News

Pileuleuyan Mang Ihin, Sosok Paripurna Putra Terbaik Siliwangi

Kabar duka menyelimuti tatar Pasundan. Tokoh nasional dan sesepuh Sunda, Solihin Gautama Purwanegara (GP) meninggal dunia Selasa (5/3/2024) pukul 03.09 WIB tadi. Tokoh yang sering dipanggil Mang Ihin ini adalah sosok paripurna, di tingkat nasional, Jawa Barat bahkan sempat memimpin Persib Bandung.

Kabar meninggalnya Solihin GP pun dibenarkan oleh juru bicara keluarga sekaligus Kabid Infokom Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Taufan Suranto. Mang Ihin meninggal setelah menjalani perawatan 15 hari di RS Advent, Kota Bandung.

Innalillahi wainnailaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Letnan Jenderal TNI Purn. H. Solihin GP (Mang Ihin) sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, pejuang lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) pada usai 97 tahun pada hari Selasa, 5 Maret 2024 pukul 03.09 WIB di RS Advent Bandung. Semoga almarhum husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan, Aamiin YRA,” kata Taufan dalam pesan singkatnya.

Almarhum dibawa ke rumah keluarga besar di Jalan Cisitu Indah, Dago, Bandung pada pukul 07.00-09.00 WIB. Kemudian, dibawa ke Mako II Kodam III Siliwangi di Jalan Sumbawa Nomor 22 Bandung sekitar pukul 09.30 hingga 12.30 WIB. Selanjutnya almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra sekitar pukul 13.30 WIB.

Sosok Sunda Paripurna

Penulis sempat berbincang-bincang dengan almarhum pada November 2011 di ruangan VIP Gedung Merdeka Bandung. Sosok yang sederhana ini meskipun terlihat raut wajah yang sudah senja karena usia, namun gaya bicaranya masih tetap bersemangat. Beberapa kali intonasinya terlihat lebih tegas ketika berbicara. “Urang Sunda kudu wani (harus berani) jadi pamimpin (pemimpin) di tingkat nasional,” katanya dengan sorotan mata tajam.

Mang Ihin yang meninggalkan satu istri, empat anak, sembilan cucu, dan empat cicit, ketika itu banyak bercerita tentang kiprah orang-orang Sunda yang hebat untuk republik ini. Hanya saja, sampai saat ini ia menyayangkan belum ada sosok dari Jawa Barat yang dipercaya memimpin Indonesia.

post-cover
Solihin GP (Foto: Dok/Dindien)

Ketegasan ini tak lepas dari pengalaman Mang Ihin di militer. Ia, mengawali karier militernya ketika masa revolusi sebagai komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi. Ia juga memiliki pengalaman sebagai guru di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD), Gubernur Akademi Militer dan pernah menjabat sebagai Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di Makassar. Karirnya di TNI memiliki pangkat terakhir, Letnan Jenderal.

Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalobang) di era Presiden Soeharto, Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), hingga Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (1998). Mang Ihin yang lahir di Tasikmalaya pada 21 Juli 1926 menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dari 1970 hingga 1975.

Jabatan Sesdalobang saat itu sangat strategis mirip seperti Kantor Staf Presiden (KSP). Lembaga ini memiliki tugas khusus melakukan kegiatan monitoring dan pengawasan jalannya kebijakan pemerintah pusat. Mang Ihin menjabat Sesdalobang cukup lama sepanjang 1977-1992.

Ia juga pernah memimpin beberapa organisasi seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi ini pernah mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan gogo rancah. Kecintaan kepada tanah sunda dan lingkungannya ia perjuangkan lewat Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang ia dirikan. Perhatiannya pada kesundaan tak diragukan.  Paguyuban Pasundan menyebut Mang Ihin sebagai pinisepuh.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat menerima undangan dari Universitas Pasundan pada Selasa, 14 November 2017 sempat berseloroh tentang prinsip kesundaan yang dipegang teguh Mang Ihin. Dalam berbagai kesempatan Susi selalu diingatkan oleh Mang Ihin. “Satu, kudu make kabaya (harus memakai kebaya). Dua, buuk teu meunang dibeureuman (rambut tidak boleh disemir merah), sehingga saya menyemir rambut dulu. Dan tiga, saya tidak boleh gagal melaksanakan tugas saya,” ujarnya, mengutip pikiran-rakyat.com.

Hingga sakitnya, Mang Ihin banyak dikunjungi tokoh-tokoh nasional dan daerah. Meski sudah tidak banyak berkegiatan, ia kerap didatangi oleh siapapun yang menjabat sebagai gubernur di Jawa Barat atau yang akan ikut dalam kostestasi Pemilihan Gubernur Jabar, untuk sowan dan meminta nasihatnya. Sikap dan sepak terjangnya menjadi panutan masyarakat tidak hanya di Jawa Barat tetapi juga secara nasional.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sempat menjenguk Mang Ihin saat dirawat di Rumah Sakit Advent Kota Bandung. Prabowo didampingi Mantan KASAD Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman dan Mantan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional dan Mantan Kapolda Jabar Komjen (Pol) Mochamad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule.

Ikut Besarkan Persib Bandung

Tak hanya jabatan di militer dan pemerintahan, Mang Ihin juga pernah memimpin Persib Bandung sebagai ketua umum rentang 1976-1983. “Pada masanya Pak Solihin orang yang punya jasa besar bagi Persib. Semasa kepemimpinan beliau, Persib memang tidak juara. Tapi perhatian beliau besar untuk memperjuangkan nasib para pemain yang sangat luar biasa,” kata mantan pelatih Persib Djadjang Nurdjaman. 

Sebagian pemain hasil pembinaan berkesinambungan ala Mang Ihin inilah yang mewarnai prestasi emas Persib dalam satu dekade kemudian. Mulai dari runner-up Kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985, juara 1986, 1989/1990, 1993/1994, serta Liga Indonesia 1994/1995.

Ada kisah menarik tentang almarhum saat kepemimpinannya di Persib Bandung. Dalam buku 'Persib Undercover' diungkapkan ketika tim Maung Bandung menghadapi Perseman Manokwari, Mang Ihin mengeluarkan strategi unik. Sebelum bermain, Mang Ihin membuat perjanjian dengan Perseman untuk tidak bermain kasar saat melawan tim Maung Bandung. Ini dilakukan mengingat Perseman dinilai bermain kasar terbukti dengan koleksi 89 kartu kuning dan tujuh kartu merah dalam 15 pertandingan.

Uniknya lagi, malam sebelum bertanding seorang pengurus Persib ditugaskan untuk menjamu para pemain Perseman dengan makanan dan minum-minum hingga mabuk. Akibatnya performa para pemain Perseman pun menurun saat melawan Persib. Persib pun bisa menggulung Perseman 4-1 di babak enam besar Perserikatan tahun 1985.

Kini sesepuh Jawa Barat itu telah tiada. Banyak kisah dan legacy yang ditinggalkan Mang Ihin bisa menjadi inspirasi, contoh dan menjadi iktibar bagi warga Pasundan. Selamat jalan, pileuleuyan Mang Ihin, doa terbaik dari kami semua… 

Back to top button