Market

Ekonomi Indonesia Naik Kelas, Sri Mulyani: Musim Panen Investasi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, kenaikan status ekonomi Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas, kabar baik untuk investasi.

“Ya kalau Indonesia semakin baik ekonominya, salah satu indikatornya ya menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian diterjemahkan menjadi kenaikan income per kapita itu. Ya, berarti kemajuan. Progress, bagus (investasi),” terang Sri Mulyani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/7/2023).

Ia pun mengakui, capaian ini tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap pembiayaan negara. “Kalau dari sisi pembiayaan, setahu saya sih tidak ada pengaruhnya. (Ketika) kemarin saya ketemu dengan banyak investor dan stakeholder, mereka sangat punya appetite ya, keinginan,” jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

“Bahkan berharap Indonesia itu menjadi salah satu negara yang kinerja ekonominya bagus, APBN-nya bagus. Jadi mereka menghargai dari sisi value surat berharga negara kita. Jadi tidak ada persoalan,” lanjutnya.

Dari sisi investasi asing, atau Foreign Direct Investment (FDI), kata dia, bergantung konsisi perekonomian Indonesia. Ketika pertumbuhan suatu negara bagus maka berbondong-bondonglah investor masuk.

“Kalau dari sisi investor FDI atau PMA yang masuk kalau itu ekonomi kita tumbuh bagus, stabil dan kinerjanya tetap terjaga ya justru akan menjadi tempat untuk destinasi investasi,” ujarnya.

“Jadi yang harusnya progres yang baik ini memiliki dampak positif terhadap investasi, terhadap pembiayaan dan terhadap keseluruhan masyarakat Indonesia gitu,” tutup Sri Mulyani.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut Bank Dunia memasukkan Indonesia ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah-atas (upper middle income countries). Pertanda ekonomi Indonesia naik kelas.

“Ini proses pemulihan yang cepat. Setelah kita turun ke grup lower middle income countries pada 2020, karena pandemi,” kata Presiden Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/7/2023).

Meski telah meningkat menjadi negara pendapatan menengah atas, Jokowi mengingatkan situasi yang dihadapi Indonesia tidak akan mudah pada semester II 2023, karena instabilitas lingkungan global dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.

“Ini berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan aktivitas perdagangan yang melemah, kelihatan ekspor kita juga menurun, kemudian berbagai lembaga internasional memprediksi perlambatan ekonomi global, ini juga harus betul-betul kita lihat,” kata Jokowi.

Jokowi mewanti-wanti mengenai pergerakan tingkat suku bunga dan inflasi global yang relatif masih tinggi. Selain itu, fragmentasi perdagangan global yang menghambat kerjasama multilateral.

Situasi ekonomi global, ujarnya, menunjukkan berbagai indikator dini untuk konsumsi dan produksi yang harus diwaspadai secara hati-hati.

Kepala Negara juga mengatakan bangsa Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas lima persen dalam enam kuartal berturut-turut.

“Kita patut bersyukur pertumbuhan ekonomi bertahan relatif tinggi di atas lima persen dan selama enam kuartal berturut-turut ekonomi kita tumbuh di atas lima persen,” ujar Jokowi.

Back to top button