Market

Literasi Pas-pasan, KSEI: Investor Indonesia Hanya Ikut-ikutan

Jumat, 23 Des 2022 – 20:57 WIB

Jajaran Direksi KSEI memberikan paparan kepada awak media di Jakarta, Jumat (23/12/2022). (Foto: Antara).

Ternyata, masyarakat Indonesia banyak yang punya duit lebih. Kabar baiknya, duit lebih itu diinvestasikan bukan untuk foya-foya. Berita buruknya, investasi mereka hanya ikut-ikutan. Karena literasinya pas-pasan.

Jumlah investor di pasar keuangan, naiknya memang signifikan. Namun, sebagian besar pemilik modal itu, tidak memiliki literasi keuangan yang cukup. Dengan kata lain, ya itu tadi, mereka memutar dananya di pasar keuangan, karena gengsi atau ikut-ikutan.

Tak sedang bercanda, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Uriep Budhi Prasetyo miris dengan signifikannya pertumbuhan jumlah investor tanpa dibarengi dengan peningkatan literasi.

“Pertumbuhan investor ini tidak sebanding dengan tingkat literasinya. Ini jadi tantangan di tahun berikutnya, metodologi kita bagaimana supaya tingkat literasinya ini juga meningkat,” ujar Uriep di Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Berdasarkan data KSEI, jumlah investor pasar modal pada 2019 mencapai 2,48 juta investor. Lalu pada 2020 meningkat 56,21 persen menjadi 3,88 juta investor. Pada 2021, jumlah investor pasar modal menjadi 7,49 juta atau melonjak 92,99 persen dari tahun sebelumnya.

Per 16 Desember 2022, jumlah investor pasar modal telah menembus 10 juta investor, tepatnya mencapai 10,24 juta investor atau meningkat 36,7 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat inklusi keuangan di pasar modal mencapai 5,19 persen pada tahun ini, meningkat dibandingkan posisi pada 2019 sebesar 1,55 persen.

Kendati demikian, tingkat literasi pasar modal tercatat mengalami penyusutan dari 4,97 persen pada 2019 menjadi 4,11 persen pada 2022. Tingkat literasi tahun ini juga lebih rendah dibanding tahun 2016 sebesar 4,4 persen persen.

“Kita khawatir kalau literasinya tidak meningkat, tapi transaksinya justru meningkat. Investor ini juga biasanya pas rugi ribut, tapi kalau untung diam. Makanya kita butuh edukasi,” kata Uriep.

Implementasi simplifikasi pembukaan rekening efek, memang memberikan dampak cukup besar bagi peningkatan jumlah investor pasar modal terlebih pada masa pandemi COVID-19.

Hal itu terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada 2020-2021, dengan pertumbuhan lebih dari 100 persen. Peningkatan jumlah investor sejak 2019 hingga 2021 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.

Industri reksadana sebagai penyumbang jumlah investor terbesar di pasar modal memperlihatkan tren peningkatan signifikan yaitu 36,04 persen menjadi 9,3 juta investor. Dari jumlah tersebut, sekitar 80 persen merupakan investor dari selling agent financial technology (fintech), yang 99,9 persennya merupakan investor individu lokal. Investor ritel juga mendominasi transaksi subscription dan redemption yang mencapai lebih dari 80 persen.

Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan jumlah investor terbanyak yaitu sebesar 2,47 juta investor, diikuti oleh reksadana pendapatan tetap dengan jumlah investor sebesar 934 ribu. Kemudahan dalam melakukan transaksi merupakan dampak dari peningkatan transaksi dan pertumbuhan investor reksa dana.

Dominasi investor lokal juga terlihat pada kepemilikan investor lokal di tiap jenis instrumen investasi pasar modal, baik saham maupun surat berharga lainnya yang tercatat pada sistem KSEI. Saham sektor keuangan menempati posisi teratas dari sisi jumlah investor yaitu sebesar 939 ribu investor, diikuti oleh sektor infrastruktur yang dimiliki oleh 750 ribu investor.

Back to top button