Market

Menunggu Saham GOTO Tancap Gas ‘Go to’ Zona Hijau

Heboh saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tak pernah berhenti setelah initial public offering (IPO) pada 11 April 2022. Tak lain akibat pergerakan harga sahamnya yang terus merosot.

Hingga Jumat pekan lalu (13/5/2022), harga saham GOTO sudah merosot 42,60 persen terlempar dari level psikologis Rp200 per unit dari harga IPO Rp338 per saham. Tak heran Bursa Efek Indonesia (BEI) memberinya stempel Unusual Market Activity (UMA). Namun, pada perdagangan Selasa (17/5/2022) saham ini sempat melejit 11,34 persen di level Rp216 kemudian di tutup di level Rp200 naik 3,09 persen dari harga penutupan perdagangan hari sebelumnya.

GOTO melepas saham perdananya ke publik sebanyak 40.615.056.000 saham dengan harga jual Rp338 per unit dan berhasil meraup pendanaan sebesar Rp13,7 triliun. Nilai kapitalisasi pasar GOTO ketika itu mencapai Rp400 triliun dan masuk jajaran Top 4 perusahaan publik dengan market cap terbesar di Indonesia. Di hari perdananya listing harga saham GOTO ditutup melesat 13,02 persen di level Rp382 per saham.

Lalu apa yang terjadi dengan saham GOTO akhir-akhir ini? Saat pertama kali melantai di bursa saham, seorang teman sempat berbicara tentang saham ini. Ia mengingatkan berhati-hatilah dengan saham ini. “Kalau untuk bermain saham, sekali dua kali pukul bisa untung, setelah itu lepas,” katanya.

Ia membeberkan beberapa alasannya. Salah satunya dari kerugian fantastis pada 2020 sebesar Rp16,74 triliun dan tahun 2021 diperkirakan Rp22,8 triliun. Sangat berat untuk meningkatkan kinerja untuk 2022 dan bukan tidak mungkin dana IPO GOTO akan tersedot untuk menutupi kerugian. Yang terjadi kemudian adalah perusahaan akan menerbitkan saham baru yang akan berisiko menurunkan nilai saham lama.

Fundamental GOTO

Fundamental GOTO yang masih membukukan rugi bersih ini menjadi kekhawatiran bagi para investor sehingga pergerakan harganya berada di fase downtrend. Apalagi sentimen negatif datang dari kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang membawa saham-saham teknologi di Amerika berguguran sehingga memberikan dampak negatif bagi psikologis investor di Indonesia di saham teknologi.

Memang banyak investor ritel yang menyukai GOTO. Perusahaan ini sangat akrab di telinga warga Indonesia. Saat ini fokus perseroan melibatkan 2,5 juta pengemudi, 14 juta pedagang, dan 55 juta pengguna transaksi tahunan. Bisnis GOTO pun ikut melibatkan perusahaan kecil dan menengah di seluruh Indonesia.

Namun sentimen ini juga seharusnya diiimbangi dengan inisiatif dan strategi GOTO untuk bisa meningkatkan kinerjanya untuk menunjukkan kepada para pemegang sahamnya bahwa perusahaan sudah meraih keuntungan.

Tak heran jika senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta Utama mengungkapkan di tengah downtrend saham GOTO, pelaku tetap harus mencermati kinerja fundamentalnya. Investor dapat mempertimbangkan untuk hold saham GOTO, dan yang belum memiliki sahamnya bisa wait and see terlebih dulu.

Menurut Nafan, penting untuk terlebih dulu mencermati rilis kinerja laporan keuangan terbaru GOTO. Dari sana, investor bisa melihat bagaimana pertumbuhan revenue hingga posisi rugi GOTO, apakah dalam tren yang terpangkas menuju profitabilitas atau tidak. “Investor mesti bersabar. Terlebih bagi perusahaan teknologi seperti GOTO yang tidak akan bisa serta merta membalikkan rugi menjadi laba,” katanya.

Hingga April 2022, tercatat 257.046 investor perorangan dari Indonesia yang memegang saham GOTO. Para investor itu menguasasi 6,83 persen total saham emiten teknologi tersebut. Jumlahnya setara dengan 80,98 miliar saham.

Dari segi komposisi, kepemilikan perseroan menjadi yang terbanyak dalam pemegang saham GOTO. Sejauh ini ada tiga koperasi, enam yayasan, dan 41 dana pensiun yang ikut berinvestasi pada saham Gojek Tokopedia.

Di luar itu, ada pula 60 perusahaan asuransi, 122 perseroan terbatas, dan 139 reksadana. Total kepemilikan pemodal nasional hanya sebesar 217,02 miliar atau setara 18,32 persen.

Sementara itu, dari investor asing tercatat ada 225 perorangan yang memegang saham GOTO sebesar 0,2 persen. Jumlahnya setara dengan 2,84 miliar lembar saham. Adapun pemegang saham terbanyak adalah badan usaha asing sebanyak 198 unit. Dari situ, mereka memiliki 81,43 persen saham atau setara dengan 964,49 miliar saham.

Di antaranya adalah Goto Peopleverse Fund yang berdomisili di Kepulauan Cayman memegang 9,027 persen atau setara 106,90 miliar lembar saham. Lalu, SVF GT Subco PTE. LTD. Di Singapura yang punya 8,70 persen saham. Terakhir adalah Taobao China Holding Limited sebanyak 8,84 persen. Sementara total saham GOTO mencapai 1,18 triliun lembar.

Kepemilikan TLKM di GOTO

Bagaimana dengan kepemilikan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) di GOTO? Anak usaha TLKM yakni Telkomsel membeli saham GOTO di level Rp72 juta per lembar pada 2021 sebagai bagian dari penyertaan jangka panjang pada instrumen keuangan.

Berdasarkan laporan keuangan TLKM per Maret 2022, Telkomsel mengadakan perjanjian dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi (CB) tanpa bunga sebesar US$150 juta atau setara Rp2,11 triliun dengan kurs sekitar Rp14.370.

Pada 17 Mei 2021, AKAB dan PT Tokopedia merger menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO). Merger ini membuat Telkomsel mengeksekusi CB sesuai dengan perjanjian yang dikonversi menjadi saham.

Pada 18 Mei 2021, Telkomsel telah menandatangani Perjanjian Pembelian Saham untuk memesan 29.708 lembar saham konversi atau US$150 juta setara Rp2,11 triliun dan 59.417 lembar saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai US$300 juta setara dengan Rp4,29 triliun dengan kurs sekitar Rp14.370 per US$1.

Sebagai informasi, Telkomsel mendapatkan hak untuk membeli tambahan saham preferen dari AKAB sebesar US$300 juta dan dapat dieksekusi dalam waktu 12 bulan setelah tanggal efektif pada harga US$5.049 per saham. Dengan kurs Rp14.370, artinya Telkom membeli saham GOTO pada kisaran Rp72 juta per lembar saham. Adapun total kepemilikan Telkom atas saham teknologi itu mencapai 89.125 lembar saham.

Akan tetapi, berdasarkan perubahan akta pada 19 Oktober 2021, GoTo melakukan stock split dan mengubah jumlah kepemilikan saham Telkomsel dari 89.125 lembar saham menjadi 23.722.133.875 lembar saham.

Per 31 Maret 2022, Telkomsel anak usaha TLKM menyatakan nilai wajar investasi di GoTo dengan menggunakan nilai penawaran saham GoTo pada saat IPO sebesar Rp338 per saham.

“Jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GoTo per 31 Maret 2022 adalah sebesar Rp881 miliar disajikan sebagai kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian,” sebut manajemen TLKM dikutip Kamis (12/5/2022).

Bagaimana prospek saham GOTO? Belajar dari pengalaman, biasanya emiten yang berbasis teknologi memiliki volatilitas yang luar biasa. Kadang harga sahamnya jatuh kemudian bangkit lagi. Ini pula yang terjadi pada Amazon yang pernah drop hingga 90 persen sebelum tumbuh menjadi raksasa seperti sekarang ini.

Apakah saham GOTO akan mengalami hal itu? Hanya waktu yang akan menjawabnya. [ikh]

Back to top button