Market

Jokowi Jajal Kereta Cepat Akhir Juni, Dari Mana Sumber Dana Proyek KCJB?

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung hampir rampung. Usai uji coba kecepatan hingga maksimal 385 km per jam, pemerintah pun mengajak masyarakat untuk mencicipi proyek yang menghabiskan anggaran hingga Rp108,14 triliun ini. Dari mana sumber anggaran proyek hasil kerja sama dengan pemerintah China ini?

Proyek KCJB mulai dibangun pada 2016 silam. Panjang lintasannya mencapai 142,3 km yang menghubungkan Halim hingga Gedebage.

Penetapan Lokasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung melewati 8 kabupaten/kota di Jawa Barat dengan data awal melintasi 6.800 bidang tanah. Panjang trayek kereta cepat itu 142,3 kilometer. Dengan lebar lintasan mencapai 20 meter.

Dari mana anggaran proyek ini? Memasuki tahap akhir proyek KCJB, perhitungan anggaran yang dirogoh pemerintah mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp108,14 triliun. Angka ini membengkak dari rencana awal yang menggunakan proposal Jepang melalui JICA yang memberikan tawararan proyek KCJB sebesar 6,2 miliar dollar AS dengan bunga 0,1 persen.

Sumber dana proyek ini sebesar 75% berasal dari pinjaman melalui China Development Bank (CDB) dan sisanya merupakan setoran modal dari konsorsium dua negara yaitu Indonesia-China. Pembagiannya, konsorsium BUMN Indonesia menyumbang 60% dan 40% berasal dari konsorsium China.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini mulanya hanya akan menelan biaya Rp86,67 triliun. Tetap terjadi pembengkakan atau cost overrun (kelebihan biaya) menjadi Rp114,24 triliun pada tahun 2021. Angaknya pun terus berubah hingga mencapai Rp108,14 triliun.

Pemerintahan Jokowi pun memaksa APBN mengelontorkan sekitar Rp17 triliun melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN). Pada pertengahan tahun 2021, Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan kucuran PMN dari APBN sebesar Rp6,9 triliun untuk PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Namun dana PMN yang khusus untuk KCJB sebesar Rp4,5 triliun. Saat itu, APBN memiliki Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang totalnya Rp20,1 triliun.

Jadi total jendral utang Indonesia ke China Development Bank (CDB) mencapai Rp8,3 triliun. Utang itu akan dipakai untuk pembiayaan pembengkakan biaya kereta cepat. Pemerintah China menawarkan tingkat bunga sebesar 3,4% per tahun dengan tenor selama 30 tahun.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Panjaitan, pada bulan April 2023 lalu mengatakan China tidak bersedia menurunkan bunga pinjaman menjadi 2% dengan tenor selama 40 tahun, yang merupakan skema pembiayaan awal.

Soal anggaran KCJB, Presiden Jokowi berungkali menegaskan bahwa Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah murni dilakukan BUMN. Menggunakan skema business to business. Pemerintah menegaskan biaya investasi sepenuhnya berasal dari modal anggota konsorsium dan pinjaman dari China. Dana juga bisa berasal dari penerbitan obligasi perusahaan. Jadi seluruhnya dikerjakan konsorsium BUMN dan perusahaan China dengan perhitungan bisnis.

Dalam keterangan resmi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh China Development Bank (CBD) dan 25 persen dibiayai dari ekuitas konsorsium. Dari 25 persen ekuitas dari ekuitas tersebut, sebesar 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.

Dengan demikian, pendanaan dari konsorsium Indonesia ini sekitar 15 persen dari proyek, sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa jaminan dari Pemerintah Indonesia.

Back to top button