baru senilai Rp783 miliar pada 31 Januari 2024. Tiga KRL yang akan diimpor dari China itu adalah seri KCI-SFC120-V.

Anne menyebutkan bahwa dari segi harga, CRRC Sifang lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lainnya, termasuk dua perusahaan asal Korea Selatan. Namun, dia tidak menjelaskan biaya KRL baru yang ditawarkan oleh Wojin dan Dawonsys.

Selain masalah biaya, KCI memilih untuk memesan KRL baru dari China karena spesifikasi teknisnya yang paling sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Spesifikasi ini merujuk pada yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.

“Ada spesifikasi teknis dari CRRC yang sangat cocok dengan kebutuhan kami. Perusahaan tersebut benar-benar memproduksi sesuai dengan kebutuhan kami. Sedangkan perusahaan dari Korea Selatan, sebagian besar masih menggunakan aluminium, sementara kami sudah menggunakan stainless steel,” jelas Anne.

Spesifikasi lain yang dipertimbangkan adalah ruang bebas, prasarana, ukuran rel, dan kualitas AC. Semua spesifikasi tersebut dapat dipenuhi produsen China asal China tersebut.

Selain itu, menurut Anne, CRRC Sifang juga dapat memenuhi persyaratan waktu pengiriman agar kereta dapat digunakan tepat waktu sehingga kebutuhan pengguna KRL dapat terpenuhi dengan baik.

Menurut dia, ketepatan waktu pengiriman merupakan hal penting dalam memenuhi sarana KRL. Sehingga, ia dan tim harus memastikan bahwa peremajaan bisa dilakukan tanpa mengganggu operasional dengan waktu yang lama.

Dalam kerja sama antara KAI Commuter dan CRRC Sifang, kata dia, juga disepakati adanya transfer pengetahuan untuk operasional di masa depan.

Namun setelah mendapat sorotan publik karena ternyata harganya lebih mahal dari yang ditawarkan Jepang, PT KAI Commuter Indonesia (KCI) pengadaan sarana KRL akan bekerja sama dengan BUMN dalam negeri yaitu PT Industri Kereta Api (INKA). PT KCI akan memesan lebih dari 92 persen atau sebanyak 35 trainset dari PT INKA.

Back to top button