Market

Lelang SUN Sepi Peminat karena Investor Asing Kepincut Saham

Jumlah penawaran yang masuk pada lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa (12/4/2022) merupakan yang terendah sepanjang 2022. Menurut ekonom, hal ini terjadi lantaran investor asing lebih kepincut untuk berinvestasi saham.

“Jika melihat aliran modal asing, kepemilikan asing di pasar obligasi year to date (ytd) masih mencatatkan penurunan untuk surat berharga negara. Tapi, di sisi lain, investor asing justru membukukan net buy di pasar saham,” kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata kepada Inilah.com di Jakarta, Rabu (13/4/2022).

Menurut Josua, investor asing berekspektasi bahwa kinerja ekonomi Indonesia akan membaik. Hal ini tercermin dari kinerja berbagai emiten di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang cukup positif di beberapa sektor. “Akibatnya, investor asing cenderung beralih atau shifting sementara ke saham,” tegas dia.

Berdasarkan laporan BEI, sepanjang 2022 (year to date) per 8 April, investor asing mencatatkan aksi beli bersih saham sebesar Rp37,517 triliun. Sementara berdasarkan data Bloomberg, investor asing mencatatkan net buy US$2,79 miliar atau sekitar Rp40 triliun di pasar saham (ytd). Sedangkan kepemilikan investor asing pada SBN turun US$2,51 miliar atau Rp36 triliun (ytd) dengan mengacu pada kurs Rp14,363 per dolar AS.

Belum lagi, ungkap dia, dengan daya tarik dividen dari saham-saham sektor perbankan karena kinerja fundamentalnya yang kinclong di 2021. “Begitu juga dengan saham-saham sektor energi sehingga menjadi momentum profit gaining di pasar saham,” ungkap Josua.

Namun demikian, ia memperkirakan adanya faktor shifting tersebut bersifat sementara. Investor asing melakukan rebalancing portofolio dari surat berharga negara ke saham. “Jika melihat Maret lalu saat pemerintah menerbitkan global bond yang mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed, ini mestinya bersifat sementara,” tuturnya.

Sentimen Negatif dari The Fed dan Perang Rusia-Ukraina

Saat ini, lanjut Josua, permintaan SUN melalui lelang turun karena investor masih menghindari risiko. Risiko pertama berasal dari sentimen negatif dari global, yaitu kenaikan agresif suku bunga The Fed untuk memerangi inflasi. Pada saat yang sama, faktor Perang Rusia-Ukraina yang belum kunjung berdamai.

“Dua sentimen itu yang masih akan memengaruhi perkembangan di pasar obligasi domestik sehingga permintaan pasar primer lelang surat utang cenderung turun dalam beberapa pekan terakhir,” papar dia.

Kondisi tersebut juga tercermin dari kenaikan imbal hasil (yield)-nya. “Di pasar sekunder, yield-nya naik. Pelaku pasar atau investor tampak masih mencermati sentimen yang terjadi di pasar global saat ini,” ucapnya.

Sejauh ini, inflasi di AS sudah menembus 8% menjadi 8,5% pada Maret 2022. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 1981. “The Fed pun diprediksi bisa lebih agresif kenaikan suku bunganya menjadi 50 bps pada Mei 2022,” ujarnya.

Belum lagi dengan rencana The Fed yang akan mengurangi balance sheet-nya setelah melakukan pengurangan stimulus sejak akhir 2021 hingga saat ini. “Ini membuat yield US Treasury naik signifikan dan akhirnya berimbas juga pada kenaikan yield surat utang pemerintah Indonesia,” ungkap Josua.

Dia menegaskan, permintaan SUN di pasar primer cenderung tertahan sementara ketimbang awal-awal tahun yang sentimennya memang masih positif. “Jika risiko mereda, permintaan di pasar lelang ini akan cenderung membaik lagi,” timpal dia.

SUN Sepi Peminat, APBN Terancam?

Menurut Josua, sepinya peminat pada lelang SUN belum menjadi ancaman bagi pendanaan APBN. “Sebab, dari sisi defisit fiskal sendiri hingga Februari masih surplus. Artinya, kebutuhan pembiayaan jangka pendek kalau misalnya ada belanja yang urgent pun APBN masih tidak ada kendala,” ucapnya.

Ia kembali menegaskan, sentimen dari sepinya peminat asing terhadap lelang SUN cenderung sementara. Setelah The Fed awal Mei dan harapan ada perbaikan krisis Rusia-Ukraina, permintaan SUN bakal kembali membaik.

“Meski sejauh ini pun Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan belum ada perkembangan yang signifikan. Jika Rusia-Ukraina reda, harapannya dapat mengurangi tekanan di sisi imbal hasil SUN dan lelang-lelang berikutnya jadi menarik bagi investor,” imbuh Josua Pardede.

Lelang SUN pada Selasa (12/4/2022) kembali sepi peminat terutama dari investor asing. Jumlah penawaran asing yang masuk di bawah Rp5 triliun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk dalam lelang SUN kemarin mencapai Rp40,28 triliun.

Jumlah tersebut lebih kecil ketimbang lelang sebelumnya pada 29 Maret, Rp41,62 triliun. Jumlah penawaran yang masuk adalah yang terendah sepanjang 2022.

Back to top button