Market

Kabar Buruk Ekonomi, Sri Mulyani Akui Indonesia Alami Deindustrialisasi

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengakui bahwa Indonesia mengalami penurunan industri manufaktur alias deindustralisasi. Jangan harap pertumbuhan ekonomi membaik cepat.

Kata Sri Mulyani, kejadian ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun sejumlah negara. Karena industri jasa berkembang sangat cepat di era digital.

“Kalau dulu industri jasa dianggapnya sektor keuangan, perdagangan saja. Tapi sekarang dengan digitalisasi banyak sekali sektor sekarang berubah jadi services. Sehingga menyebabkan seolah-olah peranan sektor jasa mengambiil alih manufaktur,” ujar Sri Mulyani, dikutip Kamis (2/11/2023).

Sementara itu, sektor manufaktur juga semakin sedikit menyerap tenaga kerja karena banyak menggunakan robot. “Jadi memang peran teknologi akan mempengaruhi struktur dari suatu industri,” katanya.

Sebelumnya, riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan kinerja sektor manufaktur Indonesia menurun signifikan, sejak pandemi COVID-19.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, proporsi sektor manufaktur terhadap Produk domestik bruto (PDB) turun menjadi 18,25 persen pada kuartal II 2023.

Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya mengatakan, jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, Thailand, bahkan Afrika Selatan, penurunan sektor manufaktur Indonesia terjadi sangat cepat.

Padahal, peran sektor industri dalam perekonomian sangat signifikan karena dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja yang tingkat pendidikannya lebih rendah (SD hingga SMA). Serapan tenaga kerja itu dapat menekan tingkat kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat.
 

Back to top button