Kanal

Koalisi Ganjar-AMIN Sejarah Demokrasi di Tengah Dinasti Politik


“Kemenangan selalu mungkin bisa diraih oleh orang yang menolak kekalahan.” – Napoleon Hill

Elektabilitas pasangan Capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka semakin moncer menurut beberapa lembaga survei. Bahkan sebagian menilai Prabowo-Gibran berpotensi menang dalam satu putaran Pilpres 2024.

Kondisi ini membuat kubu pasangan Capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin (AMIN) serta Capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD tentunya tidak bisa menerima begitu saja.

Sebab kedua kubu itu sadar jika Pilpres 2024 tidak bisa dilakukan satu putaran karena tidak ada pasangan calon (paslon) yang elektabilitasnya menyentuh di atas 50 persen. Meski begitu, kubu 01 AMIN dan kubu 03 Ganjar-Mahfud elektabilitasnya tidak pernah menyentuh angka 30 persen.

Berdasarkan hasil survei, paslon yang kemungkinan lolos pada putaran kedua adalah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, karena elektabilitasnya mencapai sekitar 42 persen. Sedangkan untuk lawannya di putaran kedua masih abu-abu, karena elektabilitas AMIN dan Ganjar-Mahfud masih fluktuatif atau saling menyalip.

Kondisi ini yang menyebabkan beberapa elite mulai bermanuver untuk melempar wacana dibentuknya koalisi antara kubu paslon 01 dan 03. Tujuannya mungkin saja untuk ‘mengikat’ suara dari para simpatisan dan relawan jika salah satunya lolos ke putaran kedua Pilpres 2024.

“Kubu 01 dan 03 juga kalau lolos atau tidak belum tentu bersatu, bisa juga nanti yang kalah di antara mereka (justru bergabung) bersama Prabowo-Gibran, kan gitu,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin kepada Inilah.com.

Dia mengatakan, wacana koalisi yang diusung oleh dua kubu paslon ini masih sangat prematur, karena peta politik pilpres masih sangat dinamis. Bahkan Ujang tidak bisa memastikan koalisi antara kubu 01 dan 03 itu bisa direalisasikan atau tidak saat putaran kedua nanti. Mengingat pendukung dan relawan kubu 01 dan 03 masih punya irisan yang kuat dengan kubu paslon 02 yakni Prabowo-Gibran.

“Saya bilang semuanya dinamis, serba mungkin, ya mungkin-mungkin saja 01 kalau kalah, tidak lolos ke putaran kedua lalu gabung dengan Prabowo-Gibran, ya sangat mungkin,” kata Ujang.

Sementara itu, lembaga survei saat ini juga sudah mengeluarkan peta pertarungan head to head antara pasangan capres-cawapres. Hal ini bisa menjadi acuan jika putaran kedua pilpres terjadi.

Menurut survei Poltracking Indonesia, dalam simulasi dua paslon yang dilakukan antara Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin, hasilnya Prabowo-Gibran memperoleh 57 persen sedangkan Anies-Muhaimin sebesar 31,3 persen.

Sedangkan jika pasangan Prabowo-Gibran dipertemukan dengan Ganjar-Mahfud, maka Prabowo-Gibran unggul dengan raihan suara 57,3 persen dan Ganjar-Mahfud sebesar 27,8 persen.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda menjelaskan jika Prabowo-Gibran akan mendapatkan limpahan suara dari dua paslon yang tidak lolos ke putaran kedua tersebut.

“Pemilih Anies pindah ke Prabowo 31,5 persen. Kalau Ganjar yang tidak lolos, maka ke Prbaowo 41,6 persen dan Anies 15,1 persen,” ujar Hanta menambahkan.

Ganjar dan Anies Bersatu Jadi Koalisi Bersejarah

Jika melihat pengalihan dukungan itu, semakin menguatkan jika masing-masing pendukung ini memiliki irisan yang sama. Contohnya seperti pasangan AMIN yang didukung oleh parpol nasionalis dan religius terbukti bisa menerima pasangan Prabowo-Gibran. Hal ini disebabkan karena ada sosok Prabowo, yang pada pemilu sebelumnya memang banyak didukung oleh kelompok religius dan nasionalis.

Sedangkan untuk limpahan suara dari Ganjar ke Prabowo-Gibran ini disebabkan karena adanya faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab pendukung Ganjar-Mahfud ini sebagian besar adalah kelompok nasionalis dan pendukung Jokowi. Sementara Jokowi dalam beberapa kesempatan memang secara terang-terangan memberikan sinyal dukungan kepada Prabowo-Gibran.

Untuk basis pendukung AMIN dan Ganjar-Mahfud mayoritas adalah dua kelompok pendukung berbeda. Sebab PDIP sebagai parpol pengusung utama pasangan Ganjar-Mahfud belum pernah berkoalisi dengan PKS (parpol pendukung AMIN) dalam kontestasi pilpres.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto yang mengatakan pihaknya akan berkoaisi dengan pihak manapun terkecuali Demokrat dan PKS. Pernyataan Hasto itu disampaikan pada pertengahan 2022 lalu, jauh sebelum terbentuknya tiga poros koalisi capres-cawapres 2024.

Meski begitu, ini masih sebatas gambaran kasar dari lembaga survei yang memetakan soal arah dukungan masing-masing pendukung paslon. Namun dalam beberapa hari ke belakang ini sudah ada pergerakan arah dukungan, misalnya pendukung paslon A mengalihkan dukungannya ke paslon B dan seterusnya. Hal ini semakin membuat peta politik Pilpres 2024 semakin dinamis.

Pada intinya wacana koalisi antara kubu 01 dan 03 ini muncul untuk menghalau kekuatan yang ingin mengegolkan Pilpres 2024 satu putaran. 

Back to top button