Kanal

PHK Saja Tidak Menyelesaikan Masalah di Sektor Teknologi

Sejumlah perusahaan besar di sektor teknologi melakukan efisien dengan mengurangi jumlah karyawannya. Tak tanggung-tanggung ribuan karyawan terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Apakah PHK ini bisa menyelesaikan masalah di sektor teknologi?

Ketika pandemi datang, pertumbuhan yang stabil di sektor teknologi berubah menjadi overdrive. Keuntungan kolektif di Amazon, Apple, Facebook, Google, dan Microsoft tumbuh sebesar 55 persen pada 2021. Gabungan penjualan sebesar US$1,4 triliun menjadikan mereka sebagai sektor ekonomi terbesar ke-13 di dunia, mengalahkan Australia.

Facebook ketika itu mempekerjakan sekitar 30.000 staf baru selama pandemi sementara Alphabet melakukan perekrutan yang lebih besar lagi, membengkak sebanyak 68.000 menjadi 187.000. Namun kini semuanya berbalik, mereka tak tahan dengan beban karyawan yang begitu besar. Atas nama efisiensi, perusahaan teknologi besar ini pun terpaksa memutus hubungan kerjanya dengan karyawannya.

Microsoft misalnya pada pertengahan Januari 2023 dikabarkan melakukan PHK 10.000 karyawannya. Keputusan PHK tersebut juga terjadi hanya beberapa minggu setelah CEO Microsoft Satya Nadella memperingatkan tantangan dua tahun ke depan untuk industri teknologi.

Amazon.com Inc yang didirikan oleh Jeff Bezos juta memangkas sekitar 18.000 karyawan dan menjadi pemangkasan terbesar bagi perusahaan teknologi tersebut. Jumlah ini hanya mewakili sekitar 1 persen dari tenaga kerja Amazon yang berjumlah sekotar 1,5 juta pada akhir September 2022. Anak perusahaannya, Zappos, juga ikut melakukan pemangkasan kepada 20 persen tenaga kerjanya atau mencakup sekitar 300 orang karyawan.

Twitter yang mengalami gonjang-ganjing setelah diakuisisi Elon Musk juga melakukan efisiensi terhadap 7.500 karyawan di seluruh negara pada akhir Oktober 2022. Jumlah tersebut mencakup dua pertiga total karyawan Twitter kala itu. Di awal 2023, Twitter dikabarkan melakukan PHK terhadap setidaknya selusin pekerja di seluruh kantornya di Dublin dan Singapura.

Raksasa teknologi lainnya Yahoo! Inc berencana melakukan PHK terhadap lebih dari 20 persen dari total karyawannya sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran divisi teknologi iklan perusahaan. Dilansir dari Reuters, Jumat (10/2/2023), pemangkasan ini akan berdampak pada hampir 50 persen karyawan teknologi iklan Yahoo atau Yahoo for Business hingga akhir tahun, termasuk hampir 1.000 karyawan pada pekan ini.

Google ternyata juga tak tahan dengan kondisi global dengan melakukan efisiensi terhadap 12.000 karyawannya di akhir Januari 2023. Sundar Pichai, CEO dari induk Google, Alphabet Inc mengatakan bahwa PHK dilakukan sebagai upaya tegas mengingat pertumbuhan perusahaan yang bermarkas di California, AS ini melambat.

Perusahaan induk dari WhatsApp dan Facebook, yakni Meta, mengakui telah memangkas 11.000 pekerjanya atau mencakup 13 persen dari total tenaga kerjanya pada medio kuartal IV-2022. Kabar terbaru, perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg tersebut tengah menyiapkan babak baru PHK.

PHK bakal terus berlanjut

Perusahaan-perusahaan teknologi besar di dunia ini berjanji secara menyeluruh untuk melakukan efisiensi, membelanjakan dana lebih sedikit, serta menciptakan wilayah baru untuk berkembang pesat. Tahun lalu, Meta Platform induk Facebook menutup layanan binatu untuk staf, dan pada bulan Januari tahun ini, Google Alphabet memasukkan lebih dari 30 terapis pijat dalam putaran pertama PHK besar-besaran.

Untungnya, perusahaan-perusahaan ini mendapatkan kepercayaan pasar atas janji mereka untuk menjalankan efisiensi. Termasuk kebijakan pemotongan jumlah pegawai yang harus berlanjut hingga tahun 2023.

“Bicara tentang efisiensi mungkin menyenangkan investor untuk sementara waktu, tetapi perusahaan perlu membuat perubahan yang lebih dalam pada budaya mereka untuk berkembang dalam jangka panjang,” kata Parmy Olson dalam Bloomberg Opinion.

Melakukan efisiensi dengan memutus hubungan pekerja atau mengurangi tunjangan pegawai adalah bagian yang mudah. Tantangan berikutnya adalah setelah tumbuh gemuk pada model bisnis lama dan berubah menjadi birokrasi yang luas, perusahaan-perusahaan di Silicon Valley ini harus lebih inovatif lagi. Itu berarti memelopori pergeseran budaya dari melindungi wilayah mini dan lebih ke arah mewujudkan ide dan fitur produk.

Menurut Olson, ini adalah tantangan yang sama sekali baru bagi para pemimpin teknologi besar yang stabil. Selama ini Satya Nadella dari Microsoft, Mark Zuckerberg dari Meta, dan Sundar Pichai dari induk Google Alphabet cukup mengawasi pertumbuhan berkelanjutan selama bertahun-tahun dengan menjaga rencana perusahaan terus berjalan.

Namun kini dengan saham dan situasi pertumbuhan perusahaan di bawah tekanan, Zuckerberg mulai berbicara tentang meratakan struktur kepemimpinannya dan memangkas manajemen menengah. Sementara Pichai ingin merekayasa ulang basis biaya perusahaan dengan cara yang tahan lama.

“Itu akan berarti akan lebih banyak PHK karena pemangkasan jumlah pegawai terbaru yang menyakitkan tidak membawa kepada tingkat kepegawaian mendekati saat pra-pandemi,” kata Olson.

Tugas yang sama sulitnya adalah mengubah budaya manajemen teknologi. Berbulan-bulan sebelum PHK dimulai, Zuckerberg dan Pichai memberi tahu staf bahwa mereka perlu bekerja lebih keras. Kepala eksekutif Alphabet menyebutnya dengan istilah ‘urgensi yang lebih besar’ dan meminta lebih sering datang ke kantor.

Ancaman dan inovasi produk baru

Google selama ini dikenal terkenal konservatif dalam merilis produk dan layanan baru, karena tidak ingin mengutak-atik bisnis pencarian senilai US$150 miliar atau teknologi iklannya yang menguntungkan. Tetapi bisnis pencarian mendapat ancaman dari ChatGPT dan alat artificial intelligent (AI) lainnya yang mampu menjawab pertanyaan apa pun. Karena itu, Google khususnya perlu menjadi lebih baik dalam mengeksekusi fitur produk baru.

Google segera merilis pesaing ChatGPT bernama Bard ke publik. Layanan ini akan didukung oleh LadMDA, model bahasa besar Google yang sangat canggih. Selama ini Google jarang bergerak begitu cepat untuk mengembangkan produk, sehingga apa yang terjadi akhir-akhir ini menandai era baru bagi perusahaan menempuh risiko namun sekaligus mencoba mengurangi pengeluaran.

Sebuah pertanyaan yang membayangi adalah seberapa besar semua upaya tentang efisiensi dari Alphabet, Meta, dan Microsoft, perusahaan internet dan perangkat lunak besar di dunia ini, akan mengarah pada peningkatan nyata? Lalu apakah investor dan pasar masih akan memberikan kepercayaan kepada mereka?

Back to top button