Kanal

Mungkinkah Anda Seorang Zionis Muslim?

Hal itu berlainan dengan peluang yang masih ada dalam keyakinan Kristen. Dalam wacana ilmu pun memang dikenal istilah Zionisme Kristen. Istilah itu mengacu kepada keyakinan di antara orang-orang Kristen bahwa kembalinya orang-orang Yahudi ke “Tanah yang Dijanjikan” serta pembentukan Negara Israel pada 1948, sesuai dengan Nubuat Alkitab.

Oleh    : Darmawan Sepriyossa

Mungkinkan seorang Muslim bisa sekaligus seorang Zionis? Seharusnya tidak. Pasalnya, kedua domain itu—Islam dan Zionisme, berada pada sisi-sisi yang berhadapan diametral. Tak ada irisan persamaan sebagaimana diagram venn dalam matematika saat kita pelajari di SMU, memperlihatkannya.

Hal itu berlainan dengan peluang yang masih ada dalam keyakinan Kristen. Dalam wacana ilmu pun memang dikenal istilah Zionisme Kristen. Istilah itu mengacu kepada keyakinan di antara orang-orang Kristen bahwa kembalinya orang-orang Yahudi ke “Tanah yang Dijanjikan” serta pembentukan Negara Israel pada 1948, sesuai dengan Nubuat Alkitab.

Kalangan Zionis Kristen bahkan meyakini, ‘berkumpulnya’ kaum Yahudi di Israel adalah prasyarat untuk kembalinya Yesus Kristus ke bumi. Istilah Zionisme Kristen mulai popular pada pertengahan abad 20.

Sebagian ahli Alkitab percaya, banyak kalangan Zionis Kristen yakin bahwa orang Israel tetaplah umat pilihan Tuhan, bersama-sama dengan Kristen non-Yahudi yang ‘dicangkokkan’ ke dalam komunitas itu (lihat Roma 11:17-24). Bagian ini, bersama beberapa bagian lain dari Kitab Roma dalam Alkitab, yang diyakini membuat penganut Kristen bisa menjadi seorang Zionis.

Mudah menemukan contoh seorang Zionis Kristen.  Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada saat masih menjadi wapres, pernah mengatakan sesuatu yang merujuk ke sana. Biden saat itu berkata,”I’m a Zionist. You don’t have to be a Jew to be a Zionist.” Biden benar.

Kalau begitu, mungkinkah ada Muslim Zionis? Secara hakikat tak dimungkinkan. Sebab mana mungkin menyatukan dua domain yang berhadapan diametral. Tetapi menjadi seorang Zionis yang merasa Muslim, bisa saja. Misalnya, seorang pengusaha Muslim, yang—katakanlah–karena lebih berat kepada pertimbangan ekonomi, berperan penting dalam sebuah usaha yang sebagian hasilnya nyata-nyata mengalir untuk kepentingan Zionisme.

Tentu saja, mencampuradukkan Zionisme dengan keberadaan hereditas seseorang, gampangnya manusia Yahudi, adalah salah kaprah yang fatal. Sebab banyak sekali seorang Yahudi yang begitu anti akan Zionisme.   Noam Chomsky, salah satu contoh gampangnya.  Atau banyak Muslim Yahudi terkemuka lainnya, seperti Muhammad Assad (Leopold Weiss), cendekia penulis catatan perjalanan yang impresif dan menghanyutkan, “Road to Mecca”.

Tapi tentu saja bagi saya akan lebih aman bila menutup tulisan pendek ini dengan “Wallahu álam”. [  ]

Back to top button