Ototekno

Menakar Asa Motor Listrik di Indonesia

Keberadaan motor listrik di tanah air ibarat dua sisi koin. Di satu sisi, terdapat tantangan yang menghadang, sisi lainnya terselip peluang untuk bisa eksis.

Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Akbar mengungkapkan, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat masih menjadi hambatan terbesar bagi para produsen kendaraan listrik dalam memasarkan.

“Tantangannya saat ini lebih kepada peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi dengan energi bersih. Selain itu, semakin banyak pilihan produsen motor listrik sehingga harga lebih kompetitif dan pilihan yang variatif untuk konsumen,” ujar Akbar kepada inilah.com, Sabtu (03/12/2022).

Kurang tercerahkannya masyarakat diperparah dengan mulai mencuatnya isu soal green energy. Pasalnya, listrik yang dihasilkan di Indonesia sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, sehingga pengurangan emisinya dirasa belum maksimal. Hal ini menjadi pemicu pro dan kontra dalam penggunaan motor listrik.

“Dan juga, energi listrik yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari batu bara yang membuat dampak pengurangan emisinya masih belum maksimal, karena ekosistem listrik di Indonesia juga masih dalam tahap pembangunan,” sambung dia.

Tantangan lainnya, lebih lanjut Akbar menjelaskan, motor listrik masih dipandang belum mampu mengakomodir perjalanan jarak jauh. Mengingat, masih minimnya ketersediaan stasiun pengisian baterai, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri bagi calon pembeli.

Melansir dari situs resminya, data dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyebut saat ini, terdapat 332 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 279 lokasi publik sampai Juli 2022.

Adapun unit Battery Swap Station, sudah ada 369 stasiun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di mata Akbar, jumlah ini masih jauh dari kata memadai.“Kesediaan stasiun pengisian yang belum banyak menyulitkan pengendara yang berkendara jarak jauh,” jelasnya.

Terlepas dari segala pro-kontra dan tantangan yang ada, Akbar tetap optimistis dengan eksistensi motor listrik di tanah air. Sebab, transformasi teknologi dan masalah iklim dunia kini sedang menjadi isu penting, yang mana banyak negara di dunia sedang memperjuangkannya.

Selain itu, pada periode September hingga Desember 2022, pemerintah tercatat telah dua kali menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika tren kenaikan BBM terus berlanjut, bisa jadi pemicu masyarakat untuk semakin yakin beralih ke kendaraan listrik, di tahun 2023.

“Kalau untuk trennya kemungkinan akan mengalami kenaikan moderat. Kalau dampak resesi besar, naiknya tidak akan signifikan. Intinya ada atau tidaknya resesi akan memengaruhi kenaikannya,” pungkasnya.

Back to top button