Hangout

Kajian Ustadz Adi Hidayat: Sikap kepada Pendosa

Kamis, 15 Des 2022 – 19:30 WIB

Ustadz Adi Hidayat saat memberikan Tausiah (Foto: QAI)

Ustadz Adi Hidayat saat memberikan Tausiah (Foto: QAI)

Pernah dengar ada orang selain Nabi Muhammad Saw yang tidak pernah melakukan dosa? Tidak ada. Tidak mungkin ada manusia yang benar-benar bersih dari dosa, baik disengaja maupun tidak, disadari ataupun tidak. Artinya, setiap orang dapat menjadi mustahil terbebas dari dosa, baik dosa yang jadi kesengajaan maupun dosa yang tidak menjadi kesengajaan. Dosa adalah suatu masalah bagi setiap umat muslim. Sebab, karena dosa itulah seseorang menjadi semakin jauh dan terhalangi untuk bisa dekat dengan Allah Swt. Semakin sering orang melakukan dosa, maka peluang untuk semakin dekat kepada Allah Swt pun semakin tipis.

Tidak ada ceritanya ada orang shalih tetapi setiap malam suka dugem dan main perempuan. Tidak ada ceritanya ada orang takwa tetapi setiap pagi suka mabuk. Dengan kata lain, orang yang dekat dengan Allah Swt adalah yang berusaha menghindar dari perbuatan dosa. Dan apabila ia melakukan dosa, maka ia akan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Swt.

Menurut pendiri Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat (UAH), tidak ada pendosa (kecuali musyrik) yang tidak akan Allah Swt ampuni. Syaratnya orang tersebut harus benar-benar memiliki keinginan untuk bertaubat, dan ada usaha yang membuktikan bahwa keinginannya bertaubat itu bisa dibenarkan.

Ia kemudian memberikan contoh mengenai seorang pembunuh yang telah membunuh hingga seratus orang,dan kemudian memiliki keinginan untuk bertaubat.

Orang tersebut kemudian pergi meninggalkan desanya untuk menghadiri sebuah majelis guna menemui orang alim, agar dibimbing ke jalan yang benar.

Sayangnya, di tengah perjalanan, si pembunuh tersebut meninggal dunia, dan Allah Swt. mengampuni semua dosa-dosanya. Menurut Ustadz Adi Hidayat, ada beberapa catatan penting dari kisah tersebut yang menjadikan Allah Swt mengampuni dosa-dosa pembunuh tersebut

Pertama, munculnya kesadaran dalam hati si pembunuh tersebut untuk berubah. Yaitu, kesadaran yang memunculkan keinginan untuk berubah, dan inilah salah satu poin utamanya.

“Silakan catat bahwa ketika dalam hati seseorang muncul keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik, maka sadarilah bahwa itu merupakan salah satu bentuk petunjuk dari Allah Swt kepadanya. Karena itu, sebisa mungkin kita harus menangkap dan menjalankan petunjuk tersebut,” kata UAH mengutip dari akun youtube Adi Hidayat Official, Kamis (15/12/2022).

Sebab, menurut UAH tidak banyak orang yang semula jahat kemudian tiba-tiba muncul keinginan untuk berhenti dari kejahatannya.

Petunjuk dari Allah SWT

Nah, lanjut menurut UAH, seburuk dan sebejat apa pun pekerjaan manusia, ketika dalam hatinya muncul kesadaran dan keinginan untuk berubah, maka yakinlah bahwa hal tersebut merupakan bentuk petunjuk Allah Swt. Ketika itu, Allah Swt. seakan ingin merangkul danmembimbingnya ke jalan yang lebih baik. Oleh karenanya, hal tersebut perlu untuk disambut

Kedua, ada upaya nyata untuk memperbaiki diri meskipun awalnya sangat sederhana. Kisah si pembunuh tersebut secara gamblang menjelaskan bahwa ia baru melangkah, baru hendak memulai suatu tahapan untuk melakukan perubahannya.

Namun, sebelum sampai di tempat tujuan, si pembunuh tersebut ternyata meninggal, dan Allah Swt. pun telah mengampuninya

Kita bisa membandingkannya dengan diri kita sekarang,yaitu apakah kita pernah membunuh hingga seratusorang? Saya yakin tidak. Logikanya, kalau orang yang telah membunuh seratus orang saja mendapat ampunan Allah Swt karena adanya keinginan dan kemauan untuk bertaubat kepada-Nya, maka bagaimana mungkin Allah Swt. tidak akanmengampuni kita yang selama ini sama sekali tidak pernahmelakukan pembunuhan? Jangankan seratus, satu orang puntidak pernah, demikian paparan Ustadz Adi Hidayat.

Sampai di sini, kita seharusnya paham satu halbahwa tidak selayaknya kita memusuhi, menghina, danmenyepelekan para pelaku dosa sebegitu rupa. Sebab, kitatidak tahu apa rencana Allah Swt terhadap orang-orang yang seperti itu. Boleh jadi, suatu saat, mereka yang kita anggapsebagai pelaku dosa itu, memperoleh kesadaran untuk berubah dan bertaubat. Dan, mereka kemudian melakukannya dengan sepenuh hati, sampai kemudian Allah Swt mengampuni segala dosanya.

Sementara, kita sendiri yang selama ini merasa bangga karena sudah melakukan amal kebaikan, malah tertimpa dosa karena sudah bersikap sombong dengan mengagungkan kebaikan diri sendiri.

Back to top button