Market

Gembar-gembor Investasi Xinyi di Pulau Rempang Dicurigai ‘Goreng’ Saham

Gembar-gembor bahwa Xinyi Glass, anak usaha Xinyi Group bakalan investasi di Rempang Eco City sebesar US$11,5 miliar, setara Rp175 triliun, diduga hanya untuk mengatrol harga sahamnya. Walah.

Tak sedang bercanda, Ketua Umum DPP Nasional Corruption Watch (NCW), Hanifa Sutrisna menjelaskan, pasca bentrok warga Rempang yang berjaga di Jembatan IV Barelang dengan aparat Gabungan yang dipimpin BP Batam pada 7 September 2023, saham Xinyi Turun. Hingga pada puncaknya terjun bebas 20 persen pada 26 September 2023.

Namun, kata Hanifa, saham Xinyi kembali menguat pada 29 September 2023. Pemicunya, menurut dia, tak lepas dari pernyataan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia bahwa investasi Xinyi di Rempang Eco City jalan terus.

Bahkan, disampaikan Menteri Bahlil, ada 4 poin petunjuk dari Presiden Jokowi. “Seolah-olah ini sangat terencana dan tertata rapi. Bahwa Xinyi akan dinaikkan namanya (citra). Dibuat seolah-olah (Xinyi) perusahan besar. Yang dikatakan target berikutnya membangun pabrik kaca terbesar. Sehingga investor (pasar modal) akan memperebutkan sahamnya (Xinyi),” kata Hanifa, dikutip Selasa (3/10/2023).

Padahal, kata Hanifa, rekam jejak investasi Xinyi di Indonesia, justru menimbulkan tanda tanya besar. Sebut saja, Xinyi Glass tertaik investasi US$6 miliar-US$7 miliar di Sadai, Provinsi Bangka Belitung (Babel). Anggaplah investasinya US$7 miliar, setara dengan Rp105 triliun (Rp15.000/US$).

“Dari data yang NCW temukan, sebelum Pulau Rempang, ternyata Xinyi Glass pernah membuat MoU yang sama dengan Kawasan Industri Sadai tahun 2020 di Bangka dengan janji akan menyiapkan US$6-7 miliar,” kata Hanifa.

Xinyi, jelas Hanifa, tertaik membangun industri hilir pasir kuarsa atau silika.  Mimpinya membangun pabrik kaca terbesar di ASEAN. Rencana tersebut disampaikan General Manager (GM) International Business Development Xinyi Group, Cheng Gang kepada Penjabat (Pj) Gubernur Babel, Ridwan Djamaluddin di Pangkalpinang pada November 2022.

“Namun, begitu akan dilanjutkan untuk proses MoA (Memorandum of Agreement), Xinyi Glass seperti raib dan hilang tanpa kabar berita, dan beredar alasan belum dilanjutkan proyek industri kaca terbesar di ASEAN oleh Xinyi Glass karena tidak tersedianya gas di kawasan Bangka Belitung Industrial Estate, Sadai Bangka Selatan.” terang Hanifa.

Nasib investasi Xinyi Glass senilai US$700 juta atau setara Rp10,5 triliun di Gresik, Jawa Timur pada 2022 pun, sami mawon. Berujung tak jelas. Kala itu Xinyi menggaet mitra lokal, PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) untuk membeli lahan yang digunakan pabrik kaca.

“Berdasarkan Perjanjian tersebut, BKMS telah setuju untuk menjual lahan dan Xinyi telah setuju untuk membeli lahan yang luas dalam rangka pembangunan pabrik produksi Kaca Xinyi di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE (KEK JIIPE),” bebernya.

Di sisi lain, Menteri Bahlil mengatakan. sedikitnya ada 10 proyek yang bakal dieksekusi dari nilai investasi Xinyi sebesar US$11,5 miliar.  Yakni pembangunan kawasan industri terintegrasi, pabrik pemrosesa pasir silika, industri soda abu, industri kaca panel surya, industri kaca float. Kemudian, pembangunan industri silikon industrial grade, industri polisilikon, industri pemrosesan kristal, industri sel dan modul surya, dan infrastruktur pendukung.

“Jadi, bukan hanya pabrik kaca. Tapi (pabrik kaca) bagian yang akan kami bangun. Ini satu ekosistem besar,” kata Menteri Bahlil dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Senayan, Jakarta, Senin (2/10/2023).

Dia pun menjelaskan, investor yang terlibat dalam proyek ini bukan hanya Xinyi Group. Melainkan, ada perusahan-perusahaan lain yang bakal ikut. “Tapi emang, dia (Xinyi) yang paling depan,” ucap mantan Ketum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah bakal mengembangkan Pulau Rempang menjadi Rempang Eco City, sebuah kawasan industri, perdagangan, hingga pariwisata terintegrasi. Pengembangan Rempang Eco City diluncurkan di Kemenko Perekonomian pada 12 April 2023. PT Makmur Elok Graha (MEG) menjadi pengembang dengan nilai investasi Rp381 triliun hingga 2080.

Hanya saja, proyek tidak mulus. Masyarakat adat menolak direlokasi. Bentrok pun terjadi pada 7 September 2023 ketika aparat gabungan masuk perkampungan untuk memasang patok tata batas lahan.  Kerusuhan kembali terjadi ketika masyarakat melakukan unjuk rasa di depan Kantor BP Batam pada 11 September 2023.

Back to top button